Foto Salah Satu Pameran Keris di Jogjakarta
Menurut
pakar perkerisan dari karaton
Surakarta,
Panembahan Hadiwidjaja Sang Maharsitama,
keris berasal dari bahasa
Sanskrit,
kris yang berarti
menghunus.Sedangkan menurut
etimologis jawa atau
jarwodhosok nya,
keris berasal dari dua kata,
sinengker dan
aris,dimana
sinengker artinya rahasia,disembunyikan,dan
aris berarti bijaksana,hati-hati,itu semua mengandung maksud agar manusia yang mempunyai
keris mempunyai sikap yang rendah hati,tidak suka menonjolkan diri,tidak sombong,yang dikiaskan dengan bahasa
sinengker dan juga mempunyai sikap yang bijaksana,hati-hati,tidak
sembrono,atau
grusa-grusu.
Keris juga mempunyai nama lain,seperti
dhuwung dari dua kata
udhu dan
kuwung,dimana
udhu berarti sumbangan,kontribusi sedang
kuwung berarti kehormatan,kewibawaan jadi diharapkan
keris memberikan kontribusi meningkatkan derajat,wibawa,dan kehormatan bagi pemiliknya.Ada lagi nama lain dari
keris yaitu
curiga,ini dari dua kata,
curi dan
raga,dimana
curi berarti tajam,dan
raga berarti fisik,benda,yang artinya benda tajam atau senjata tajam,yang diartikan agar si pemilik
keris itu mendapatkan pikiran tajam,cerdas atau
premana.Sinonim dari itu semua ada menyebut
kadga,artinya senjata tajam juga.Atau ada yang menyebutkan
siyunge Bathara Kala,karena menurut mitos,
keris awalnya diciptakan dari
siyung atau gigi taringnya
Bathara(dewa)
Kala,dewa raksasa pemakan manusia(
kala artinya waktu,bisa diartikan dengan takdir).
Keris juga termasuk ke dalam kelompok
tosan aji,yaitu kelompok senjata besi(
tosan) yang
aji(berharga),berharga disini
keris bukan senjata tajam biasa,melainkan senjata yang dihormati,diagungkan,yang tidak boleh sembarangan digunakan.
Foto Keris dengan Warangka gagrak Surakarta(kiri) dan Jogjakarta(kanan)
Ada lagi yang menyebut dengan istilah
wangkingan,dari kata
wangking yang berarti pinggang,yang mempunyai maksud bahwa
keris sepantasnya atau biasa diletakkan di belakang(daerah pinggang).Disebut
wangkingan keris itu harus berserta
warangka(sarung) nya,sehingga bisa dipakai di belakang/pinggang.
Foto Keris-keris Berbilah Lurus dengan aneka ragam pamor
Asal-usul Keris
Foto Pameran Keris yang Adi luhung
Berasal darimanakah sebenarnya
keris itu? Karena banyak tempat di
Indonesia bahkan di luar negeri terutama di daerah
Asia Tenggara,mengaku juga mempunyai
keris.Sehingga banyak usul(pendapat) dikemukakan oleh para ahli,apakah itu dari ahli
sejarah,
etnograf,
arkeolog,maupun ahli perkerisan itu sendiri.Jika dilihat dari asal katanya sendiri,kata
keris,berasal dari kata
kris,yaitu dari
bahasa Sanskrit,bahasa ini berasal dari
India,yang biasa dipakai oleh para pujangga atau para brahmana beragama
Hindu maupun
Buddha.
Foto Keris dan Patrem
Kata
kris itu diartikan
menghunus.Senjata-senjata yang biasa dipakai dengan cara menghunus
adalah senjata-senjata tajam berlaras/berbilah pendek,seperti pisau
belati,pedang,kapak atau golok,tidak hanya keris,dan senjata-senjata itu
mempunyai
handdle(pegangan) yang terbuat dari kayu,gading,cula badak,gigi taring,atau logam.Walaupun keris itu asal katanya dari bahasa
Sanskrit di
India,tetapi ternyata di
India
sendiri,keris tidak dikenal sebagai senjata khas mereka.Ini bisa
dibuktikan dengan tidak adanya penyebutan istilah keris,di dalam
kisah-kisah,kronik,ataupun epik-epik semacam
Mahabharata maupun
Ramayana
versi India.Penggunaan kata keris,justru setelah kisah-kisah di dalam
Mahabharata dan Ramayana diadaptasi atau disadur ke dalam versi
Indonesia.Kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana dipakai dalam
dunia pewayangan,dimana
para ksatrianya biasa memakai senjata berupa keris.Sehingga nama keris
tertentu selalu identik dengan ksatria tertentu,seperti
arjuna yang mempunyai keris bernama
pulanggeni.Disamping
itu di dalam relief-relief prasasti/piagam ataupun candi-candi di India
tidak ada senjata yang mirip dengan keris.Relief-relief keris justru
ditemukan di banyak candi di Indonesia,seperti di candi
Borobudur,Prambanan,Penataran,maupun candi Sukuh.Dan penulisan istilah
keris juga dipakai di dalam prasasti-prasasti di Indonesia,khususnya di
Jawa,semisal
prasasti Karang Tengah di
daerah Magelang,Jawa Tengah pada abad 9.Karena banyaknya penemuan yang
terdapat di Indonesia terutama di Jawa,dan keris yang paling kuno
ditemukan di Jawa,khususnya Jawa Tengah,yang biasa di dunia perkerisan
disebut
keris Buddha,atau
tangguh kabudan Purwacarita.Akhirnya disimpulkanlah kalau keris itu awalnya berasal dari Jawa.
Evolusi Keris
Evolusi keris yang dimaksudkan disini membahas tentang perkembangan
keris dari bentuk awal(prototype)
keris
yang sangat sederhana sampai dengan bentuknya yang sekarang.Ini semua
menyangkut juga tentang sejarah peradaban suatu bangsa,karena proses
pembuatan keris memerlukan teknologi yang canggih untuk ukuran zaman
dulu.Mengingat
keris dibuat dari logam besi,yang teknik
penempaannya membutuhkan suhu pemanasan yang sangat tinggi untuk bisa
dibentuk.Dibandingkan dengan logam yang lain besi memang cenderung susah
untuk dibentuk sesuai keinginan.Bagaimana nenek moyang bangsa
Indonesia,khususnya
Jawa mempunyai kemampuan mengolah,menempa,dan membentuk besi menjadi keris,masih merupakan
misteri.
Ini semua dikarenakan ilmu pengetahuan tentang
keris pada zaman dahulu masih merupakan ilmu yang sangat dirahasiakan,atau istilahnya
ilmu ingkang sinengker.Mengapa
ilmu ini kok bisa sangat dirahasiakan? Masih merupakan tanda tanya
besar juga,kemungkinan disebabkan karena proses pembuatannya yang
susah,rumit,dan cenderung berbau
mistik/magis sehingga tidak sembarang orang mampu mencerna dan menirunya,bagi si
empu(pembuat
keris)
sendiri untuk mengajarkan ilmunya biasanya pilih-pilih,tidak
sembarangan orang yang boleh mewarisi ilmunya,biasanya ilmu diberikan
untuk sanak keluarganya saja,tidak aneh kalau para empu biasanya turun
temurun ke anak cucunya.Atau bisa jadi ke orang lain yang sangat
dipercayainya.
Untuk bisa mewarisi ilmu dari
sang empu dibutuhkan
kesabaran yang tinggi,bertahun-tahun,tidak boleh tergesa-gesa,pelan tapi
mengena agar bisa meresapi ilmu dengan baik.Dalam proses
pembelajarannya,para
panjak(
pembantu empu) dilarang banyak bertanya,cukup belajar dengan metode melihat,mendengarkan,dan meresapi sehingga para
panjak bisa niteni atau mengingat-ingat betul apa yang dikerjakan oleh
sang empu.Tidak adanya dokumentasi,tulisan-tulisan yang baku tentang proses pembuatan
keris,membuat ilmu ini semakin kabur bagi generasi selanjutnya.
Sebab yang lain kenapa ilmu tentang
keris ini menjadi misterius,kemungkinan karena sifat atau tabiat dari
sang empu yang seperti rata-rata bangsa
Indonesia
lainnya,yaitu sifat yang seperti ilmu padi,semakin tinggi ilmu yang
dimiliki semakin rendah hati.Tidak suka menonjolkan diri,bahkan
cenderung menutup diri,ini bisa dibuktikan dengan tempat/bengkel
pembuatan
keris atau
besalen yang
tidak pernah terdapat di depan rumah,selalu di belakang rumah dan
biasanya tertutup rapat,bahkan ada yang terpisah jauh dari rumah tempat
tinggalnya.
Empu-empu tertentu yang sudah ternama,yang biasanya karya-karyanya tergolong
masterpiece,agar
karyanya tidak gampang ditiru atau kasarnya dijiplak,mereka melindungi
atau memproteksi dengan sangat ilmu yang dimilikinya bahkan mungkin
hanya biar si
empu sendiri yang tahu ilmunya.
Empu-empu ini biasanya adalah
empu-empu kraton/istana yang membuat
keris hanya berdasarkan pesanan atau perintah raja.Dan keris yang diciptakan tentunya haruslah
keris yang ampuhyang tidak bisa ditiru oleh
empu-empu dari kerajaan lain.
Keris-keris yang dihasilkan para empu yang tersohor ini,seperti
Mpu Pitrang,Supo Anom,Jigja,atau Umyang sampai sekarang susah dibuat tiruannya.
Keris-keris yang dihasilkan biasanya menjadi patokan/pedoman bagi para empu yang lain,atau istilahnya
keris pakem.
Begitu sedikitnya data/sumber yang ada,membuat kita susah memperkirakan kapan sebenarnya
keris mulai
diciptakan dan siapa orang yang pertama kali membikinnya.Data-data yang
kita pakai sebagai sumber rujukan kebanyakan data-data yang terdapat di
kitab-kitab tentang
perkerisan yang ditulis oleh para sarjana/ahli dari dalam maupun dari luar negeri/barat.Sumber-sumber tertulis dari
para empu jaman dahulu,tidak pernah diketemukan.
Foto Pujangga Karaton Surakarta R.Ng.Ranggawarsita
Kebanyakan justru ditulis oleh para pujangga/sastrawan seperti,
Ronggowarsito,bukan dari
empu pembuat
keris
sendiri.Dan kebanyakan karya-karya sastra ini terdapat kerancuan dengan
fakta yang ada atau sering tidak masuk akal.Harap dimaklumi karena
namanya saja karya sastra apakah itu berupa puisi/sajak ataukah
prosa/narasi tentunya lebih mementingkan bunyi-bunyian,permainan
kata,ditambah unsur-unsur dramatis/fantastis sebagai bumbu daripada
fakta yang ada,yang tentunya subyektifitasnya lebih menonjol.Sehingga
kita perlu hati-hati dalam menarik kesimpulan.
Disamping sumber-sumber yang tertulis di dalam kitab-kitab,informasi tentang
keris juga terdapat dalam tulisan-tulisan prasasti walaupun jumlahnya sangat sedikit,Kebanyakan
keris ditulis
sebagai salah satu persyaratan dalam upacara-upacara suci
keagamaan,peresmiaan suatu bangunan,keberadaan suatu sumber mata air
yang disucikan.Paling banyak justru informasi tentang
keris
itu didapat dari sumber-sumber tidak tertulis,yaitu dari sumber
lisan.Cerita-cerita atau kisah-kisah yang dituturkan dari satu generasi
ke generasi berikutnya sudah barang tentu selalu disisipi dengan hal-hal
yang kurang rasional,mistis,dan terkadang berlebihan.Hal inilah yang
jelas membuat keakuratan data yang didapat menjadi semakin kabur.Untuk
itu dibutuhkan cara yang jitu untuk menganalisa data-data yang sudah
ada.
Para
ahli perkerisan sebaiknya terdiri dari gabungan beberapa ahli,seperti
ahli sejarah,
budayawan,
sastrawan,
pakar bahasa,
filologi,
sosiologi,
anthropologi,
etnografi,
arkeologi,
ahli metalurgi,dan tidak menutup kemungkinan ahli-ahli yang lain sebagai peminat dan pemerhati masalah
keris.Analisa
data yang disusun dari para ahli itu nantinya diharapkan akan
mengkristalisasi menuju terbentuknya suatu cabang ilmu tentang
perkerisan,atau bahkan lebih luas lagi tentang dunia
tosan aji.
Ilmu tentang
perkerisan ini pernah dilontarkan oleh seorang tokoh
perkerisan dari
karaton Surakarta,
Panembahan Hadiwidjaja,yang menyebut ilmu ini dengan
Krisologi.Untuk mewujudkan
keris menjadi
suatu ilmu tidaklah mudah.Seperti diketahui ilmu adalah kumpulan
pengetahuan,tapi tidak semua kumpulan pengetahuan adalah ilmu.Kumpulan
pengetahuan untuk menjadi suatu disiplin ilmu harus memenuhi
syarat/kriteria tertentu.Syarat yang dimaksud adalah harus adanya
obyek materi dan
obyek forma dari kumpulan pengetahuan itu yang tersusun secara
sistematis.Obyek materi
adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran
pemikiran,dipelajari,dianalisis,dan diselidiki menurut metode yang
berlaku dan disepakati dalam keilmuaan,ada yang menyebutnya dengan
metode ilmiah,sehingga dapat tersusun secara
sistematis dengan arah dan tujuan tertentu secara khusus memenuhi persyaratan
epistemiologi/syarat keilmuan.Obyek materi menyangkut segala hal tentang yang
kongkrit(kasat mata),berupa wujud fisik/bendawi maupun segala hal yang
abstrak(tidak kasat mata),atau non bendawi,seperti ide,nilai,norma,atau fenomena substantif lainnya.Sedangkan
obyek forma
dibentuk oleh cara/sudut pandang,atau peninjauan oleh para peneliti
terhadap obyek materi dengan prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan untuk
mendapatkan
esensi dari
penelitiannya,sehingga akan mendekati hakekat suatu kebenaran dari obyek
yang dipelajarinya.Obyek forma dari suatu ilmu tidak hanya memberi
keutuhan tertentu yang substantif dan sistematis,tetapi pada saat yang
sama juga membedakannya dari berbagai ilmu dalam bidang-bidang yang
lain.Sebagai contoh disini
keris ditempatkan sebagai obyek materi,dengan disiplin ilmu yang berbeda,
keris dapat dipelajari dari sudut pandang
arkeologinya atau
metalurginya.Kedua
macam ilmu itu mempunyai obyek materi yang sama,yaitu keris,tapi
berbeda sebagai obyek formanya,arkeologi mempelajari dari sudut pandang
hasil-hasil kebudayaan(
artefak) suatu peradaban di jaman lampau,sedang metalurgi mempelajari tentang teknik pengolahan logam,termasuk
keris(besi).Jadi
obyek materi dan obyek forma adalah sesuatu yang mutlak harus
ada,diketahui keberadaan/eksistensinya secara substantif atas
pengetahuan dan pengalaman,bersamaan dengan esensinya sebagai ciri yang
bersifat
unik dan
universal yang dapat disebut sebagai
jatidiri disiplin keilmuannya.
