Kanjeng Kyai Sengkelat
![P2041253](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_t2i12BR0gAr5pIIVRlpJ7AYWinCS_lhRUfS3x0EWbBcMNiWHThA7AjPesYRiqoYays5RtHCxC-va7lBLJigSc_qFVy5Ms5t7jH8Qs4IUb-7R2kVUQW5X-yzFlCi0A5gGZebUAHgMUCxXww=s0-d)
Ketika
Kerajaan Majapahit mulai surut, hiduplah seorang empu keris yang
sakti mandraguna. Dia bernama Jaka Supa putra dari Bupati Empu yang
bernama Ki Supadriya. Jaka Supa adalah seorang pemuda yang sederhana,
namun sangat menyukai tapa brata istilah jawanya adalah
“Gentur lelaku prihatin”.
Kelak atas perjuangan tapa bratanya, beliau akan menurunkan pusaka
pusaka yang hebat dan juga menurunkan empu-empu pembuat keris yang luar
biasa di tanah jawa. Konon pada suatu ketika, wilayah kerajaan
Majapahit dilanda
“pagebluk” yang sangat
nggegirisi,hingga
banyak para kawula (rakyat jelata) yang pagi sakit sore meninggal dan
sore sakit paginya meninggal.Tidak hanya para rakyat jelata, banyak juga
beberapa bangsawan, pandita dan sebagainya terserang penyakit yang
sangat misterius ini. Hingga akhirnya kekawatiran Sang Prabu atas nasib
penghuni Kraton oleh sebab ganasnya pageblug tersebut terjadi juga, Dyah
Ayu Sekar Kedaton jatuh sakit.Sudah beberapa tabib pinunjul dari
penjuru negeri dihadirkan untuk membatu kepulihan sang putri, namun toh
hasilnya selalu nihil. Bahkan kalau malam menjelang , penyakit sang
putri kian menjadi jadi. Untuk menghindari kejadian yang tidak di
inginkan, sang prabu menugaskan segenap abdi dalem untuk bergiliran
menjaga sang putri, khususnya di malam hari.
Hingga suatu malam, sampailah giliran jaga itu jatuh pada Tumenggung
Supandriya dan Tumenggung Supagati. Akan tetapi, karena mereka berdua
ternyata sakit, maka tugas itu diwakilkan kepada anak anak mereka. Jaka
Supa putra dari Tumennggung Supandriya dan Majigjo adalah putra dari
Tumenggung Supagati. Sore itu langit agak mendung, disebelah barat
semburat sinar matahari tampak kemerahan menyaput mega. Hingga dari jauh
terlihat menakutkan laksana banjir darah siap menerkam majapahit.
Mereka (Jaka Supa dan Majigja ) berangkat bersama sama menuju Kraton,
ditengah perjalanan tak henti hentinya Majigja menceritakan kerisnya
yang indah berlapis emas hasil buatanya sendiri. Keris itu diberinya
nama sabuk Inten, sebuah keris yang indah, anggun, berpamor eksotis dan
menyimpan enegi gaib yang luar biasa, bahkan sembari bercanda,
kadang Majigja setengah meledek keris buatan Jaka Supa yang diberi nama
Kyai Sengkelat itu. Sengkelat memang berbentuk sangat sederhana, dia
sangat polos , tak banyak ornamen, ibarat naga dia bagaikan seekor naga
yang hitam legam tanpa mahkota. Namun dibalik kesederhanaanya itulah,
Sengkelat adalah keris yang pilih tanding.
