Makna Keris Sempaner
keris dengan dapur sempaner |
Dapur Sempaner (Sempanan Bener) merupakan nama salah satu dapur keris
lurus yang sering kita jumpai mulai dari tangguh sepuh seperti
Pajajaran, Majapahit, sampai tangguh Nom-noman. Sempaner berasal dari
kata Sempana / Sumpena Bener yang secara harafiah berarti Mimpi yang benar. Ricikan dapur ini : Kembang kacang, tikel alis, Ri Pandan – ada pula yang menyebutkan mempunyai greneng, jalen, lambe gajah.
Sempana bener dalam arti lebih dalam merupakan suatu pesan, angan-angan,
harapan, cita-cita, keinginan apabila dilandasi suatu pemahaman yang
benar menjadi suatu kenyataan. Pemahaman yang benar itulah yang akan
mewujudkan suatu tercapainya harapan atau cita-cita. Dalam hal ini,
suatu pesan bahwa manusia dalam menggapai suatu keinginan hendaknya
diselaraskan dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki, sebagaimana
dalam ujar-ujar jawa disebutkan “Bisa rumangsa – aja rumangsa bisa”.
Berlaku jujur, bener lan pener akan menuju batin manusia yang selaras dengan realitas yang sebenarnya, dan oleh karena itu dengan sendirinya (Otomatis-konsekuen) memenuhi kewajiban, tugas dan peranan dan jabatan yang dituntut dari padanya. Mengembangkan diri pribadi, pengetahuan sesuai dengan bakat dan kemampuan (empan papan) dan tidak memaksakan kehendak / mengendalikan hawa nafsu. Selain itu, pengembangan pribadi dengan pengekangan hawa nafsu adalah salah satu cara. Karena nafsu akan memperlemah manusia. Mengendalikan hawa nafsu berarti mengembangkan budi pekerti. Untuk pencapaian budi pekerti (etika) yang baik umumnya dihalangi dua hal yaitu hawa nafsu dan pamrih.
Nafsu yang terkait dengan pamrih (egoisme) antara lain :
- Nafsu selalu ingin menonjol (nepsu menange dhewe)- Menganggap diri selalu betul (nepsu benere dhewe)- Memperhatikan diri sendiri (nepsu butuhe dhewe)
Macam-macam MimpiMimpi atau sumpena merupakan suatu
penggembaraan bawah sadar manusia selama tidur ke tempat antah berantah
atau berinteraksi dengan lingkungan, baik yang sudah dikenal maupun
belum. Mimpi tertentu dipercaya sebagai perlambang akan terjadinya
“sesuatu” dimasa yang akan datang atau sering disebut “sasmita”. Namun tidak semua mimpi merupakan perlambang. Dalam budaya jawa, orang bermimpi dibedakan dalam tiga macam :
- Titiyoni
- Gondoyoni
- Puspa Tajem
- Titiyoni
- Gondoyoni
- Puspa Tajem
Tiyoni, merupakan mimpi yang biasanya terjadi antara
jam 19.00-22.00. Mimpi pada saat ini biasanya merupakan gambaran dari
pikiran yang tidak mampu ditinggalkan oleh seseorang pada saat menjelang
tidur, seperti rasa gelisah, stress, kalut, cemas, dan lelah akibat
aktivitas seharian. Mimpi ini penggambaran kejadiannya berubah-ubah,
kadang terjadi secara tiba-tiba dan tidak runtut. Pada saat terbangun,
biasanya kita lupa mengenai hal-hal yang terjadi dalam mimpi tersebut.
Mimpi pada saat tiyoni tidak mempunyai makna.
Gondoyoni, merupakan mimpi yang biasanya terjadi antara
jam 22.00-01.00 pagi. Mimpi pada saat Gondoyoni juga tidak mempunyai
makna. Biasanya muncul dari bayangan, pemikiran atau angan-anagan saat
terjaga atau sebelum tidur. Mimpi demikian disebut juga “impen-impenen” atau “kembange wong turu” atau “bunga tidur”.Biasanya mimpi pada saat itu tidak runtut berurutan dan mudah terlupakan saat bangun.
Puspa Tajem merupakan mimpi yang biasanya terjadi
antara jam 01-04.00 pagi atau menjelang subuh. Waktu tersebut memasuki
dua per tiga malam merupakan waktu yang utama. Mimpi pada saat ini
umumnya mempunyai makna atau kemungkinan merupakan perlambang/firasat
mengenai suatu kejadian (sasmita) yang akan menjadi kenyataan. Apabila
perlambang dalam mimpi ini kemudian benar-benar terjadi dimasa yang akan
datang, maka disebut mimpi yang Daradasih. Kejadian dalam mimpi
tersebut seolah-olah terjadi sungguhan dan kejadiannya runtut berurutan.