Untuk itu dibutuhkan adanya kesepakatan definisi tentang
keris.Apa sebenarnya yang dimaksud dengan
keris
itu.Definisi yang spesifik akan memudahkan kita dalam mempelajari dan
membedakannya dengan obyek materi yang lain.Akan lebih mudah kita
mengatakan ini lho yang disebut
keris,itu yang
bukan keris.
Umum diketahui kalau unsur pokok yang terkandung di dalam
keris adalah
besi.Walaupun kemudian dalam perkembangannya
keris tidak hanya terdiri dari unsur besi saja,melainkan disisipkanlah unsur
baja sebagai penguat/pengeras.Kekuatan
keris diukur dari banyak sedikitnya kandungan bajanya.Sehingga baja bisa disebut sebagai
tulang/kerangkakeris.Atau ada yang menyebutnya dengan
slorok.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya ialah bagaimanakah nenek moyang
kita bisa mendapatkan bahan-bahan materi besi dan baja? Apakah
bahan-bahan materi ini didapatkan sebagai bahan setengah jadi ataukah
bahan mentah yang perlu pengolahan lebih lanjut? Kalaupun mendapatkannya
sebagai bahan setengah jadi,darimana memperolehnya? Dan kalaupun perlu
pengolahan lebih lanjut,benarkah nenek moyang kita sudah mengenal teknik
peleburan bijih besi menjadi besi? Jika benar adanya,sungguh tinggi
teknologi yang dimiliki nenek moyang kita itu,mengingat tingkat
kesulitan dalam pengolahan bijih besi.Dibutuhkan pengetahuan tentang
suhu pemanasan yang sangat tinggi untuk peleburan besi,peralatan yang
canggih seperti tanur-tanur,alat-alat cetakan,bahan bakar dan tentunya
biaya yang tidak sedikit.
Perkiraan para ahli,kedua-duanya bisa dimungkinkan.Para empu
memperoleh bahan-bahan tersebut dengan cara membeli dari para pedagang
asing,seperti pedagang
India dan
Cina,sebagai bahan setengah jadi berupa batangan-batangan besi,kualitas besi terutama dari
India
konon sudah sangat terkenal sejak dahulu,sebagai besi berkualitas
terbaik.Yang kedua,banyak terdapatnya bijih besi di pesisir pantai pulau
Jawa,membuat para ahli juga memperkirakan nenek moyang
kita sudah mampu membuat berbagai jenis peralatan yang terbuat dari
besi,termasuk
keris.Bahkan pernah ada semacam eksperimen yang dilakukan oleh seorang
empu jaman kamardikan,yaitu
mpu Pauzan dari
Surakarta,yang disponsori oleh seorang berkebangsaan
Jerman yang interest terhadap
keris,mengolah bijih besi yang diambil dari pesisir pantai
Cilacap dengan tanur tinggi,kemudian terbentuk batangan besi yang berkualitas,yang akhirnya ditempa lagi menjadi
keris.Bahkan dihasilkanlah
keris dhapur gumbeng yang berpamor
poleng,yang oleh mantan
Menko Polkam Soerono,diberi nama
Kyai Sureng Karya.
Baja adalah perpaduan antara unsur dasar besi dengan tambahan
atom C(karbon).Penambahan
atom C,akan menambah kekerasannya.Hal ini didapatkan dengan penempaan
besi dengan teknik dan suhu tertentu.Namun ada kelemahannya juga,jika
perpaduannya tidak pas,akan menjadikannya
getas dan kurang ulet bila dibentuk.Era sekarang ini sudah ditambahkan unsur-unsur lainnya dalam proses pembuatan baja,seperti
mangaan,krom,vanadium,maupun tungsten.Terutama dengan penambahan
unsur krom akan membentuk senyawa yang menjadikannya tahan karat.
Unsur ketiga dari
keris adalah
pamor,memang tidak dipungkiri ada juga beberapa
keris tidak berpamor,namun seringnya
keris itu
berpamor.
Pamor ialah unsur/elemen
keris
yang mempunyai nuansa/warna yang berbeda dengan warna
dasarnya/besinya.Biasanya berwarna keputihan,bisa putih keperakan,atau
ada yang kekuningan tergantung bahan pamornya.
Pamor dari kata dasar
amor,yang berarti bersama-sama atau menyatu.Jadi awalnya pembentukan pamor pada
keris kemungkinan tidak disengaja oleh
sang empu.Tiba-tiba saja,pada saat akhir proses pembuatan
keris,yaitu setelah tahap
pewarangan,muncul nuansa/warna keputihan di bilah
kerisnya.Hal ini kemudian menjadi menarik perhatian
sang empu,yang setelah dilakukan beberapa kali uji coba,ditemukanlah formula/rumusan dalam pembuatan
pamor.
Pamor awal kemungkinan adalah
pamor tiban,yaitu
pamor yang timbul tanpa unsur kesengajaan,istilahnya
sakmetune.Terserah apalah betuknya,biasanya orang sering menyebutnya bentuk
pamor wos wutah/beras tumpah.
Pamor
ini muncul dari perpaduan berbagai macam besi yang diambil dari
beberapa tempat,biasanya besi-besi tua dari alat bajak sawah,roda
pedati,galangan kapal,dan lain-lain.
Pamor yang timbul,nuansanya tidak begitu jelas,
lamat-lamat,atau istilahnya
kelem.Pamor ini kemudian juga disebut dengan
pamor sanak.Dalam perkembangannya nantinya akan semakin beragam variasi bentuk
pamor,teknik pembuatan,dan bahan-bahannya.Jadi kesimpulannya
keris haruslah mempunyai sedikitnya dua dari tiga unsur tersebut,yaitu besi,baja dan
pamor.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5yt97dkb-B1Q-dsqB9PJzmqofjb_Q9KcwbRVzzhEgsrdqlJtjhhyphenhyphend0il3_CG6dqXylADbUESVylKJ6Iglw7W-DXemAFuWoYN5kwyVcT4NqjNEMMttRuLby6bAgGZj2aKa5XfsVqF2DIo/s200/4766_101510703193121_100000025761760_44226_57011_n.jpg)
Setelah membahas unsur/elemen dasar daripada
keris,sekarang tentang bentuk-bentuk
keris.Bentuk
keris ada dua,yaitu
keris berbentuk
lurus,dan
berluk.Bentuk mana yang lebih dulu? Menurut banyak ahli berpendapat,
keris luruslah yang pertama kali ada,karena saat ini
keris yang paling tua ditemukan adalah
keris tangguh kabudan,yaitu sekitar abad 8-9 M,yang berbentuk/
berdhapur jalak dan
bethok,semuanya itu
keris lurus berbilah pendek,agak gemuk atau melebar di bagian bawah.Gambar disamping adalah
keris dengan bentuk(
dhapur)
jalak buda.
Namun baru-baru ini diketemukan
keris dengan
tangguh/perkiraan tahun yang lebih tua dari
keris kabudan,yang ditemukan di muara sungai
Bengawan Solo,di daerah
Porong,
Sidoarjo pada waktu terjadi musibah lumpur
Lapindo Brantas,oleh
ahli perkerisan dinamakan
keris tangguh Purwacarita,diperkirakan berasal dari
Kerajaan Mataram Hindu/Medang,yaitu abad 8 M.
Keris ini ternyata
berluk,
luk(lekukan) berjumlah lima,masing-masing
berdhapur(bentuk)
Pandhawa Prasaja berpamor keleng(tanpa
pamor) dan
Pandhawa Larebrawukberpamor adeg telu(
adeg tiga).Pada
keris Pandhawa Prasaja tampak besi
kelengnya sangat lentur,liat,namun keras.Bentuk
ganja(alas
keris)nya
wilut,menandakan kalau
ganja wilut sudah ada sebelum jaman
Majapahit,bahan
methuk(cincin
keris)nya dari bahan perunggu yang nyaris sempurna.Sedangkan yang bentuk/
dhapur Pandhawa Lare,nampak
pamor adeg/berdiri,berupa garis-garis membujur sejajar bilah,yang teknik pembuatannya jelas lebih sulit,teknik ini dikenal dengan
teknik miring.Ini menandakan teknologi peleburan,penempaan,dan pelipatan besi berkualitas sudah dimiliki oleh nenek moyang kita jauh
sebelum era Majapahit.
Benarkah hal demikian? Ini menjadi pertanyaan besar juga,apakah nenek
moyang kita benar-benar telah menemukan sendiri teknik tempa lipat besi
yang sudah sedemikian majunya tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu maju,seperti
India dan
China? Ataukah telah terjadi
transfer of knowledge and technology dari bangsa-bangsa lain tersebut? Mengingat bangsa
India dan
China telah lebih dahulu maju peradabannya dibanding bangsa kita.Bangsa
India telah lebih dahulu kontak/berhubungan dengan bangsa kita sejak abad I Masehi,melalui para pedagang,ksatria dan brahmana.
Para pedagang itu menjual dengan
sistem barter,yaitu
saling tukar menukar barang dengan taksiran harga yang
sama.Barang-barang yang diperjualbelikan seperti
kamper,kapur,cendana,gaharu,emas,perak,rempah-rempah,sarang burung,hewan
ternak,bahan-bahan tekstil,barang kerajinan dari tembaga,perunggu dan
besi.Barang-barang kerajinan ini,berupa
patung-patung,manik-manik,kalung,gelang,pisau,pedang,alat-alat
pertukangan dan lain-lain.Jadi kemungkinannya adalah kebanyakan nenek
moyang kita menjual bahan-bahan mentah karena tanah air kita memang kaya
akan hasil buminya,dan kita membeli barang-barang setengah jadi atau
barang jadi karena merekalah yang memiliki teknologi pengolahannya.
Negeri kita memang sudah terkenal sejak jaman dahulu sebagai negeri yang subur makmur,kaya akan sumber daya alam,seperti pulau
Sumatera terkenal dengan julukan
Suwarnadwipa yang artinya pulau emas,dan pulau
Jawa terkenal dengan
Jawadwipa yang
artinya pulau biji-bijian.Dengan perantaraan perdagangan,kita menjadi
saling mengenal kebudayaan antar bangsa,disamping itu juga mempelajari
teknologi mereka,termasuk dalam hal ini teknik tempa lipat besi.
Para empu/pengrajin kita ini entah mendapatkan pengetahuan teknik tempa dengan mempelajari langsung dari para pengrajin/
empu mereka,ataukah secara otodidak diam-diam dipelajari dan dipraktekkannya sendiri.Tidak adanya bukti-bukti
transkripsi(tertulis) yang jelas bahwa
para empu kita telah mentransfer teknologi dari mereka,membuat kita susah memastikannya.
Teori yang lain mengatakan kerajaan-kerajaan pertama di
Indonesia yang beragama
Hindu itu karena adanya pengaruh dari
India,yang dibawa oleh para brahmana.
Para brahmana ini mengajarkan pada penduduk lokal
Nusantara mengenai ajaran-ajaran agama
Hindu-Buddha,hukum,tata tertib administrasi,tulisan/aksara,dan syarat-syarat pendirian suatu negara menurut ajaran
Hindu.Sehingga timbulah kerajaan-kerajaan awal di
Nusantara seperti
Kutei dan
Tarumanegara.Nama-nama rajanya pun mengadopsi nama raja-raja
Hindu di
India,dengan akhiran
warman,
Mulawarman,raja
Kutei dan
Purnawarman,raja
Tarumanegara.Ajaran
Hindu yang berkembang di
Nusantara ini ada dua aliran,yaitu penganut
Shiwa dan
Wisnu.Namun demikian,tidak seutuhnya ajaran para brahmana ini diterapkan di
Nusantara,melainkan dimodifikasi/dikombinasikan dengan ajaran lokal/nenek moyangnya,sehingga terbentuklah suatu
akulturasi dan
asimilasi budaya yang berbeda dengan induknya di
India.Hal ini bisa dilihat dari bentuk-bentuk bangunan suci/
candi yang berbeda dengan yang ada di
India.Sistem pemerintahannya pun tidak seluruhnya mengadopsi sistem pemerintahaan
Hindu di
India.Sistem pemerintahaan di kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di
Nusantara lebih bersifat
egaliter dan
desentralisasi.Ini mencerminkan sifat/watak khas nenek moyang kita(bangsa
Austronesia),dimana lebih mengutamakan
sistem kekerabatan.Pengenalan
aksara/tulisan juga dari para brahmana,yang bisa kita lihat dari tulisan-tulisan di
prasasti/piagam yang menggunakan
aksara/huruf
Pallawa,huruf yang digunakan oleh kerajaan
Pallawa di
India Selatan.Dalam perkembangannya huruf/
aksara Pallawa ini nantinya menjadi turunan huruf-huruf
Jawa,
Sunda,dan
Bugis.Disamping huruf,juga diperkenalkan
tahun Saka,tahun yang pertama dipakai oleh Raja
Kanishka di kerajaan
Kushan,I
ndia Utara.
Tahun Saka ini bersesuaian dengan tahun
78 Masehi,yang dipakai hampir di semua kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di
Nusantara jaman dahulu,dan masih dipakai sebagai kalender nasional di
India dan juga bagi para penganut
Hindu-Buddha di
Indonesia hingga sekarang.
