Social Icons

Blog Keris Pusaka;silakan call/sms ke nomor;087855335960 @ 081235415435

Pages

Kamis, 29 November 2012

TEHNIK PEMBUATAN KINATAH EMAS BERMACAM MACAM CARA

Kinatah, Sinarasah dan Kamalan

Kinatah Emas

Kinatah berasal dari kata "tatah" "tinatah" (jawa), dan pada istilah perkerisan menjadi kinatah. Yang dimaksud adalah memberikan hiasan/relief "timbul" pada keris dengan menggunakan logam lain, biasanya emas atau perak (ada juga yang dari bahan tembaga/kuningan/suasa). Tujuan pemberian kinatah adalah untuk memperindah tampilan keris. Seolah-olah menjadi hiasan pada keris. Pola hias untuk kinatah antara lain menggunakan stilasi tumbuhan (daun/bunga) yang merambat, stilasi wajah manusia/raksasa, stilasi hewan, bentuk-bentuk rajah serta huruf (arab/jawa).


Dari literatur yang ada, pada jaman dulu keris dengan kinatah emas atau perak menunjukkan status sosial pemiliknya, dari kalangan bangsawan, penguasa dan berkemampuan ekonomi kuat serta mempunyai kedudukan tinggi di pemerintahan. Menurut pendapat pribadi penulis, pemberian kinatah lebih menunjukkan kemampuan ekonomi dan selera seni pemiliknya. Ini mengacu bahwa sebagian keris pusaka yang dimiliki Kasultanan Jogjakarta justru tidak diberi kinatah. Keris dari Kasultanan Jogjakarta yang dijadikan "souvenir" untuk Pemerintah Negara lain justru diberi kinatah emas. Khusus untuk kinatah yang menunjukkan candra sengkala seperti Gadjah Singo pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo memang menunjukkan jasa serta status sosial seseorang.
Keris yang diberi hiasan kinatah emas dan perak rata-rata mempunyai nilai yang lebih tinggi secara ekonomis dibanding yang tanpa hiasan. Hal ini logis mengingat pembuatan kinatah memerlukan keahlian khusus (terkait ongkos pembuatan) dan harga logam mulia yang digunakan juga cukup tinggi. Penilaian terhadap kinatah yang perlu menjadi pertimbangan antara lain estetika pembuatan kinatah, logam yang digunakan, banyaknya bagian yang diberi kinatah.



Secara estetis proses pembuatan kinatah ada dua macam, yang pertama adalah dengan melukai/menggaris/mencacah bagian bilah yang direncanakan diberi kinatah dengan tujuan untuk pengikat logam emas/perak. Proses selanjutnya memberikan lapisan emas (awal) pada bagian tersebut dan selanjutnya emas yang sudah dipola hias disatukan. Jadi pola hias yang direncanakan dari bahan emas atau perak sudah dipersiapkan terlebih dulu
Yang Kedua adalah dengan membentuk pola/relief hias pada bagian bilah/ganja secara langsung. Bentuk pola/relief sudah langsung jadi dan tertera pada bilah sebelum diberikan emas/perak. Setelah pola selesai baru diberikan emas/perak pada pola yang sudah ada dengan cara mirip "las/patri" pada bagian relief. Jadi prinsipnya hanya melapisi pola yang sudah ada, bukan menutup relief.




