Bersamaan dengan lahirnya kebudayaan
metalurgi khususnya pemakaian besi untuk senjata-senjata pusaka dan sebagainya..
dimana salah satu besi yang dianggap bertuah dan paling dicari adalah besi Luwu
(bessi Ussu).
ada beberapa versi mengenai hal
tersebut, diantaranya adalah .konon pembuatan keris atau senjata pusaka pada
jaman itu adalah jenis senjata berpamor, yang mana bahan tersebut salah satunya
adalah besi Ussu dari Luwu yang banyak mengandung meteorit dan nikel, sehingga
besi Luwu (ussu) menjadi bahan pamor utama pembuatan dalam pembuatan keris,
dalam buku Ensiklopedi Keris disebutkan bahwa besi Luwu dipasaran dikenal
dengan nama Bessi Pamorro, sampai dengan tahun 1920 masih dijumpai di pasar
Salatiga dengan harga perkilo setara dengan 50 kg beras.
Nama Sulawesi juga telah menjadi
misteri tentang siapa yang pada awalnya memberikan nama pulau ini menjadi pulau
Sulawesi. Akan tetapi besar dugaan bahwa orang yang bersejarah memberikan nama
pulau ini sebagai Sulawesi yaitu Prof.Moh.Yamin sebagai ganti dari nama yang
sebelumnya yaitu Celebes yang dikenal pada zaman pemerintahan Hindia Belanda.
Sebenarnya nama Celebes pada awalnya dikenalkan oleh seorang yang berkebangsaan
Portugal yang bernama Antonio Calvao pada tahun 1563 .Celebes oleh Antonio
Calvao dimaksudkan sebagai ” ternama” atau tanah yang makmur yang terletak
digaris Khatulistiwa. Celebes bagi orang Belanda menyebutnya dari kata Cele
Besi yaitu Cele ( Keris,badik atau kawali)`yang dibuat dari Bessi`( Bugis).
Badik atau disebut juga kawali bagi
masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai kedudukan yang tinggi sebagai harta
pribadi. Badik/kawali bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata tikam,
melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Kebiasaan
membawa Badik/kawali dikalangan masyarakat terutama suku bugis dan Makassar
merupakan pemandangan yang lazim ditemui sampai saat ini terutama di tanah
Bone. Kebiasaan tersebut bukanlah mencerminkan bahwa masyarakat Sulawesi
Selatan khususnya suku bugis dan makassar adalah masyarakat yang gemar
berperang atau suka mencari keributan melainkan lebih menekankan pada makna
simbolik yang terdapat pada Badik/kawali tersebut.
Pentingnya kedudukan Badik/kawali di
kalangan masyarakat bugis dan makassar membuat masyarakat berusaha
membuat/mendapatkan badik yang istimewa baik dari segi pembuatan, bahan baku,
pamor maupun sisi’ (tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi
siapa saja yang memiliki atau membawanya.
Badik/kawali yang dianggap istimewa
dapat dilihat dari beberapa unsur, yakni:
A. Dari segi fisik Badik/kawali
dapat dilihat:
1. Bahan bakunya terbuat dari besi
dan baja pilihan biasanya mengandung meteorit dan ringan. Wilayah Sulawesi
Selatan sejak zaman dahulu terkenal dengan besi luwu yang berkualitas tinggi.
2. ragam pamor pada Badik/kawali
lebih sederhana dari dari keris jawa biasanya terdiri dari jenis pamor kurrisi,
lasoancale, parinring, bunga pejje, madaongase,kuribojo,tebajampu, timpalajja
dan balopakki.
B. Badik dari segi
sisi’(tuah)/mistik antara lain:
1. Uleng puleng dan battu lappa;
sebenarnya merupakan kandungan meteorit. Bagi sebagian orang percaya
Badik/kawali yang mempunyai ulengpuleng(kalau kecil)/battu lappa (kalau besar)
akan membawa kebaikan pada pemiliknya baik berupa kemudakan rezki, karisma,
maupun peningkatan karir. Posisi ulengpuleng/battulappa yang dicari adalah yang
terletak dipunggung badik kira-kira berjarak 5 cm dari hulu/pangulu karena
dipercaya akan memudahkan rezki dan karir. Badik/kawali yang memiliki
ulengpuleng dan battulappa juga dipercaya dapat menghindari gangguan mahluk
halus, sihir dan tolak bala.
2. Mabelesse ; adalah retakan diatan
punggun Badik/kawali sehingga seakan-akan Badik/kawali tersebut akan terbelah
dua. Badik seperti ini dipercaya akan memudahkan rezki bagi pemiliknya sehingga
banyak dicari oleh yang berprofesi sebagai pedagang.
3. Sumpang buaja; sama seperti
mabelesse Cuma retakannya pada bilah dekat ujung Badik/kawali. Tuahnya sama
seperti mabelesse namun yang dicari yang letaknya pada bilah sebelah kanan
dekat ujung Badik/kawali.
4. Ure tuo; adalah garis yang muncul
pada bilah Badik/kawali. Yang dicari adalah yang tidak terputus-putus, kalau
letaknya dipunggung Badik/kawali dan tidak terputus dari hulu sampai ujung
tuahnya membuat sang pemilik disegani dan dituruti semua perkataannya, kalau
melingkar ke atas dari bilah ke bilah sebelahnya seperti badik luwu sambang
maka tuahnya untuk melindungi pemiliknya dari malapetaka dan kalau turun ke
baja maka untuk memudahkan rezki.
5. Tolongeng; adalah lubang pada
punggung Badik/kawali yang tembus ke bawah terletak dekat hulu/pangulu sehingga
kalau dilihat seakan seperti teropong. Pada zaman dahulu sebelum berangkat
perang biasanya panglima perang meneropong pasukannya melalui Badik/kawali
tolongeng.
6. Sippa’sikadong; adalah retakan
pada tengah bilah Badik/kawali dari punggung Badik/kawali. Tuahnya adalah
membuat pemiliknya disenangi oleh siapa saja yang melihatnya. Pada zaman dahulu
apabila ada seseorang akan melamar gadis, maka utusan dari laki-laki akan
membawa Badik/kawali sippa’sikadong yang bertujuan agar memudahkan lamarannya
diterima pihak perempuan
7. Pamussa’; adalah upaya memperkuat
daya magis Badik/kawali yang diletakan dalam hulu/pangulu Badik/kawali.
Biasanya dengan menggunakan bahan-bahan tertentu tergantung akan digunakan
untuk apa Badik/kawali yang akan di beri pamussa.
8. Pangulu; di kalangan masyarakat
bugis Bone berkembang suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sebagian
orang yang mampu membuat pihak lawan tidak mampu mencabut Badik/kawali ketika
akan digunakan, ilmu ini dikenal dengan istilah pakuraga/pabinrung. Pangulu
yang caredo (terbelah/atau memiliki mata) secara alami dipercaya mampu
mengatasi orang yang memiliki ilmu tersebut.