Para ksatria dari
India pun diduga juga ada yang melarikan diri dari negerinya di
India karena peperangan atau keinginan untuk memperoleh kekayaan dan kejayaan di bumi
Nusantara.Mereka ada yang mengabdi pada para raja lokal sebagai tentara bayaran atau ada yang diambil menjadi menantu raja.Kisah
Sang Aji Saka yang membantu membunuh seorang raja raksasa yang selalu meminta korban manusia di
Jawa,yang juga mengajarkan huruf-huruf
Jawa,hanacaraka,mengisyaratkan kemungkinan kebudayaan
India ditularkan juga oleh para ksatrianya.
Kebudayaan India ini nantinya mempengaruhi dalam
ricikan(ornamen)
keris.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV1yBGMuQx2cfKTBXh8xZypkAVYS_sRn_LIpMPaD7_9V_M_nZaG6hzwg9ujoLyH0Yb2YRvh2m12cN3jFdzOvh36xNA838V4qAb1-p-EqfRMK_NHb7yDrytDf7NhMhjXxGK_-EXziz9tDU/s200/sajen15AA.jpg)
Kembali ke bentuk
keris yang paling awal atau disebut dengan
prototype keris,para ahli agaknya belum sepakat tentang hal ini.Mereka menduga
keris awal itu berupa
keris sajen,karena dimungkinkan sebab upacara-upacara keagamaan selalu disertai berbagai macam sesajian,termasuk
keris,dimana yang terkenal adalah
upacara sradha.
Sradha dalam bahasa
Sanskrit,artinya percaya.Dalam ajaran
Hindu,ada
lima sradha(kepercayaan) yang menjadi dasar ajarannya,yaitu
brahman,atman,karmaphala,samsara,dan moksha.Namun di
Bali,upacara sradha biasa disebut
ngaben,yaitu upacara pembakaran jenazah untuk pembebasan jiwa orang yang meninggal ke
alam nirwana(
moksha),sehingga
keris sajen dirancang khusus untuk
upacara kematian,maka tidak heran jika bentuk arca pada
hulu keris sikapnya berdiri menunduk,suatu gambaran tentang kematian.
Keris sajen ini jika dilihat secara detail,berbilah pendek sampai panjangnya hampir 50 cm,bisa lurus atau
berluk,bentuknya sederhana,terkesan
primitif,
berpamor sanak,kadang ada yang
pamor adeg,dan bertangkai menyatu dengan bilahnya,atau disebut
keris deder iras.
Deder(handdle) nya biasanya berbentuk stilasi wujud manusia dalam posisi menunduk.Oleh seorang peneliti dari
Belanda,
J.L.Brandes dikatakan sebagai
keris Majapahit,padahal secara kualitas
keris-keris tangguh Majapahit jauh lebih unggul dibanding
keris-keris sajen ini.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_bH8b-yGntYyz2Z04b24h26qc1ZqGrwfw0QxdhcL2vdpcm8LpsKHtkKAjxcvWKNpQq_YGhNKzKWQHm56MkhXx87sAn4ZFavB2x1GP9GgNiIinjK2NDr3Fd8QUe0RujS8XUM6P18BXjYo/s200/450px-Bronze_dagger_Dong_Son_Culture.JPG)
Menurut para
ahli purbakala,
keris sajen memang mirip dengan
pisau DongSon dari daerah
Vietnam Utara yang terkenal dengan kebudayaan perunggunya.Gambar disamping adalah
pisau DongSon.Jika dilihat sepintas memang mirip,
pisau DongSon terbuat dari
perunggu dengan teknik cetak
cire per due.Hulu/pegangan pisaunya berbentuk stilasi manusia,rata-rata dalam posisi
berkacak pinggang,kebanyakan adalah bilahnya lurus,pendek,kedua sisinya tajam,berfungsi sebagai senjata penusuk.Perunggu sendiri terbuat dari
campuran tembaga dan
timah.
Di
Indonesia tidak mengenal kebudayaan
tembaga,melainkan kebudayaan perunggu dan besi.Kedua kebudayaan ini
bersamaan masanya,sehingga tidak diketahui proses transisi dari perunggu
ke besi.Sehingga tidak dapat dipastikan juga apakah benar
pisau DongSon ini merupakan bentuk peralihan dari
keris sajen.Namun jika dikatakan bentuk
pisau DongSon telah menginspirasi bentuk
keris sajen,mungkin ada benarnya,karena kebudayaan
DongSon telah lama dikenal di kepulauan
Indo-Melayu sekitar abad kelima sampai pertama sebelum Masehi,yaitu sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Buddha dari
India.Kebudayaannya menyebar ke seluruh pelosok
Asia Tenggara,mulai dari wilayah
IndoChina sampai
Semenanjung Malaysia dan
Indonesia.Diduga penyebarannya melalui
jalur perdagangan dan
perpindahan penduduk.Karena bentuknya yang indah,kemungkinan
pisau DongSon
telah beralih fungsi tidak hanya sebagai senjata tajam biasa tetapi
sudah menjadi barang mewah/prestise untuk ukuran jaman dahulu,karena
bentuknya yang indah dan
elegan.Pisau-pisau ini mungkin hanya
dipunyai oleh para kepala suku/penguasa,yang bisa juga dipakai sebagai
alat legitimasi kekuasaan mereka dan dipakai sebagai perlengkapan
upacara-upacara suci keagamaan.
Foto Arca Dong Son
Coba sekarang kita bandingkan antara
pisau DongSon dengan
keris sajen.
Persamaannya adalah sama-sama bisa sebagai
senjata penusuk karena mempunyai sisi-sisi yang tajam,bilah dan hulu yang menyatu,serta hulunya berbentuk
arca/patung manusia.
Perbedaanya terletak pada bahan bakunya,
pisau DongSon terbuat dari perunggu dengan teknik cetak
a cire perdue,sedang
keris sajen dari besi berpamor dengan teknik tempa lipat.Tidak hanya itu kalau diperhatikan,
keris sajen ada yang
berluk,sedangkan
pisau DongSon tidak.Bentuk arca manusianya pun ada perbedaan sikap/karakter,kalau
pisau DongSon rata-rata berkacak pinggang(
malangkerik) sedang
keris sajen
rata-rata berdiri membungkuk atau berjongkok.Sepertinya ada perbedaan
makna filosofis dari keduanya.Perbedaan ini jelas menggambarkan
perbedaan cara pandang,budaya/kearifan lokal,dan adat istiadat
setempat.Bagi manusia etnis
Austronesia-Jawa,yang
sangat menjunjung tinggi sifat egaliter,rendah hati,dan
kompromis,menilai sikap berkacak pinggang menunjukkan sikap kesombongan
diri.Jadi tidak aneh,kalau bentuk arca pada keris sajen kebanyakan dalam
posisi menunduk/
sangkuk suatu
simbol kerendahan hati.Ternyata ada makna lainnya juga,yaitu
menggambarkan ‘kematian’, jiwa yang pasrah,tunduk pada Sang
Pencipta.Dalam perkembangannya,
hulu keris sajen nantinya akan berubah menjadi
hulu keris/deder yang lebih indah/estetis,diukir lebih rumit/teliti,dan lebih memiliki
taksu,atau jiwa.Karena pengaruh ajaran
Islam,bentuk arca juga berubah menjadi bentuk
‘planar’ yang diukir dalam posisi menunduk,yang bagian-bagian ornamennya tetap mengambil nama bagian tubuh manusia.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpkOlrlphKKMotxIcjva2y5JxxQTiweCKW-Ufs9eDtJYl2dLdaqdsSOMCOs-C9aBYd2OPxDgRmXBJoZ4AXMphkS2jIKg6Gl0KZXlBFLWGscFYi5Gppil4nUKb0h4VXaOMjenDiJGNFQIQ/s320/Image-01.jpg)
Mari kita mencoba merekonstruksi
evolusi keris dari gambar di samping ini.Jika kita menengok jauh ke belakang,ke jaman pra sejarah,disebut juga jaman
nirleka,jaman belum adanya tulisan,dimana manusianya masih hidup berpindah(
nomaden),tergantung
dengan alam sekitarnya,mengandalkan kemampuannya dalam berburu dan
meramu,alat-alat yang digunakan masih menggunakan bahan dari
batu,tulang,dan kayu.Oleh para ahli purbakala,jaman pra sejarah dibagi
ke dalam beberapa periode berdasarkan
ilmu geologi dan
arkeologi.Ilmu
geologi meninjau dari sudut lapisan-lapisan tanahnya,dimana tiap
lapisan tanah mewakili periode tertentu,semakin ke bawah lapisan semakin
tua umurnya.Pembagian jaman prasejarah menurut
sudut pandang geologi adalah sebagai berikut:
Arkaekum
Jaman ini kira-kira berlangsung selama
2500 juta tahun,dimana kulit bumi masih panas sehingga tidak dimungkinkan adanya kehidupan.
Paleozoikum
Jaman ini berlangsung selama kira-kira
340 juta tahun,bahkan ada yang mengatakan 600 juta tahun,dan disebut juga dengan
jaman primer,dimana sudah ada makhluk hidup yang pertama di bumi ini,berupa
mikroorganisme,
ikan,
amfibi,
reptil,dan binatang yang
avertebrata.
Mesozoikum
Jaman ini berlangsung kira-kira selama
140 juta tahun,disebut
jaman sekunder,atau
jaman reptil karena kehidupan waktu itu didominasi oleh jenis reptil.
Neozoikum
Jaman ini dibagi menjadi
jaman tersier dan
kuartier.Jaman tersier berlangsung sekitar
60 juta tahun,binatang yang berkembang adalah
mamalia/binatang menyusui.Jaman kuartier adalah yang terpenting karena jaman ini dimulai adanya
kehidupan manusia.Dan jaman kuartier masih dibagi lagi ke dalam
jaman Pleistosen dan
Holosen.Jaman
Pleistosen(Dilluvium) berlangsung kira-kira
3 juta tahun sampai
10 ribu tahun yang lalu.
Jaman Pleistosen dimulai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub bumi yang disebut
jaman glasial,kemudian diselingi dengan jaman mencairnya lapisan es disebut dengan
jaman interglasial,keadaan ini berlangsung silih berganti sampai
empat kali.Kalau di daerah tropis jaman
glasial berupa
jaman hujan(
jaman pluvial),dan diselingi dengan
jaman kering(
interpluvial).Pada jaman glasial,permukaan air laut turun dengan drastis,sehingga banyak dasar laut yang kering menjadi daratan.Di
Indonesia dasar laut yang kering di
sebelah barat disebut dengan
dataran Sunda,dan menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan benua
Asia,sedangkan yang di
sebelah timur disebut dengan
dataran Sahul,dan menyebabkan kepulauan
Indonesia di sebelah timur menyatu dengan benua
Australia.Sehingga ini semua mempengaruhi jenis flora-faunanya juga.Manusia yang hidup di jaman
Pleistosen adalah jenis
Homo erectus.
Jaman Pleistosen berakhir kira-kira 10 ribu tahun sebelum Masehi.Kemudian diikuti datangnya jaman
Holosen(
Alluvium) yang masih berlangsung hingga sekarang.Dan jaman ini muncul manusia jenis
Homo sapiens,yang diduga menjadi nenek moyang manusia sekarang.
Jika berdasarkan tinjauan
arkeologis,pembagian berdasarkan alat/artefak yang digunakan manusia jaman prasejarah,maka dibagi menjadi:
1) Jaman Batu
Jaman Batu dikenal karena alat-alat yang digunakan terbuat dari
batu,selain kayu dan tulang.Karena batu lebih awet,maka peninggalannya
kebanyakan berupa batu.Jaman ini masih dibagi lagi menjadi beberapa
jaman yaitu:
1.1) Jaman Batu Tua(Paleolithikum)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFO1zQ2ucr_97d-UFVH3uaxh9eVUO0iJCVfZzhm86TW9SABvyhUGrQtiP88pYUYCdqk4kFky6JKq9Ykc6xKYDYKY0ZdK84xamwycrHnJRwj-pSSa3f9M7BSfpuHLVuPL0FpLA2Y7H_LQg/s320/Kapak3-273x224.jpg)
Manusia purba di jaman
paleolithikum,yaitu
Homo erectus
pada mulanya menggunakan batu sebagai alat yang dipakai buat menumbuk
biji-bijian,membuat serat-serat dari pepohonan yang digunakan sebagai
pakaian,membunuh binatang buruan atau sebagai senjata menyerang
lawannya.Batu itu dibentuk juga sebagai senjata genggam yang mirip
dengan kapak tetapi tidak bertangkai,yang kemudian sering disebut dengan
kapak genggam,
chopper(alat penetak),atau
kapak perimbas.Pembuatan
kapak genggam dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam,dan membiarkan sisi yang lainnya apa adanya sebagai tempat
memegang.
Di
Indonesia yang terkenal dengan kebudayaan paleolithikum ini banyak ditemukan di desa
Ngandong dan
Pacitan,
Jawa Timur.Sehingga para ahli purbakala,sepakat membaginya ke dalam kebudayaan
Ngandong dan
Pacitan.
Pada awalnya mayoritas kapak genggam ditemukan di permukaan bumi
sehingga tidak diketahui pasti berasal dari lapisan tanah yang
mana.Namun hasil penelitian terbaru pada tahun
1990-2000 di
pegunungan sewu(seribu)
dengan cara penggalian/
ekskavasi yang dilakukan oleh tim
Indonesia-Perancis memastikan bahwa kapak genggam digunakan oleh manusia jenis
Homo erectus.
Kapak perimbas juga ditemukan di
Jampang Kulon,Parigi(Jatim),Tambang Sawah,Lahat,KaliAnda(Sumatera),Awangbangkal(Kalimantan),Cabenge(Sulawesi), dan
Teruyan(Bali).
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwKMhbuz4oI9jf2DGUW8VtiD8YV_J9DlPebaQt-IXDFCE3Dw4GMtoesybHnTjfzRihsI84n7Nh1ONExhRj8ki1lfQ-jpsz0LDwzlVnC8jzGTAQBvJQDqpoFRnJu4gIS-eFUYz28SvH6Yk/s320/DSC00496.JPG)
Gambar disamping adalah salah satu jenis kapak genggam dari daerah
Teruyan,Bali.