![sattahjr41996 Empu Keris](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sZWukAGe4eMmqGc1V-bYvcVU7jqkwxQjx6go4Byct2_iYbC1-E1Ar6snbFg8u-G78sESAzQEMjJH9B7BWn57Kr2pmKShPesCQd854XiJY3zWSK6BP-rs_NXZcjmRUfF7mXumcHR7dTYeBMO_7oP_s=s0-d)
Empu Keris
Sesampai di keputren, mereka berdua langsung mengambil tempat jaga
masing masing. Jaka Supa di sebelah kanan regol, sedangkan Majigja
disebelah kiri.Beberapa saat waktu berlalu ,tidak terjadi apa-apa. Namun
menjelang tengah malam, tiba tiba angin berdesir agak kencang menebar
aura mistis yang menggetarkan hati para prajurit yang ikut menjaga
kediaman sang putri, angin itu makin melembut dan melembut, hingga
akhirnya banyak prajurit yang kemudian bergelimpangan tak mampu menahan
hawa kantuk yang luar biasa. Tiba-tiba dari arah Gedong pusaka muncul
sinar merah kehitaman yang sangat terang benderang, sinar itu naik
memanjat langit setinggi lima pohon kelapa dewasa. Sinar tersebut
berpendar pendar ke segala penjuru, menebarkan hawa teluh atau wabah
penyakit yang mengakibatkan pageblug tersebut. Jaka Supa dan Majigja tak
bergeming, ternyata hanya mereka berdua yang masih tersisa dari
serangan hawa kantuk tersebut, mereka meningkatkan kewaspadaan ,
setelah mereka cermati ternyata sinar yang menebar teluh tersebut adalah
Keris Kyai Condong Campur. Sabuk Inten yang sedari tadi sudah
okrak-okrok pengen
keluar dari warangkanya tiba tiba melesat naik ke angkasa, pertempuran
condong campur dan sabuk inten tak terelakan lagi, namun sabuk inten
memang jauh dibawah condong campur, baru sekitar sepuluh menit sabuk
inten dapat dikalahkan dan balik ke warangkanya. Bahkan lambung Sabuk
Inten “
grimpil” dibagian depan , akibat
hantaman Condong Campur. Jaga Supa tanggap sasmita, Sengkelat segera
dicabut dari warangkanya setelah mendapat restu, keris pusaka tersebut
membumbung tinggi ke angkasa, pertempuran terjadi sangat sengit sekali,
desak mendesak dan serang menyerang. Setelah hampir subuh condong campur
mulai kewalahan hingga akhirnya Sengkelat berhasil mematahkan ujung
condong campur satu luk, akhirnya condong campurpun ngibrit ketakutan
dan masuk kembali ke gedong pusaka. Sejak saat itu condong campur tak
pernah keluar lagi menebar pageblug, semenjak saat itu pula Dyah Ayu
sekar kedaton berangsur angsur sembuh, dan atas jasa-jasanya Jaka Supa
akhirnya diangkat menjadi Empu Kerajaan kesayangan sang Prabu. Kelak
dari tangannya akan lahir pusaka pusaka hebat yang sampai saat ini
dikejar kejar oleh para pecinta keris, dan dari beliau juga akan lahir
empu empu hebat penerusnya, keturunan terakhir beliau menurut cerita
adalah Empu Djeno Harum Braja dari Ngayugyokarto Hadiningrat.
Berhubungan dengan cerita di atas, simbah selalu berpesan;
Le…. tirunen si sengkelat, dia adalah simbol wong cilik tapi sugih ngelmu
“bathok bolu isi madu”
paribasane. Sengkelat orang seneng nuduhake kasudibyane, walau dia
sakti, kuat namun sosoknya sangat sederhana, sak anane atau sakmadya.
Menurut simbah Sengkelat menjadi ikon bagi para kawula alit yang
berilmu tinggi. Konon, kelak dinusantara ini akan muncul sosok pemuda
yang sederhana, tapi ketinggian ilmu lahir batinnya luar biasa, dia
berasal dari keluarga biasa, yang lebih aneh lagi pemuda tersebut
mempunyai pusaka Kanjeng Kyai Sengkelat sebagai tanda bahwa ia adalah
pengemban amanat leluhur. Pemuda tersebut akan berjuang membangun
Nusantara menjadi negeri yang aman, adil dan makmur. Untuk kebenaran
cerita tersebut saya tidak tahu, namanya juga cuma dongeng, tapi mudah
mudahan dongeng ini ada manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERI MASUKAN UNTUK MENUNJANG KARYA