Kinatah Tehnik Pertama




Kinatah Tehnik Kedua
Kesimpulan perbedaan antara tehnik yang pertama dan kedua, yaitu pada tehnik pertama pola hias lepas dari bilah/ganja sehingga jika emas/perak mengelupas karena aus bentuk pola sebelumnya tidak kelihatan. Dan tehnik ini memerlukan emas/perak yang cukup banyak. Disini lebih mengandalkan kemampuan dan citarasa seni dari pihak yang membuat kinatah emas. Sebagian besar pembuatan kinatah pada masa lalu (sebelum abad 20) menggunakan tehnik ini dan tehnik ini sekarang ini masih dipraktekkan pada sebagian besar pembuat kinatah di Jogjakarta (Serangan, Imogiri) maupun Surakarta. Sebaliknya untuk tehnik kedua, jika lapisan emas/perak lepas motif/pola hias masih kelihatan. Hilangnya pola hias jika bilah/ganja aus. Pembuatan pola hias dilaksanakan (biasanya) oleh mpu pembuat keris sendiri sedangkan untuk melapisi emas/perak diserahkan ke ahlinya.Logam emas/perak yang digunakan relatif sedikit. Pembuatan kinatah tehnik kedua ini banyak dipraktekkan untuk keris-keris baru yang dibuat oleh mpu-mpu dari Madura

Tehnik pertama menghasilkan tampilan yang cenderung "byor" dengan kesan mewah dibanding tehnik kedua. Dari segi nilai memang tehnik pertama relatif lebih tinggi dibanding yang kedua. Hal ini wajar mengingat jumlah bahan emas yang digunakan dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.
Perlu diterangkan, bahwa berdasarkan banyaknya bagian yang diberi kinatah memunculkan sebutan tersendiri, yaitu wadana siji (jika yang diberi kinatah emas hanya satu bagian yaitu di bawah ganja), Wadana loro (meliputi dua bagian, yaitu samping kiri dan kanan ganja saja atau bagian gandik saja), wadana telu (3 bagian - meliputi bagian bawah ganja ditambah samping kiri dan kanan ganja), wadana lima (5 bagian - meliputi bagian bawah ganja, samping kiri dan kanan ganja plus gandik), wadana pitu (7 bagian - meliputi wadana lima ditambah 2 bagian yang biasanya diatas gandik kiri kanan), wadana sanga (9 bagian - meliputi wadana pitu plus samping kiri kanan wadidang) dan wadana sewelas (11 bagian - meliputi wadana sanga plus bagian bilah kiri kanan sampai kurang lebih 2/3 bilah ke atas). Sumber : Keris Jawa

Sinarasah

Pengertian Sinarasah adalah membuat alur/guratan pada bilah/ganja keris dengan pola tertentu untuk diisi dengan emas/perak. Berbeda dengan kinatah, hasil proses dari Sinarasah hiasan emas/perak tidak timbul. Hal yang paling mudah untuk membedakan adalah dengan meraba hiasan. Jumlah bahan pelapis (emas/perak) sangat tergantung dari kedalaman guratan dan luasan bidang yang diserasah. Motif yang umum dipakai adalah motif tumbuhan, rajah dan huruf. Dari segi estetika, secara umum hasil dari tehnik sinarasah tidak sebaik yang melalui proses kinatah. Secara umum tingkat kesulitan tidak setinggi tehnik kinatah. Ini yang menyebabkan bahwa keris dengan kinatah nilainya relatif lebih tinggi dari yang menggunakan tehnik sinarasah.

Kamalan (Etsa)

Etsa dapat diartikan membuat hiasan timbul pada bilah keris. Prosesnya melalui tehnik kamalan, yaitu gambar/hiasan yang direncanakan dilukis menggunakan bahan tertentu (cat, lilin dll), kemudian keris dimasukkan ke larutan asam. Dalam jangka waktu tertentu logam yang tidak dilindungi bahan pelindung akan aus, sedangkan yang terlindungi akan terlihat timbul. Pada tahun 1980-an tehnik ini banyak dijumpai. Motif yang sering dijumpai antara lain berupa rajah, gambar wayang, huruf (jawa/arab). Sebagai penjelasan, bahwa proses kamalan ini juga dipakai dalam rangka untuk menghaluskan logam keris yang baru jadi atau juga yang salah kaprah digunakan juga untuk "menipu pandangan" orang supaya keris kelihatan lebih tua dan munculnya kesan aus.


Sebagian penggemar keris justru kurang menyukai keris dengan tehnik kamalan yang berlebihan dan berpendapat malah menurunkan nilai dari keris tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI MASUKAN UNTUK MENUNJANG KARYA