Di daerah
Ngandong ditemukan juga alat-alat dari
tulang
yang bentuknya mirip belati dan ujung/mata tombak yang bergerigi pada
sisi-sisinya.Adapun fungsinya untuk mengorek ubi atau keladi di dalam
tanah serta buat menangkap ikan.Alat-alat dari tulang ini juga masuk
kebudayaan paleolithikum dari
Ngandong.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXfo46JwcXG8vk79C4gz617yaQ4mCc9MVtWhnMgI2q7l39zm-sE-5DQLC7tQf4oqgFSjpgSILXwJZQ7b7sA9tNhzDvCLZ7F89d1YUvf-vbew2LR6HtGgCRUa7QII7n7rKYBVB3VxmqC1g/s320/Flakes1-273x224.jpg)
Ada juga ditemukan alat-alat lain berupa serpihan-serpihan yang disebut dengan
flakes,yang terbuat dari batu-batu biasa tetapi ada juga yang dari batu berwarna/
caldeson.Berbeda dengan kapak genggam,flakes ini berukuran lebih kecil dan tajam.
Peralatan ini terutama ditemukan di sekitar daerah
Sangiran,Pacitan,Ngandong(Jawa),Lahat(Sumatera),Sumbawa,Sulawesi,dan
Flores.Contoh flakes bisa dilihat pada gambar diatas.
Flakes
ini berfungsi untuk menguliti hewan buruan,mengiris daging atau
memotong umbi-umbian.Jadi fungsinya mirip dengan pisau sekarang.
1.2)Jaman Batu Tengah(Mesolithikum)
Alat-alat yang digunakan dari batu yang sudah mulai diasah/dihaluskan
terutama di bagian yang digunakan untuk memotong atau menyayat.
Tembikar juga sudah mulai dikenal.Mata pencariannya juga masih berburu dan meramu tingkat lanjut.Manusia pendukungnya adalah
Homo sapiens dari ras
Austromelanosoide(mayoritas) dan
Mongoloide(minoritas).
Di
Asia Tenggara terkenal dengan barang-barang kerajinan
Hoabinhian,yang asalnya dari
Vietnam kemudian menyebar sampai di kepulauan
Indonesia,terutama pesisir pantai timur laut
Sumatera.Sistem penguburan
Hoabinhian
dengan kuburan tekuk,dimana posisi mayat kedua kaki ditekuk seperti
janin,dan ditutupi debu kuning tanah kemerahan.Hidupnya kadang
nomaden kadang menetap.Artefaknya berupa batu penumbuk dan lumpang,diperkirakan dibuat 13 ribu tahun lalu.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLJkvOBdIyFmSZo5g1liHPXXUinhEr4vYbldifvzC1e6dsQYTsS9qiX10okH1KnvBG3sfVoa3dAN0kw1Pa0fcq9t92BqKdx0LsK1gHo0-p3c4bUyYfin8Cv3C6y1fO_8w3N9MSfCbBXpY/s320/images.jpeg)
Disebut dengan
kapak Sumatera,karena kapak ini paling banyak ditemukan lokasinya di pesisir timur
Sumatera yaitu antara
Langsa dan
Medan.Para arkeolog menyebutnya dengan
pebble.Kapak ini diduga merupakan hasil kebudayaan jaman
Mesolithikum,dimana manusia pada waktu itu sudah mulai hidup menetap,namun kadang juga masih berpindah-pindah atau
semi nomaden.Mereka hidup menetap di gua-gua atau di pinggir pantai,sehingga disebut juga dengan
abris sous roche atau
Kjokkenmoddinger(sampah dapur).
Abris sous roche adalah gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal dan perlindungan dari cuaca dan binatang buas.
Penelitian pertama dilakukan di gua
Lawa di dekat
Sampung,
Ponorogo(
Jawa Timur).Kebanyakan alat-alat yang ditemukan di gua
Lawa itu adalah berasal dari tulang,tidak ditemukan adanya
pebble atau
hache courte sebagai inti dari kebudayaan mesolithikum,sehingga sering disebut dengan
Sampung Bone Culture.
Abris sous roche juga terdapat di gua
Besuki,
Bojonegoro(
Jawa Timur),pulau
Timor dan
Rote,dan di gua
Leang Patae,
Lomoncong,
Sulawesi Selatan yang pendukungnya adalah
suku Toala yang sampai sekarang masih ada.
Sedangkan sampah dapur ini merupakan tumpukan kerang dan siput yang
telah membatu sampai setinggi 7 meter.Dan di sekitar kerang itu
ditemukan kapak genggam yang sama sekali lain dengan kapak genggam di
jaman Paleolithikum,yang dinamakan
pebble atau
Sumateralith(kapak
Sumatera).Bentuk kapak ini lebih sempurna dan halus,bahannya dari batu
kali yang dipecah-pecah.Selain pebble,ditemukan juga kapak
pendek,setengah lingkaran,yang disebut dengan
hache courte/kapak
pendek.Kapak ini digunakan dengan cara digenggam.Disitu juga ditemukan
batu pipisan/lumpang yang dipakai buat menghaluskan biji-bijian atau
bahan cat berwarna merah.Fungsi cat merah mungkin buat upacara ritual
atau ilmu sihir.Manusia yang hidup pada masa
Mesolithikum itu jenis
Homo sapiens dari ras
papua melanosoide.
Para peneliti kemudian mencari persebaran
pebble dan
kapak pendek sampai ke tempat asal mula ras
Papua melanosoide di teluk
Tonkin,
Vietnam.Akhirnya ditemukan
pusat pebble dan
kapak pendek berasal dari
Hoabinhian dan
Bacsonian,
Vietnam Utara,namun disitu tidak diketemukan adanya
flakes,sedangkan di dalam
abris sous roche banyak ditemukan flakes.
Flakes justru banyak ditemukan di gua-gua pulau
Luzon(Filipina),jadi kemungkinannya flakes masuk ke Indonesia melalui
Formosa(
Taiwan),
Jepang,dan
Filipina.
1.3)Jaman Batu Baru(Neolithikum)
Alat-alat dari batu sudah diasah dan dipoles dengan halus dan indah.Disamping tembikar,dikenal juga kain tenun dan
batik.Keliatannya
ini awal manusia mengenal kesenian/keindahan,dimungkinkan juga karena
manusianya sudah mulai hidup menetap,dan bercocok tanam,kehidupan
menjadi agraris dan lebih terorganisir.Manusia pendukungnya mayoritas
dari
ras Mongoloide dan minoritas ras Austromelanosoide.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIRwRvNhHSoQiFaqplcpP0oLJR7P1rMPun_pkunWU3cjvQz2_GqkyvXTU6Ot1xpJ59HXSPLHnJIFl-E3Fe8RZwEEBegIVZ9mkbA708bXBOPTsWH4Hw0xT9PgzI7C54-h8owkJrab4mnkM/s200/museum_bali_19.jpg)
Nama
kapak persegi diberikan oleh
Van Hein Heldren atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium,ada yang berukuran besar yang lazim disebut
beliung persegi yang fungsinya sebagia cangkul/pacul,dan yang ukuran kecil disebut dengan
tarah/tatah yang
berfungsi sebagai alat pahat.Bahan bakunya selain dari batu biasa juga
dari batu api/chalcedon.Kemungkinan yang terbuat dari batu chalcedon ini
sebagai alat upacara suci,tanda kebesaran atau jimat.Daerah penyebaran
asal kapak persegi ini dari jalur barat/
Asia,yang menyebar ke pulau
Sumatera,Jawa,Bali,Nusa Tenggara,Kalimantan,Sulawesi,dan
Maluku.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYvNi49tLaCCV1E7yF87PxryxpPT9tQ4JfW8AR33KwjFcvnTzY1rG5qTwBMNQB10OQSIoQ2fclgSakAQBLSLs2E8WwDk0CQuF6_FMlkIa9Px9uNyWZKFcnn8mQXZc4xP24_oTFnM40uLw/s200/museum_bali_16.jpg)
Sedang yang di
Indonesia timur(jalur timur) menyebar kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong,yang disebut dengan
kapak lonjong.Bahan
kapak lonjong dari batu kali berwarna kehitam-hitaman,bentuk
keseluruhannya adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip sebagai
tempat tangkainya,sedang ujung yang lainnya diasah sampai
tajam,permukaannya halus merata.Yang berukuran besar disebut sebagai
Walzenbeil,sedang yang kecil disebut dengan
Kleinbeil.Fungsinya sama dengan kapak persegi.Daerah penyebarannya di
Minahasa,Gerong,Leti,Seram,Tanimbar dan
Irian.Dari
Irian kapak lonjong ini akhirnya menyebar sampai ke kepulauan
Melanesia,sehingga sering disebut dengan
Neolithikum Papua.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRPmMNP1-GAZh3_YF8G9lzrGU0QnlLy472UWYbMv4OPKRkYIRiOtr_PTtpVicfzCBK9DlufjlOPOYp0U9rDSvFvGlNepa1mXtwzr8613Ayw4FCr18ZjKIx6t0MRLwBaip311bL_v08DwI/s200/museum_bali_18.jpg)
Selain kapak persegi dan lonjong juga terdapat barang-barang gerabah/belanga,perhiasan,dan pakaian.
Gerabah
pembuatannya masih sederhana,tidak dengan roda pemutar,hanya dengan
tangan.Perhiasan terbuat dari batu-batu berwarna,permata,dan
kerang.Pakaiannya terbuat dari kulit kayu.Manusia pendukung kebudayaan
Neolithikum ini dari ras
Proto Melayu.
2) Jaman Logam
Di jaman ini manusia sudah mulai dapat membuat alat-alat dari
logam,disamping masih ada juga alat-alat yang terbuat dari batu.Manusia
sudah mengenal teknik pengolahan/pengecoran logam yang kemudian dicetak
sesuai dengan keinginan.Teknik cetaknya ini ada dua macam,yaitu dengan
cetakan dari batu(
bivalve) dan dari tanah liat dan lilin yang disebut
acire perdue.Jaman ini disebut juga
jaman perundagian atau
pertukangan,karena dalam masyarakat timbul golongan undagi/tukang yang
trampil dalam melakukan pekerjaan tangan.Dan jaman logam ini masih
dibagi lagi menjadi:
2.1) Jaman Tembaga
Alat-alat yang digunakan terbuat dari tembaga.Tapi tidak semua daerah/negara mengenal jaman ini.Di
Asia Tenggara,khususnya
Indonesia tidak mengenal jaman ini.
2.2) Jaman Perunggu
Jaman ini manusia sudah mengenal teknik mencampur
tembaga dan
timah sehingga dihasilkan logam yang lebih keras yang disebut dengan perunggu.Kebudayaan yang terkenal dengan kebudayaan perunggu di
Asia Tenggara adalah di daerah
DongSon,
Vietnam Utara.Kebudayaan inilah yang dianggap sangat berpengaruh terhadap masa perundagian di
Indonesia.
2.3) Jaman Besi
Jaman ini manusia sudah mengenal teknik peleburan bijih besi,untuk
dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.Teknik ini lebih sulit,karena
dibutuhkan suhu pemanasan yang sangat tinggi mencapai kurang lebih 3500
derajat celsius.Di
Indonesia jaman besi diperkirakan baru dimulai di jaman sejarah.
Kemajuan pola pikir manusia telah mengubah alat-alat kebutuhannya
yang semula berasal dari batu dan tulang menjadi terbuat dari
logam.Berbeda dengan batu,yang cukup dengan dipukul-pukul atau dipecah
yang kemudian diasah baru akan didapatkan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhannya,namun untuk membuat peralatan dari logam membutuhkan teknik
peleburan/pengecoran yang kemudian dilakukan teknik pencetakan.Dikenal
ada dua macam teknik cetak logam(perunggu) pada waktu itu,yaitu:
1).
Teknik acire perdue atau cetakan lilin
Caranya ialah dengan membuat bentuk cetakan benda yang dikehendaki
terlebih dahulu,yang terbuat dari lilin.Setelah membuat model dari lilin
kemudian ditutup dengan lapisan tanah liat yang dilubangi di bagian
atas dan bawah.Setelah itu dibakar,sehingga lilin yang terbungkus tanah
akan mencair yang keluar melalui lubang bagian bawah.Selanjutnya cairan
perunggu dimasukkan melalui lubang bagian atas,setelah pendinginan,maka
cetakan itu akan pecah dan keluarlah benda yang dikehendaki.
2).
Teknik bivalve atau setangkap
Caranya dengan membuat cetakan yang ditangkupkan dan dapat
dibuka.Dimasukkan cairan perunggu,setelah dingin,tangkupnya dibuka,maka
keluar bentuk yang dikehendaki.Cetakan ini terbuat dari batu/kayu.
Kebudayaan logam yang masuk di
Indonesia berasal dari migrasi bangsa
Deutro Melayu/Melayu Muda.Kebudayaan perunggu dan besi masuk secara bersamaan,sehingga sulit menentukan mana yang lebih dahulu masuk ke
Indonesia.Kebudayaan perunggu pada jaman prasejarah yang terkenal adalah dari daerah
DongSon,Vietnam Utara,sedangkan kebudayaan besi berasal dari
Sa Huynh,Vietnam Selatan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnh_Xw4Q3QIdoJXKIsPZy3ezlX0GTxGOKIlajC7widjbi4lUom4ijy5NAiZ-K8B1_TfScJ4R5aS9xeR9JvIpMV0JtouKgoIwraHJvcWD3nVgOVKakUBPrlVitGhXgzyLvwEauN0tWSKCo/s200/museum_bali_20.jpg)
Salah satu barang kerajinan perunggu yang terkenal adalah
kapak corong.Pada
dasarnya bentuk bagian tajamnya tidak jauh berbeda dengan kapak
batu,hanya pada bagian tangkainya yang berbentuk corong.Corong ini
sebagai tempat untuk tangkai kayu.Disebut juga sebagai
kapak sepatu,karena
diumpamakan kapaknya seperti sepatu,dan tangkai kayunya disamakan
dengan kaki.Ada variasi bentuk dari kapak corong,yaitu
candrasa,dimana salah satu sisi tajamnya memanjang,bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsfVb34vcWHGImulZNJXtqe0DfbCp5sP5cze7R_UzerpP2JgTVCYw9h0nA2Ru_xKGTJKTTTOFJqpt6d4HZbymUQwQu7ki5YmkvhnoBvCab3lfmXZEFUN1sxgYKIRZp44-mnEevIxkBHDo/s200/3730070508_d80ffb9fe3.jpg)
Candrasa
ini diduga tidak berfungsi sebagai alat pertukangan atau
pertanian,melainkan beralih fungsi sebagai alat perlengkapan upacara
keagamaan dan tanda kebesaran penguasa.Daerah persebaran kapak corong
ialah di
Sumatera Selatan,Jawa,Bali,Sulawesi Tengah dan
Selatan,pulau Selayar,serta
Irian dekat danau
Sentani.Selain
kapak corong,ada juga arca-arca dari perunggu.Arca/patung ini berbentuk
manusia atau binatang,ukurannya kecil-kecil dan memiliki cincin di
bagian atasnya,kemungkinan dipakai sebagai alat penggantung.Sehingga
tidak mustahil arca-arca ini digunakan sebagai liontin/bandul
kalung.Daerah penemuan arca ini di daerah
Bangkinang(Riau),Palembang(Sumsel),dan
Limbangan(Bogor).
Selain alat-alat yang terbuat dari perunggu,ada juga alat-alat yang
terbuat dari besi,walaupun jumlahnya sedikit.Jenis barang yang terbuat
dari besi diantaranya adalah
kapak,sabit,cangkul,pisau,pedang,tongkat,dan tembilang.Daerah
penemuannya ialah di
Bogor,Wonosari,Ponorogo dan
Besuki.
Peta Kebudayaan Indo-China
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizh28Wd-ynjK1xrJ-_DDq30ep-iemWlIdaCoh_IqWSSDr5Vx75yW5Q6HGgzLbVGhL-nC0UWbBtuUgSj6DsJ9M5djf1v6hHMYfBKRB1zYXAcH3wHiez_SgsiwygLWiXxpdcf9C6cXPRIzg/s200/2802732076_b802cef880.jpg)
Kita bahas sekilas tentang dua kebudayaan
DongSon dan
Sa Huynh yang telah berpengaruh besar terhadap kebudayaan logam di
Indonesia.Berbeda dengan yang di
Eropa,
India,dan
China jaman perunggu dan besi tidak bisa dibedakan secara jelas di kepulauan
Indo-Melayu.Oleh
karena itu penggunaan istilah-istilah “perunggu” atau “logam” sama
sekali tidak memiliki arti kronologis dan hanya mencerminkan suatu
tataran tertentu dalam perkembangan kultural dari masing-masing populasi
Asia Tenggara.Untuk menyederhanakan dan memberi ciri fase peralihan revolusi teknis ini,lebih tepat digunakan istilah kerajinan
Paleometalik.Dari beberapa artefak yang telah diukur usianya,kelihatannya teknologi pengecoran logam yang pertama di
Asia Tenggara dilakukan di
Indo-China.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4LxL-qFZrgVnpZ1BL_h-Z3PHHZ_5zrOOzaxlFneeP6D_8LuPl35-muBFuM7FlFLU_RTLo_cTcLeokYZdrJsTFsEZ9worgOAhqlUOqulCVg3hXtS2TfAfv0rdOvVmXoVyrD1CNHHmdvxU/s200/dongson_dagger.jpg)
Cara pengenalannya ke kepulauan
Indo-Melayu tetap menjadi sebuah
misteri.Meskipun
ada korelasi antara difusi kerajinan,pengenalan teknik pertanian,dan
anyam-anyaman yang baru.Pengenalan teknik pengecoran logam pastilah
telah terjadi melalui pertukaran-pertukaran
komersial.Ada dua teori terkait
Asia Tenggara sebagai tempat
kerajinan paleometalik:
1).Teori difusi kebudayaan
DongSon dari
Vietnam Utara dengan alasan hasil-hasil kerajinan perunggu yang paling awal yang diketemukan di
Indo-Melayu umumnya bergaya
DongSon.
2).Teori yang terkini berdasarkan penemuan artefak-artefak besi dan tembaga di
Thailand Tengah.Semua artefak ini lebih tua dari barang-barang
DongSon,oleh karena itu teori kedua meyakini difusi dari
Thailand Tengah,apakah melalui
Semenanjung Malaysia ataukah melalui wilayah-wilayah
Sa Huynh,
Vietnam Selatan.Kedua wilayah itu dihuni oleh komunitas
Austronesia yang melakukan hubungan dengan para keturunan kebudayaan
Ban Kao Thailand Tengah.Teori ini juga dikuatkan oleh adanya kenyataan bahwa kerajinan pecah belah yang serupa dengan barang-barang
Sa Huynh telah diketemukan juga di
Bali,bersama dengan kepala-kepala kapak serupa yang ditemukan dalam jumlah besar di situs
Nil Kham Hend di
Thailand Tengah(artefak
ini berasal dari masa 700-500 SM).Namun barang-barang yang terbuat dari
perunggu,seperti kuali-kuali dan benda seremonial lainnya justru
mendapat pengaruh dari kebudayaan
DongSon.Sebaliknya
peralatan dari besi memiliki bentuk lokal yang sama sekali berbeda.Ini
menyiratkan pengetahuan-pengetahuan industri lanjut menjalar begitu
cepat di sepanjang kepulauan
Indo-Melayu,tidak seperti perunggu,barang-barang dari besi diproduksi hanya untuk keperluan lokal,bukan untuk perdagangan.
Artefak besi muncul pertama pada
700 SM di
Thailand Tengah,sedangkan
DongSon baru menggunakan besi pada 300 SM.
Peta Lokasi Kebudayaan Paleometalitikum di Asia Tenggara dan Indo-China
Kebudayaan DongSon
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5bcWxpkRCAc6-0UI9Xmhh7ZIF08Dqj58r9Torgu8RbCrpLC10maNL4S7VlYquxWEqks3VKKCEq2TYj07WmHBBp1_YpF9_tlrR79EbP2vLhP3V2ixF80zZhUwY8YElvVq4gpGdr6mRRDk/s200/SUL_dongson_drum.jpg)
Kebudayaan ini muncul pertama kali pada
600 SM di
Vietnam Utara.Kemunculan kerajinan perunggu yang di
Vietnam tidak didahului dengan fase tembaga,kelihatannya telah terjadi secara bersamaan di
Vietnam,
Thailand Tengah dan
Utara.Artefak-artefak awal di
Vietnam Utara kebanyakan terdiri atas kapak lubang(
socketed axes),mata
tombak dan panah,pisau,belati,gelang dan lain-lain.Jumlahnya yang besar
menunjukkan sebagian darinya pastilah diproduksi secara massal dalam
bengkel-bengkel tertentu.Barang-barang yang dihasilkan awalnya terdiri
dari campuran tembaga dan timah,dengan berjalannya waktu ditambahkan
elemen lain semacam
timah hitam.Perekonomian
DongSon didasarkan
atas hasil produksi padi secara ekstensif pada lahan-lahan yang
beririgasi dengan bantuan bajak dan kerbau.Produksi pangan secara
besar-besaran ini memungkinkan pertumbuhan penduduk yang meng-
urban.
Foto Dong Son Culture
Situs
DongSon yang luasnya kira-kira 600 hektar telah ditemukan.Populasi
Vietnam
awal mungkin sudah sangat beradab,ini ditunjukkan dari situs-situs
makamnya yang telah ada pembagian kelas sosial.Tahun 179-111 SM wilayah
Tonkin,jantung ibukota
DongSon menjadi bawahan/
vassal Dinasti Zhao dari
China.Awalnya kekuasaan daerah masih dipercayakan oleh penguasa lokal,namun dengan timbulnya pemberontakan oleh
Trunk bersaudara pada tahun 43 M,membuat marah pemerintahan
Dinasti Han Timur,yang akhirnya setelah dipadamkan pemberontakan itu,wilayah
Tonkin dikuasai penuh menjadi salah satu propinsi
China.Ini ditunjukkan dengan akumulasi difusi kebudayaan
China di antara populasi
Vietnam yang menimbulkan evolusi kebudayaan
DongSon,sampai abad 3 M ditemukan artefak-artefak kombinasi gaya
DongSon dan
Dinasti Han.
Kebudayaan Sa Huynh
Salah Satu Hasil Kebudayaan Sa Huynh berupa Tembikar
Para Imigran
Austronesia telah bermukim di
Vietnam Selatan
kira-kira 1500 SM.Mereka mengembangkan sebuah kebudayaan yang biasa
dinamai dengan nama desa dimana situs pertama ditemukan.Orang-orang
Austronesia ini selama berabad-abad telah melakukan kontak budaya dengan
Ban Kao dan
DongSon.Teknik pertanian dan metalurgi yang berkembang di
Thailand Tengah dan
Vietnam Utara mempengaruhi kebudayaan mereka juga.Situs-situs
Sa Huynh tersebar luas di sepanjang pantai
Vietnam Selatan sampai pada delta
sungai Mekong.
Foto Sa Huynh Culture
Ada dua fakta yang pantas untuk dicatat terkait hubungan kultural
Sa Huynh dengan para tetangga
Indo-Chinanya:
1).Sangat sedikit artefak
DongSon di situs-situs
Sa Huynh.
2).Situs-situs ini lebih banyak menghadirkan artefak-artefak
besi daripada perunggu.Sebaliknya
DongSon lebih banyak menghasilkan artefak-artefak perunggu daripada besi.
Foto Dong Son Culture
Dari ini bisa disimpulkan orang-orang
Sa Huynh mungkin lebih banyak hubungan komersial dengan komunitas
Thailand Tengah daripada dengan orang-orang
DongSon.
Foto Arca Dong Son
Mengikuti pencaplokan
Tonkin oleh
dinasti Han,
Vietnam Tengah sejenak berada di bawah kendali
China.Wilayah-wilayah utara
Vietnam yang telah takluk dijadikan salah satu propinsi bernama
Rinan.Akhirnya pada tahun 192 M,terjadi pemberontakan,yang berhasil mendirikan sebuah pemerintahan
Sa Huynh yang merdeka di sebelah selatan
Rinan yang disebut sebagai
Lin Yi oleh orang-orang
China.Selama berjalannya waktu,
Lin Yi mengembangkan pengaruhnya sampai ke arah selatan dan timur pantai-pantai
Vietnam Tengah.Kebudayaan asli
Sa Huynh bertahan hingga awal millenium pertama M,saat kemudian kebudayaan ini cenderung berkiblat ke
India melalui pengaruh
Funan dan kemudian dikenal sebagai
Champa(Cham).
Foto Dong Son Culture
Jadi disini ada dua difusi
kebudayaan paleometalik ke kepulauan
Indo-Melayu: apakah itu berasal dari
Vietnam Utara(
DongSon) atau
Thailand Tengah(melalui
Sa Huynh).Karena
pertukaran kultural dan komersial di kepulauan itu hanya bisa dilakukan
melalui laut,dan karena tidak seperti orang-orang
Austronesia,belum pernah ada bukti apapun bahwa orang-orang
Viet adalah para pelaut ulung,maka kesimpulannya para
pelaut Austronesia lah yang mungkin lebih berperan sebagia
vektor/perantara bagi kerajinan-kerajinan baru itu.Hubungan-hubungan yang kelihatannya tidak erat antara
Sa Huynh dan
DongSon menimbulkan teori bahwa ada lebih banyak pertukaran antara komunitas
Austronesia Sa Huynh dengan
Thailand Tengah daripada dengan
Vietnam Utara.Kelihatannya juga kerajinan paleometalik terdifusi dari
Thailand Tengah,baik sepanjang pantai
semenanjung Melayu ke
Sumatera dan
Jawa atau langsung dari pusat-pusat
Sa Huynh melalui jaringan komersial
Laut China Selatan.
Foto Dong Son Culture
Sedangkan difusi barang-barang perunggu
DongSon dimungkinkan melalui jalur perdagangan
khusus.Barang-barang ini telah menjadi barang
berstatus atau barang mewah,langka yang tidak sembarangan orang mampu memilikinya.Bagi para pemimpin
Austronesia
kepemilikan sebuah benda bernilai seni tinggi adalah pertanda yang
nyata bagi status sosial mereka,dan itu diwakili oleh barang-barang
kerajinan
DongSon yang paling indah dan langka.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvdhw0tdiVaYPTljdPBe1gTq3lCbLugOy0R7VrVN-l2so0w09LRy4orfUqIkonLIBPgC77GI8UTDMyBlSA1fSoIfZ34wKLVkZhfGvKSxCzdlCzmsOzdRZeu_yqbM_2QUyhkG9z0-jICxc/s200/DrumFromSongDaVietnamDongSonIICultureMid1stMilleniumBCEBronze.jpg)
Barang status
DongSon yang paling terkenal adalah
kuali-kuali perunggu.Kuali-kuali ini telah digolongkan menjadi 4 type menurut seorang ahli bernama
Heger.Di
Indonesia hanya type 1 yang diketemukan.Kesamaan mereka adalah mereka dicor secara kesatuan dengan menerapkan
metode lilin hilang(
lost wax method) dan menggunakan campuran logam tembaga,timah,dan timah hitam.
Timah hitam digunakan
untuk mengurangi titik didih dan memungkinkan pengecoran benda-benda
logam yang lebih besar.Kuali-kuali itu dihiasi dengan figur/gambar
berupa sosok-sosok manusia,binatang dan rumah dalam bentuk yang
geometris.
Foto Dong Son Culture
Teknik pengecoran sebuah kuali dalam satu kesatuan sangatlah sukar dan perlu berabad-abad bagi para pandai besi
DongSon untuk mempelajari komposisi campuran logamnya.Teknik ini tidak pernah berkembang di kepulauan
Indo-Melayu dan untuk menirunya,sebuah teknik baru dikembangkan di
Bali dan
Jawa Timur.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRJDhrJ9TTeIGL8jOGCKasWtCaDFg3V137kHLlCuEMUawdJEheudvmhXPNxF93d4fNeD1SEyhqzoVNOQPFANszSgpFvnPjP_O0r5i7cutvEj9Va1lMm3wzwnVlJyYTf_XmMz-tZM85d_Y/s200/dongsondrum2.jpg)
Kuali-kuali yang dikembangkan berbeda dengan yang di
DongSon dalam dua segi,kuali-kuali ini dicor dalam dua bagian dan mereka memiliki sebuah
tympanum yang menonjol keluar.Yang mewakili ini adalah kuali ‘
bulan Pejeng’ di
Bali.
Dampak material dan kultural dari difusi kerajinan Paleometalik di antara komunitas
Austronesia menjadi semacam titik tinggal landas yang menimbulkan perubahan sosial yang mendalam dan menandai awal suatu transisi dari
komunitas agrikultural yang cukup
egalitarian menjadi masyarakat yang lebih
berhirarki dan lebih
urban.
Keris mengalami fase-fase perkembangan juga sesuai
dengan perkembangan pemikiran manusia sebagai pemilik budaya.Seperti
benda-benda budaya lainnya,dan juga manusianya
keris sepertinya mengalami evolusi hingga mencapai bentuknya yang sekarang ini.Dugaan semula
keris awal adalah
keris Bethok Buddha,karena mengingat bentuknya yang amat sederhana.Tetapi dengan ditemukannya
keris Purwacarita yang
berluk dan
berpamor adeg,membuat dugaan awal selama ini perlu direkonstruksi lagi.Apakah
keris awal adalah berbentuk lurus ataukah
berluk?
Atau kedua-duanya dibuat bersamaan? Yang masing-masing kemudian
mengalami jalur perkembangannya masing-masing sesuai dengan fungsinya?
Menurut
Groneman,
keris berluk
muncul lebih dahulu,hal ini dianalogikan sebagai jiwa
muda,dinamis,banyak keinginan,lalu dengan semakin matangnya kejiwaan
berangsur-angsur menjadi lebih statis,pasrah,dan tenang(menjadi
keris lurus).Sebaliknya
Panembahan Hadiwidjojo berpendapat,
keris lurus lebih dahulu dibuat karena diibaratkan sebagai pribadi yang masih murni,belum ada niat dan ambisi macam-macam.Sementara
Richadiana,seorang
arkeolog,berargumen bahwa
keris berluk terinspirasi oleh bentuk lidah api.Bukankah lidah api itu sesuatu yang sering dilihat sehari-hari oleh
para empu? Lidah api sekaligus melambangkan dewa
Agni sebagai simbol penerangan dan pengetahuan.Dalam seni rupa
Jawa,bentuk lidah api distiler menjadi
pola modang,yang banyak dipakai dalam hiasan
pendhok,
warangka sunggingan,
batik,
sunggingan wayang dan
ukiran kayu.Sementara ada pula yang berpendapat,bahwa
luk pada
keris terinspirasi oleh salah satu jenis
tombak India.
Peralatan tajam dipergunakan manusia untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya,seperti untuk memotong,menyayat,menusuk binatang
buruan,atau yang lain.Alat-alat tajam ini bisa terbuat dari
tulang,kayu,batu atau logam.Dalam perkembangannya alat-alat tajam tapi
tidak semuanya,hanya berfungsi secara teknik/praktis saja tetapi juga
berfungsi sebagai alat
sosio-religi,status sosial,dan keperluan upacara-upacara keagamaan.Alat-alat tajam yang digolongkan sebagai
‘wesi aji’ saja yang beralih fungsi menjadi hal yang istimewa dan diagungkan.Namun demikian,tidak dapat dipungkiri,dugaan bahwa
keris
merupakan perkembangan lanjutan dari peralatan tulang atau batu yang
ditajamkan memang ada benarnya.Terlebih penelitian membuktikan bahwa
pada masa logam,orang masih menyerupakan benda-benda logam buatannya
dengan peralatan dari tulang atau batu.Lambat laun setelah itu mereka
membentuk protype lain yang berbeda.
Menurut
Barnett Kempers,peneliti dari
Belanda mengatakan kalau pisau/belati
DongSon merupakan prototype dari
keris yang menyatu dengan hulunya atau disebut
keris deder iras.Keris ini kemudian lebih dikenal sebagai
keris sajen.Akan tetapi dugaan ini bisa disanggah karena adanya perbedaan dalam proses pembuatannya,dimana pisau
DongSon dibuat dengan
teknik cire perdue,sedangkan
keris dengan proses
penempaan.Ini artinya dalam perkembangannya
keris dengan
belati DongSon berdiri sendiri tanpa ada saling keterkaitan.Meskipun bentuk
keris deder iras kemungkinan terinspirasi oleh bentuk
pisau DongSon.
Jika mengikuti perkembangan sejak awal jaman prasejarah yang dimulai
dengan jaman batu,sangat mungkin cikal bakal keris bermula dari kapak
batu genggam/perimbas,kemudian mengalami proses pengasahan sederhana
menjadi kapak pendek/Sumatera,berlanjut menjadi kapak lonjong/persegi
yang sudah lebih halus dan berfungsi spesifik,yang ukuran kecil biasanya
sebagai kapak pendek atau alat tatah/pahat.Masuk ke dalam jaman
Logam,dikembangkan jenis kapak corong yang bertangkai dari
kayu,mempunyai variasi bentuk yang lebih indah dan artistik,dinamakan
dengan
candrasa,yang fungsinya
sudah tidak lagi sebagai senjata tajam biasa melainkan sudah bergeser
menjadi alat perlengkapan upacara atau tanda kebesaran.
Dalam perkembangan selanjutnya peralatan-peralatan yang digunakan itu
mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga akan menciptakan bentuk
yang bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing.Seperti halnya
kapak genggam yang tadinya berfungsi hanya sebagai alat pemecah
biji-bijian atau pemukul berubah fungsi menjadi alat penusuk.Untuk
mengikuti perubahan fungsi ini,bentuk kapak menjadi lebih
memanjang,sehingga menyerupai pisau genggam.Dengan berjalannya
waktu,karena dinilai lebih merepotkan dan kurang efektif yang disebabkan
oleh licin ketika basah dan seringnya menimbulkan gesekan antara logam
dengan tangan si pemakai atau menimbulkan luka gesekan,maka
dimunculkanlah bagian kecil dari logam(besi) nya menjadi semacam dudukan
gagang,yang kemudian disebut dengan
pesi.Dengan
adanya pesi,alat penusuk ini selain sebagai pisau juga berfungsi
sebagai semacam tombak hanya dengan mengganti gagangnya dengan tongkat
yang lebih panjang.Sehingga dalam perkembangan selanjutnya muncul
kelompok yang menggunakan alat penusuk ini sebagai mata tombak dan
kelompok lain yang menggunakannya sebagai pisau yang nantinya merupakan
cikal bakal dari
keris.
Cikal bakal(
prototype)
keris ini kemudian dipasangi
methuk,yaitu
semacam bentuk cincin yang melingkar dibawah bilah fungsinya sebagai
penahan apabila terjadi benturan keras di ujungnya maka bilah tidak akan
masuk ke dalam gagang/tangkainya.Sekarang ini
methuk jarang dipakai untuk
keris,kebanyakan dipakai untuk
tombak.Sebagai gantinya
methuk,
keris memakai cincin yang disebut dengan
mendhak.Adanya
prototype keris dengan
methuk merupakan
bentuk transisi/peralihan menjadi
keris atau menjadi
tombak,yang dibuktikan juga dengan bentuk
keris buddha yang bilahnya tegak segaris dengan
pesinya,bahkan
pesinya ada yang panjangnya lebih dari sejengkal.
Pesi dengan panjang lebih dari sejengkal biasa dipakai untuk
mata tombak.Kemungkinan sebelum terjadinya transisi menjadi bentuk
keris atau
tombak,prototype ini tadinya berdwifungsi,artinya bisa berfungsi sebagaimana
keris tapi pada saat yang lain bisa dipakai juga sebagai
tombak.
Yang membedakan keduanya selanjutnya adalah muncul bentuk
ganja pada
keris,sebagai penahan/
teknomik dan pelindung genggaman tangan ketika sedang dilakukan penusukan.
Ganja ini diambil dari bagian
keris
pada saat proses penempaanya dan kemudian disisipkan di bagian bawah
bilah dengan membuat lobang di tengahnya sebagai jalan masuknya
pesi.Adanya
ganja mungkin juga akibat pengaruh dari
India(
Hindu),dimana
ganja diumpamakan sebagai simbol dari
yoni(perempuan/
Durga) dan bilah/
batang keris itu sebagai
lingga(laki-laki/
Syiwa)
yang mempunyai makna kesatuan antara laki-laki dan perempuan,simbol
harmoni alam,kesuburan,dan regenerasi.Tombak tidak pernah memakai
ganja.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuTmOaOmljmBLxvFzcHUUkhw7tYXmbhejBgpcg1F4Wv4q1iJfQkBqzy3BhPQu7lKiA2YEXiT-v-Ylnk5uR98rkvuoWTwkwprfArD-ZZTVwhYVnZtqEv617kWlj61MTmTjw0tLlfU6oGtg/s400/Image-02.jpg)
Perubahan bentuk dari
keris yang sebelumnya dapat digunakan sebagai tombak menuju
keris yang hanya berfungsi sebagai
keris diikuti oleh perubahan derajat kemiringan
pesi
terhadap bilahnya,dan ini berlangsung sangat lama.Perubahan dengan
derajat kemiringan tertentu ini nantinya bisa dipakai untuk menentukan
keaslian
keris-keris tangguh Buddha/Purwacarita yang
asli.Sudah ada kajian yang mendalam dari para ahli yang kemudian dicetuskan ke dalam teori yang disebut teori
Condong Leleh,berdasarkan
derajat kemiringan pesi terhadap
bilahnya.Selanjutnya
bentuk keris menjadi lebih ramping dan memanjang walaupun masih tampak
dempak dan
sangkuk.
Evolusi Pamor Keris
Keahlian dalam
teknik metalurgi/pengolahan logam,secara tidak sadar telah memunculkan adanya bentukan alur-alur garis atau gambaran di atas bilah
tosan aji(
keris),yang disebut dengan
pamor.Awalnya
pamor ini terbentuk dari dua jenis besi yang berbeda kandungannya atau berbeda asal/tempatnya.Kemudian oleh
sang Empu dipelajari lebih mendalam yang pada akhirnya mampu menemukan bahan pembuat
pamor yang terbaik.Saat ini bahan
pamor terbaik yang diakui mayoritas pemerhati
tosan aji adalah
pamor yang berasal dari
meteor.Penemuan bahan
pamor ini diikuti juga dengan penemuan teknik pembuatan
pamor yang
beragam sehingga menampilkan bentuk yang semakin indah dan menarik.Saat
ini ada tiga macam teknik dikenal dalam pembuatan bentuk-bentuk
pamor yaitu teknik
mlumah,
miring dan
ceblokan.
Pengaruh Agama dan Budaya Luar terhadap Bentuk Keris
Pengaruh agama yang pertama masuk ke
Indonesia adalah agama
Hindu-
Buddha,yang menggeser kepercayaan sebelumnya dari nenek moyang kita,
animisme dan
dinamisme.Agama ini masuk pertama ke
Indonesia diperkirakan
pada awal abad pertama Masehi melalui jalur perdagangan di daerah
pesisir pantai kepulauan.Lambat laun hubungan semakin terjalin antara
para pedagang dan penguasa lokal yang akhirnya terjadi akulturasi
kebudayaan.Agama
Hindu-Buddha telah berperan besar di dalam mengubah pola kepemimpinan masyarakat pada waktu itu dari
kesukuan menjadi pemerintahan
kerajaan.Raja tidak dipilih seperti halnya memilih kepala suku,melainkan dipilih berdasarkan garis keturunan/
dinasti.Maka
dari itu mulailah para kepala suku memilih atau mengukuhkan salah satu
diantara mereka sebagai pemimpin tertingginya,tentunya setelah melalui
serangkaian penaklukan,menjadi raja pertama mereka.Raja ini menjadi
cikal bakal atau peletak dinasti pertama yang nantinya semua anak
keturunannya diharapkan bisa melanjutkan kepemimpinannya.Untuk itu
kemudian diadakanlah serangkaian upacara keagamaan secara
Hindu-Buddha
yang pertama.Upacara ini jelas menguras tenaga dan biaya buat seluruh
rangkaian sesaji/persembahan buat para dewa.Sang Raja pun juga
diharuskan memiliki tanda-tanda kebesaran yang akan menguatkan dan
mengesahkan dirinya sebagai seorang Raja.Diantara tanda-tanda kebesaran
itu adalah berupa berbagai macam senjata tajam,seperti
pedang,tombak,pisau,mata panah,
candrasa,
kudhi,
keris,dan lain-lain.Senjata-senjata ini selain menunjukkan kekuasaan dan kesaktian juga sebagai
alat legitimasi.Sehingga tidak aneh jika senjata-senjata milik para Raja adalah senjata-senjata yang
pinilih/berstatus.Seperti
keris,jika dimiliki oleh seorang Raja jelas ini keris pilihan,terbaik dari segi
garap/bentuknya maupun
tuah/keampuhannya.
Untuk itu
keris awal yang masih berbentuk sederhana kemudian berkembang menjadi semakin rumit dan beragam.Keanekaragaman bentuk
keris ini ditunjukkan dari adanya ornamen/asesori
keris terutama di bagian bawah bilahnya(
sor-soran).Ornamen ini kemudian disebut dengan
ricikan.Setelah itu budaya
pekerisan menjadi
berkembang sedemikian pesat,karena mendapat dukungan penuh dari para
Raja/penguasa sebagai alat legitimasi kekuasaan mereka.Diadopsilah
nama-nama yang diambil dari kisah-kisah kepahlawanan/
pewayangan yang menunjukkan kesaktian dan keampuhan pusakanya sebagai nama dari sebagian bentuk
keris,seperti
dhapur keris Pasopati,
Pulanggeni,
Kalamisani atau juga diambil dari nama-nama tokohnya seperti dhapur
Semar Bethak,
Anoman,
Karno Tinandhing,
Pandhawa,dan lain sebagainya.Selain itu nama
keris
juga diambil dari latar belakang peristiwa penting bagi
kerajaan,seperti penaklukan suatu wilayah,hilangnya pusaka kerajaan atau
penawar dari suatu musibah.
Ricikan/ornamen
keris itu
tidak hanya sekedar wujud fisik semata melainkan juga sebagai
simbol/perlambang tertentu yang mengandung pesan tersembunyi berupa
nilai-nilai luhur kearifan lokal,bisa juga dipakai sebagai
sengkalan(perlambang waktu dari suatu kejadian penting).
Masuknya agama
Islam di tanah
Jawa yang terutama dipelopori oleh para
Wali Sanga,khususnya
Sunan Kalijaga,tidak serta merta menghilangkan seluruh budaya masyarakat pada waktu itu termasuk budaya
perkerisan,tapi justru memperkaya khasanahnya.Hal ini diwujudkan dengan dibentuknya nama-nama
dhapur keris yang baru seperti,
carubuk,sengkelat,
segara wedhang,
sabuk inten,kala munyeng,dan lain-lain.Bentuk
warangka(
sarung keris) pun juga mendapat pengaruh
Islam,seperti
warangka penanggalan atau
wulan tumanggal yang mirip bentuk bulan sabit,simbol agama
Islam.Adanya
rajah atau goresan-goresan pada
keris yang berisikan tulisan-tulisan
Arab/
kaligrafi yang diambil dari
ayat-ayat Al Qur’an jelas itu merupakan pengaruh agama
Islam.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPc0WxTT18d-B24TQ9YAkDgK2RhjPql3EqjxwKi3nmBbuzZKEDATUxzgdpbXfu2pLcRlKzmYYQunmLp5V_8zXHjYtJyBakS0luvBag6zokqZYnraIK9sybudV2hRbBsB5e7NvsHB-0kUc/s320/3303_1046613412715_1447057792_30116578_7669046_n.jpg)
Pengaruh budaya luar lainnya seperti
China,memunculkan
dhapur keris baru juga seperti
Singa Barong,yang bentuk
gandhik/muka berupa hewan mirip
kilin,singa dalam
mitologi China.Saat ini bahan
warangan,yang digunakan sebagai pencuci/
jamasan keris yang terbaik adalah yang berasal dari
China.
Pengaruh Evolusi terhadap Tangguh Keris
Bentuk
keris mengalami evolusi atau perkembangan yang bertahap melewati rentang waktu yang cukup lama.Tiap era/jaman diwakili oleh bentuk
keris yang berbeda.Sehingga dikenal istilah
tangguh.Semula
tangguh sendiri mempunyai perbedaan pengertian,jika menurut
serat Centhini yang disusun pada masa kekuasaan
sinuhun Paku Buwono IV,Raja Karaton Surakarta Hadiningrat mendefinisikannya dengan gaya,
langgam atau ciri khas yang dimiliki oleh sebuah
keris yang tidak terikat oleh era/jaman dan daerah tertentu.
Keterangan Perkiraan Tangguh Keris berdasarkan jenis dan garap besinya
Keris dipelajari dari jenis/bahan besinya,
pamornya,dan
pasikutan/kesan yang timbul dari bentuk khas/gaya
kerisnya.Namun ternyata dalam perkembangan selanjutnya,
keris-keris yang mempunyai gaya/
langgam yang sama terkait dengan era/jaman tertentu,dan akhirnya berhubungan juga dengan masa pemerintahan/kerajaan tertentu.
Foto Keterangan tentang Struktur Besi-Baja pada Keris
Dari sini muncul generalisasi
keris-keris yang mempunyai gaya garap dan besi tertentu mewakili pada masa tertentu.Definisi
tangguh yang sekarang akhirnya menunjuk pada
masa pembuatan keris.Akan
tetapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan,karena tidak adanya
patokan/pedoman yang pasti membuat penentuan masa pembuatan keris
menjadi lebih sulit,apalagi penilaiannya berdasarkan visual/penglihatan
dan perabaan semata.Subyektifitas menjadi lebih menonjol,yang tentunya
akan membuat beragam macam tafsiran perkiraan masa pembuatan.
Foto Keris dengan Struktur Besi Tempa dengan Spasi Lebar
Dalam
krisologi,ilmu
tangguh menjadi cabang tersendiri yang masih terus membutuhkan inovasi dan teknologi yang terkini untuk menjawab hal/masalah
periodisasi keris.Menarik
untuk dipelajari dan dibutuhkan keseragaman dan kesepakatan dari para
ahli terkait.Bahkan pernah diperkenalkan teknik pengujian laboratorium
untuk menentukan usia besi,kandungan besi dan
pamor,dan teknologi pengolahannya,yaitu dengan
teknik NDTM(
Non Destruktive Testing Materials).Pengujian materi/bahan dengan tidak merusakkannya diperkenalkan pertama kali oleh
Ir.Haryono Arumbinang(Alm).Menurut ahli metalurgi ini,dengan mengetahui unsur-unsur penyusun
keris menetapkan usia
keris akan semakin mudah.Dalam penelitiannya ini,semua
keris sepuh/tua yaitu sebelum abad XVIII,selalu mengandung unsur besi
(Fe),arsenikum(
As),titanium(
Ti),timah(
Sn),dan timbal(
Pb).Unsur
titanium diberikan oleh
para empu agar
keris yang dihasilkan terasa ringan kalau dipegang.Mineral ini terkandung di dalam pasir besi di pesisir pantai
Pulau Jawa,sehingga mudah didapat secara lokal.Unsur timah dan timbal dipakai untuk memperkeras,menambah keuletan bahan campuran
keris,dan dalam
pamor keris sering nampak sebagai kilatan putih yang bervariasi.
Foto Keris dengan Struktur Tempa Besi Spasi Lebar-Sedang
Sungguh mengagumkan jika hal ini benar adanya,ternyata
para empu jaman dahulu sudah paham dan ahli dalam ilmu logam.Jika teknik penelitian ini dipakai juga untuk mempelajari tentang
evolusi keris maka akan sedikit banyak membantu memudahkan kita dalam mengungkap misteri tentang
keris.
Foto Keris dengan Struktur Tempa Besi dengan Spasi Rapat
Para ahli memperkirakan munculnya suatu bentuk
keris yang khas terkait dengan suatu masa dan tempat tertentu sehingga bisa dibedakan walaupun dengan
dhapur yang sama,ini karena adanya kebiasaan
mutrani(menduplikasi) dari
keris
yang sudah lebih dahulu ada.Bentuk khas ini memang disengaja
kemungkinan atas perintah penguasa/raja pada waktu itu,yang setiap raja
memiliki selera/kesukaan terhadap bentuk bagian
keris tertentu,yang diatur dalam
Paugering Praja ing Padhuwungan.
Foto Keris dengan Struktur Tempa Besi Rapat-Luluh
Foto Keris dengan Struktur Tempa Besi Matang-Rapat-Luluh
Perbedaan ini bisa sangat menyolok contohnya seperti antara tangguh
Segaluh dengan
Mataram.
Tangguh Segaluh memiliki
buntut urang (ekor udang) pada
ganjanya yang bersifat
nguceng mati(uceng adalah sejenis ikan kecil-kecil di sungai) dan
kembang kacang( bunga kacang) berbentuk
ngecambah aking (tunas yang kurus).Lihat gambar di atas,contoh
keris tangguh Segaluh.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp88ZRI4rTV3beaDBBJJvG6FuMjVpyV9AiG_0cwUqQ0XbOgKMI-zhlGOlTwonUpd3CF5msRERfEQ3PrYqb7IMRlP7MRrigwT5LaRmkDtkvfmYcOQgZkt0TRR2h1VFas1Bi5-0LUUnIXkM/s320/5092_1096270252222_1390568126_30298545_4510077_n.jpg)
Sedangkan kalau melihat gambar di atas ini,adalah
Tangguh Mataram dengan
buntut urangnya berupa
sebit ron tal/mekrok (daun lontar yang mengembang).Kembang kacangnya
nggelung wayang (gulungan konde pemain wayang orang) yang sifatnya besar dan menggulung.Diperkirakan selisih tahun antara
Segaluh dengan
Mataram sekitar 400 tahun.
Namun ada juga walaupun pada masa yang sama
keris yang dibuat di tempat berbeda akan memiliki bentuk yang berbeda pula,seperti antara
tangguh Tuban dengan
Majapahit.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDDnE7DGBeMtq4mXzeQoS469e-DgpoF46DD2-AZV5uPTtkiC97W-yyhhSqz8BQdN1DtKS-hbh5ZaszolXtLPlEEeLGQgGGsQoBPeHbdMQ0PvgGjnXS1E7iv8ncZK2Y8GnxO68-nbEpE0M/s320/5086_1072770586614_1446639369_30210174_485301_n.jpg)
Sirah cecak pada
keris Tuban (gambar kiri atas) biasanya
buweng/bulat,sedangkan
Majapahit(gambar kanan atas)
sirah cecaknya lancip.Bilahnyapun lebih ramping
keris Majapahit dibanding dengan
keris Tuban.Ujung bilahnya/
pucukan berbeda juga,kalau
keris tangguh Tuban biasanya bersifat
gabah kopong(biji padi yang kosong) sedangkan
keris Majapahit bersifat
nyujen/lancip.
Karakter masyarakat yang berbeda akan menimbulkan selera yang berbeda juga.Contohnya masyarakat
Mataram yang bersifat santun dan lemah lembut akan memunculkan
keris dengan kesan
dhemes atau tampan.Sedangkan masyarakat
Majapahit yang berwibawa,kesan yang muncul pada
kerisnya adalah berwibawa atau
wingit.
Keris Tangguh Kamardikan
Perkembangan
keris akan memunculkan bentuk-bentuk varian baru yang lebih indah,dinamis,dan unik.Keindahannya bisa dilihat dari kesempurnaan
garap/teknik pembuatannya yang lebih berkesan dengan variasi ornamen yang rumit dan detail,corak
pamor yang beragam,ditambah dengan
kinatah atau
sinarasah emas pada bilahnya membuat
keris mengalami kesempurnaan dalam evolusinya.
Foto Teknik Pembuatan Keris Kinatah
Foto Teknik Pembuatan Pendhok atau Selongsong Warangka
Foto Teknik Pembuatan Warangka atau Sarung Keris
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIMN5ANz54XCS_vAWHEFJvVAtrYM_0ERfpq3XXNPfYW7dkxZRkfnOUWoFG7zk2gAKVItHyxE1O61CxuPVOAY1hA_4UFmMRHqS6QAhZDDD-BPhsVGj2NO3MeedstcOibyKd5BcEMyF-w2o/s320/n725689772_943524_5572.jpg)
Menurut para ahli
perkerisan puncak kejayaan dari kesempurnaan
keris adalah pada masa
Paku Buwono IX-X di
Surakarta dan
Hamengku Buwono VII-VIII di
Yogyakarta.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwtovWbuK12rqMRl4sv_Z35PRJ8f0mT7rOXu0lMKn3RVxHMIPeHqc4pZeQ8K0FLOZcs6DTvk7BUCmKR8m_2AFTAzemWcvlVv2Wirc8BKCE716BzblkA0GNZXMofeaq2gkuFPUehoesdHY/s320/6049_1084409001962_1578481083_30235267_6525892_n.jpg)
Namun demikian untuk masa sekarang ini,apalagi
keris telah diakui oleh
UNESCO sebagai salah satu warisan budaya agung dunia,membuat kita sebagai generasi penerusnya harus tetap
menguri-uri/melestarikan dengan berbagai cara diantaranya ialah dengan menjaga dan memelihara(
ngrukti) keris-keris pusaka
leluhur kita agar tidak rusak atau jatuh ke tangan pihak yang tidak
bertanggung jawab.Disamping itu supaya adanya kontinuitas/kesinambungan
maka dimunculkan ide-ide baru yang bersifat
kontemporer dari para
empu jaman kemerdekaan yang memunculkan adanya
tangguh Kamardikan.
Keris-keris tangguh Kamardikan ini selain bersifat
kontemporer juga kadang keluar dari
pakem yang ada.Seperti memiliki dua bilah tapi satu
sor-soran,pucuknya berbentuk tokoh pewayangan,ber
gandik merpati,
nyai blorong dan lain-lain.Hal ini menjadi sah-sah saja karena mengikuti selera masyarakat/pasar jaman globalisasi yang universal.
Foto Bung Karno Memperkenalkan Keris pada Fidel Castro
Dikenalkannya ide-ide baru dalam dunia
perkerisan kepada generasi muda sedikit banyak akan membuang persepsi yang negatif/kurang baik pada
keris.Tinggal bagaimana generasi sekarang ini dalam memperlakukan
keris apakah hanya sekedar
barang pajangan/pameran semata atau malah menjadi
barang komoditi/dagangan yang tidak berbeda dengan barang komersial yang lain.
RICIKAN KERIS
![ricikannama](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_txLmCicAABlnbOYoByvfxS8LqboaeOqsU76S9r8RJJA_k01Uki-w86PY35K4egM_1niZmHpTCR3Gh19dCD9KXtnr10AvbHT5myQRMrZ0XvyCIc9aP8ouHemxmcJc6wpKj7QbNeF1XgijBwh2Q=s0-d)
Bagian dan sekaligus bentuk penghias bilah
keris disebut
ricikan.
Ricikan sendiri berarti bagian atau rincian.Sebagian besar
ricikan keris menempati bagian pangkal
keris atau disebut
sor-soran.Semua
ricikan pada bilah
keris dikelompokkan ke dalam empat bagian,yaitu:
1).Bagian Tangkai Bilah atau Pesi
Panjangnya rata-rata 6-7 cm.Ada sekitar 6 ragam bentuk yaitu:
1.
Pesi gilig ajeg yang bentuknya silindris,diameternya 6-7 mm.Jenis
pesi ini biasanya pada
keris muda atau
nom-noman.
2.
Pesi gilig mucuk bentuknya mirip
pesi gilig ajeg,tetapi makin ke ujung diameternya makin mengecil.Biasanya terdapat pada
keris tangguh tua terutama
tangguh Majapahit dan
Mataram.
3.
Pesi rada gepeng bentuknya mirip
pesi gilig ajeg,tetapi penampang melintangnya tidak berbentuk lingkaran tetapi elips.
4.
Pesi puntiran agak mirip
pesi gilig mucuk,tetapi sekitar 3-4 cm menjelang ujung batang
pesi dipuntir.
5.
Pesi tindhikan yaitu pesi yang bagian ujungnya dipipihkan lalu dilubangi.Dalam dunia
perkerisan,
pesi tindhikan sering dianggap
keris buatan
empu Jaka Sura.
6.
Pesi Tapak Jalak pada permukaan ujungnya diberi dua guratan bersilang atau
diprapat,yang diisi emas atau perak.Dianggap memiliki tuah tertentu.Di karaton
Surakarta,dulunya merupakan penanda
keris buatan
empu Brajakarya,seorang
empu di zaman
Paku Buwono IV-V.
2).Bagian Alas Bilah atau Ganja
Bagian alas bilah atau dasar bilah disebut dengan
ganja.Ada beberapa variasi bentuk berdasar penampangnya.Dari
samping dikenal bentuk:
1.
Sebit Ron Tal
2.
Wilut
3.
Dhungkul
4.
Kelap Lintah
5.
Sepang
Dari
penampang atas dikenal bentuk:
1.
Nguceng Mati
2.
Nyebit Ron Tal
3.
Nyirah Cecak
Batang
ganja mempunyai bentuk-bentuk
ricikan sebagai berikut:
1.
Sirah Cecak
2.
Gulu Meled atau Gulu Cecak
3.
Weteng Cecak
4.
Kepet Urang
5.
Kanyut atau
Buntut Mimi
6.
Greneng biasanya berisi :
a).
Ri Pandan
b).
Ron Dha
c).
Thingil
7.
Wuwungan adalah permukaan
ganja yang tetap nampak apabila
keris disarungkan.
8.
Omah-omahan adalah lubang
ganja yang ditembus
pesi.
3).Bagian Pangkal Bilah atau Sor-soran
![ricikan-keris-22](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tbYj6Jq6UhO6GuU8Fwwr0-Asm88F01cAdx17_E-q8SGa61_2n2HQ9yFyMNo6_lECWLDlPfYsrmCVK7-POyZYQENSX4VWbuZV9bc9kQzllogU7c90jLjFriPQ2W7PFTSXHPX2Z9d9xVouVWLb_GBFH62w=s0-d)
Foto Pangkal Keris atau Sor-soran
Pada bagian pangkal bilah atau
sor-soran terdapat:
1.
Pejetan atau
Blumbangan
2.
Bawang Sebungkul atau
Genukan
3.
Gandhik yang memiliki ragam bentuk seperti:
a).
Lugas
b).
Lugas Panjang
c).
Laler Mengeng
d).
Panji Penganten
e).
Kembar
f).Bentuk Binatang atau Manusia yang distilir
Apabila bukan
gandhik lugas biasanya berisi:
a).
Lambe Gajah
b).
Jalen atau
Ilat Baya
c).
Kembang Kacang atau
Tlale Gajah dengan hiasan
praen dan
jenggot.
Bentuk
kembang kacang ini juga bermacam-macam,yaitu:
c.1.
Kembang Kacang Pogog
c.2.
Kembang Kacang Bungkem
c.3.
Kembang Kacang Nguku Bima
c.4.
Kembang Kacang Ngecambah Aking
c.5.
Kembang Kacang Nggelung Wayang
4.
Tikel Alis juga memiliki ragam bentuk,seperti:
jugag,cekak,rangkep,nrajang
gandhik,nggagang terong,nggagang pohung,dhemes blumbangan,dhemes sekar
kacang mlocok blumbangan,wiyar lajer kruwingan.
5.
Sogokan ngajeng/ngarep/depan
6
.Sogokan wingking/mburi/belakang
7
.Janur/Sada
8.
Puyuhan/Bebel
9.
Sraweyan
10.
Pidakan
11
.Tungkakan
12.
Wadidang
13
.Pudhak Sategal depan-belakang
14
.Gandhu
15.
Ron Dha Nunut
4).Bagian Tubuh atau Awak-awakan dan Pucuk Bilah atau Panetes
Pada bagian tubuh atau
awak-awakan terdapat:
1.
Ada-ada atau
Dhadha,dengan ragam irisan melintang antara lain:
a.
Nggeger Sapi
b.
Ngadal Meteng
c.
Nglimpa
2.
Kruwingan atau
Plunturan
3.
Gula Milir
4.
Gusen
5.
Lis-lisan
6.
Hatirah-tirah atau
landhep
7.
Ucu-ucu
8.
Lengkeh
9.
Panetes atau
Panitis(Pucuk Keris),bentuknya juga bermacam-macam yaitu:
a.
Nggabah Kopong
b.
Mbuntut Tuma
c.
Ngudhup Gambir
d.
Nyujen Sate
e.
Nugi Pinetet
f.
Ngumyang
Beberapa Jenis Dhapur Keris
Betok
Keris Betok adalah salah satu bentuk
dhapur keris lurus,bentuknya amat sederhana,lebih lebar,panjangnya kira-kira hanya separo atau tiga perempat panjang
keris yang normal.
Gandiknya polos/
lugas,berukuran agak panjang,
pejetannya luas dan dangkal.Selain itu tidak ada
ricikan lainnya.Gambar di atas adalah salah satu
keris ber
dhapur Betok tangguh Kamardikan.Namun untuk
keris Betok yang
tangguh Kabudan,biasanya dipakai sebagai
keris tindih,
keris peredam sifat-sifat yang kurang baik.
Brojol
Foto keris brojol yang sering disebut Keris Sombro
Adalah salah satu
dhapur keris lurus,ada dua versi.Yang pertama,panjang bilahnya hanya 15-19 cm,bilahnya tipis rata dan biasanya merupakan
keris kuno.
Pejetannya hanya samar-samar,
gandhik polos dan tipis.Kadang-kadang memakai
ganja iras.Kadang juga ada lekuk-lekukan dangkal sepanjang bilah seperti bekas pijitan tangan.Keris ini sering disalah kaprahkan sebagai
keris Sombro,nama
empu wanita jaman
Pajajaran.
Foto keris Brojol versi kedua
Jenis yang kedua ukuran panjang bilahnya sama dengan
keris biasa,sekitar 30-35 cm.
Gandhik polos pakai
pejetan,tanpa
tikel alis dan
ricikan lainnya.Tuahnya adalah untuk
memperlancar persalinan.
Cengkrong
Foto Keris Cengkrong leres
Keris Cengkrong adalah salah satu bentuk
dhapur keris lurus,panjang bilahnya sedikit lebih pendek dibandingkan
keris yang lain.Posisi bilahnya lebih membungkuk.
Gandhiknya panjang,kadang sampai lebih dari setengah bilah,sehingga
ganjanya bentuknya juga lain.Tidak ada
ricikan lainnya kecuali bentuk perpanjangan antara
pejetan dan
kruwingan.
Foto Keris Cengkrong Luk 7
Dalam perkembangannya selain
keris cengkrong selain yang lurus,juga ada yang
berluk tiga,lima,sampai tujuh,namun namanya tetap
Cengkrong.
Luknya itu ditempatkan di atas
gandhik.Ada juga kreasi baru dengan tambahan ricikan lainnya seperti memakai
kembang kacang dan
jenggot sungsun.
Keris ini dulunya banyak dipakai oleh mereka yang mendalami bidang keagamaan,seperti
para ulama.
Condong Campur
Foto Keris Dhapur Condong Campur
Salah satu bentuk
dhapur keris lurus yang ukuran panjangnya sedang,permukaan bilahnya
nglimpa,tanpa
ada-ada.
Keris ini memakai
ricikan:
Kembang kacang dan
lambe gajahnya satu,
sogokan depan saja,memanjang sampai ke ujung bilah.Bilahnya memakai
gusen dan
lis-lisan.
Ricikan lainnya tidak ada.
Cundrik
Foto Cundrik buatan Empu Pauzan Pusposukadga dari Solo
Foto Cundrik Sajen
Cundrik adalah
dhapur keris lurus berukuran sedang sampai kecil,antara 22-36 cm.Bilahnya agak tebal,dan posisinya agak membungkuk.
Gandhik keris polos terletak di belakang,ukurannya panjang sampai setengah panjang bilah.Disamping tepi
gandhik terdapat
kruwingan.Sepintas lalu memang mirip dengan
dhapur Cengkrong,Bedanya pada
dhapur Cengkrong terdapat
sraweyan.Ada juga
cundrik yang memakai
sogokan dan
greneng.
Jalak Buda
Foto Keris berdhapur Jalak Buda
Keris ber
dhapur Jalak Buda adalah
keris lurus,lebar,pendek dan tebal.Bentuknya sederhana.
Gandhiknya polos,
pejetannya dangkal,
sogokannya rangkap dan tipis,kadang-kadang memakai
tingil.
Ricikan lainnya tidak ada.
Permukaan bilahnya biasanya tidak rata,melainkan
keropos seperti bopeng.Besinya memiliki kesan
nglempung,bagai tanah liat.
Keris ber
dhapur Jalak Buda diduga merupakan
keris generasi pertama di
Nusantara.Dari segi tuah,
keris Jalak Buda mempunyai tuah yang baik bagi keselamatan.Itu sebabnya
keris ini juga dipakai sebagai
keris tindih,yaitu sebagai peredam tuah
keris lain yang galak,keras,buruk dan mengganggu.
Foto Keris Dhapur Jalak Buda dengan Methuk
Keris lainnya yang juga merupakan generasi pertama,yakni pada
Zaman Kabudan,yaitu
keris ber
dhapur Betok dan
Brojol.Salah satu ciri khas
Jalak Buda adalah adanya
methuk di bawah
ganjanya.Dengan adanya
methuk ini,
ukiran yang dipasang pada
keris Jalak Buda tidak lagi memerlukan
mendak.
Jalak Dinding
Foto Keris berdhapur Jalak Dinding
Keris dhapur Jalak Dinding disebut juga
Jalak Dingin,adalah
keris lurus berbilah sedang,memakai
gusen,
pejetan dan
tingil.Selain itu tidak ada
ricikan lainnya.Sepintas lalu
keris ini mirip dengan
keris ber
dhapur Tilam Sari.Bedanya hanya terletak pada
gusen yang ada di sepanjang bilah.
Jalak Ngore
Foto Keris dhapur Jalak Ngore
Keris Jalak Ngore adalah
keris berbilah lurus,panjang bilahnya sedang,
ada-adanya terlihat jelas dan tepat sampai ke ujung bilah.
Keris dhapur Jalak Ngore ber
gandik polos,memakai
pejetan,
tikel alis biasanya dangkal,
sraweyan dan
greneng.
Ricikan lainnya tidak ada.
Jalak Nguwoh
Foto Keris dhapur Jalak Nguwoh
Jalak Nguwoh adalah salah satu bentuk
dhapur keris lurus,ukurannya sedang,
gandik kerisnya polos,memakai
pejetan dan
thingil.
Ada-adanya terlihat jelas dan tebal sampai ke ujung bilah.Dengan demikian permukaan
kerisnya
nggigir lembu.
Ricikan lainnya tidak ada.
Sebagian pecinta
keris menamakannya dengan
dhapur Jalak Nguwuh,tapi sebenarnya kurang tepat,karena
nguwuh itu bermakna
menyampah,tapi ada juga yang mengartikan
nguwuh itu memanggil atau menyapa.Sedangkan
Nguwoh,berarti
berbuah.Padahal dalam pemberian nama,orang
Jawa selalu mengacu pada hal-hal yang baik.
Jalak Nguwung
Foto Keris dhapur Jalak Nguwung karya Mpu Sukamdi,Surakarta
Dhapur Jalak Nguwung berbilah lurus,ukuran sedang,
gandik polos,dengan
pejetan,
sogokan depan panjang hingga setengah tinggi bilah,memiliki
sraweyan dan
greneng bisa ada bisa tidak.
Nguwung berarti berbentuk cekung.
Jalak Sangu Tumpeng
Foto Keris dhapur Jalak Sangu Tumpeng
Keris dhapur Jalak Sangu Tumpeng adalah salah satu bentuk
dhapur keris yang bilahnya lurus,ukurannya sedang.
Gandiknya polos,pakai
pejetan,
tikel alis,
sogokan rangkap,
sraweyan dan
tingil.
Ricikan lainnya tidak ada.
Foto Keris Jalak Sangu Tumpeng pada bagian Sor-soran
Diantara para pecinta
keris banyak yang beranggapan bahwa
keris ber
dhapur Jalak Sangu Tumpeng ini umunya mempunyai tuah yang membuat pemiliknya mudah mencari rejeki.Itulah sebabnya
keris ini biasanya dimiliki oleh para pedagang,pengusaha,atau sejenisnya.
Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek,pusaka
Keraton Kasultanan Jogjakarta yang terkenal itu juga ber
dhapur Jalak Sangu Tumpeng.
Jalak Sangupati
Foto Keris dhapur Jalak Sangupati
Keris ber
dhapur Jalak Sangupati tergolong
keris lurus yang langka.Permukaan bilahnya
nggigir sapi karena
keris ini memakai
ada-ada.
Ricikan lainnya adalah
kembang kacang pogok,
jalen,dua
lambe gajah,
sogokannya hanya satu yakni
sogokan depan,
sraweyan dan
greneng sungsun.
Jalak Sangupati adalah
dhapur kreasi baru yang mulai ada sejak zaman pemerintahan
Sri Susuhunan Paku Buwono IX,raja
karaton Surakarta.
Jalak Sumelang Gandring
Foto Keris dhapur Jalak Sumelang Gandring
Jalak Sumelang Gandring merupakan
dhapur keris lurus.Ukuran panjang bilahnya sedang.
Keris ini ber
gandik polos,memakai
pejetan,
sogokannya hanya satu di depan.
Sogokan belakang tidak ada.Selain itu juga memakai
tikel alis,
kruwingan dan
tingil.Bagian
ada-adanya cukup jelas,permukaanya
nggigir sapi.
Jalak Tilam Sari
Foto Keris dhapur Jalak Tilam Sari
Keris ber
dhapur Jalak Tilam Sari termasuk
keris lurus,ukuran bilahnya sedang.Mempunyai
gandik polos,
pejetan dan
tikel alis,dan
sraweyan.
Tingilnya berbentuk
ri pandan.