Bahkan, kadang membuat kita terbangun jika terkejut. Kejadian dalam
mimpi ini masih melekat dalam ingatan pada saat terbangun dan selalu
diingat dalam waktu yang lama.
Bagaimana mimpi yang mempunyai makna ini akan terwujud, kapan dan
bagaimana, tentunya masih menjadi misteri. Kadang kita baru menyadari
arti mimpi tersebut setelah terjadi suatu peristiwa di kemudian hari.
Bagi orang yang mampu mengartikan mimpi tersebut dan benar-benar terjadi
di waktu yang akan datang maka disebut “orang yang waskita”.
Simbolisasi Ricikan Dapur Sempaner : Sekar Kacang, Tikel Alis, Jalen, Lambe Gajah dan Greneng
Kembang Kacang, jaman dahulu kembang kacang sebagai ricikan keris disebut juga tlale (belalai) Gajah. Hal tersebut teringat dengan mitologi Ganesha, sebagai dewa lambang ilmu pengetahuan yang digambarkan selalu menghirup ilmu pengetahuan yang tiada habisnya dengan belalainya. Sekar kacang juga menyimbolkan adanya aktifitas tumbuh dan berkembang dan berbuah.
Kembang Kacang, jaman dahulu kembang kacang sebagai ricikan keris disebut juga tlale (belalai) Gajah. Hal tersebut teringat dengan mitologi Ganesha, sebagai dewa lambang ilmu pengetahuan yang digambarkan selalu menghirup ilmu pengetahuan yang tiada habisnya dengan belalainya. Sekar kacang juga menyimbolkan adanya aktifitas tumbuh dan berkembang dan berbuah.
Jalen merupakan simbol jalannya nafas yang terus menerus dan lambe gajah merupakan simbol masuknya energi. Motivasi dan niat.
Tikel Alis, mempunyai arti ua alis (bulu mata)
menunjukkan kedua mata. Tikel alis merupakan simbol sifat manusia ada
sisi baik dan buruk, keduanya harus dapat dikendalikan. Dalam menggapai
harapan hendaknya dipertimbangkan pada sisi baik buruknya.
Greneng berbentuk Ron Dha (Huruf jawa : Dha)
atau kadang hanya berbentuk sederhana yang disebut Ri Pandan
menyimbolkan suasana hati atau perasaan. Dari semua organ tubuh manusia
yang menentukan tingkat derajat manusia yaitu dada (dha-dha). Dalam
rongga dada itulah terletak hati, bathin, atau “perasaan” atau disebut
“rasa”. Kalau “rasa” seseorang baik maka baiklah semua anggota tubuhnya,
sebaliknya kalau “rasa” menjadi sakit maka “sakit”lah semua anggota
tubuhnya. Rasa berarti merasakan sesuatu itu dalam segala dimensi.
Rasa merupakan suatu keadaan yang hendak dicapai dalam diri seseorang
terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki rasa rasa dengan eksistensi yang
berbeda-beda, tergantung pada wawasan, pengetahuan, moral dan
sebagainya. Siapa yang mencapai rasa yang lebih mendalam dengan
sendirinya hidupnya akan berubah (sikap pola pikir, perilaku). Ia akan
memiliki sikap-sikap lain, yang lebih benar, serta yang lebih cocok
dengan realitas sebenarnya.
Secara umum semuanya itu adalah melambangkan suatu pencarian dan
mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan secara terus-menerus
sampai tingkat tertentu. Hal tersebut merupakan syarat tercapainya
cita-cita dan harapan. Mencari pengetahuan harus dilandasi dengan niat,
motivasi yang kuat dan keberanian. Harapan dan cita-cita harus
dipertimbangan dari sisi baik dan buruknya. Namun demikian orang harus
menerima segala keterbatasannya. Orang perlu bersikap rela menerima
keadaan apa adanya (Nrimo ing pandum). Nrima
juga berarti iklas, menerima segala konsekuensi dan persoalan apa yang
mendatangi kita tanpa keluh kesah. Hal ini bukan berarti apatis, nrima
dalam arti seseorangwalaupun dalam keadaan kecewa, kesulitan dan
kegagalan, tetap harus beraksi secara rasional, tidak ambruk dan tidak
menentang secara percuma. Nrima menuntut untuk menerima apa adanya, tapi
tidak hancur karenanya. Sikap nrima memberikan daya tahan untuk
menanggung keadaan nasib” yang buruk. Bagi orang yang memiliki sikap itu
maka “malapetaka akan kehilangan sengsaranya”.
Dapur Lurus : Bener-Lurus
Dalam berdoa kita selalu memohon untuk diberikan “Jalan yang Lurus” (sirotol mustaqin) kepada Tuhan. Lurus berarti tidak menyimpang dari jalur yang ditetapkan. Lurus juga berarti tidak berlebihan juga tidak kekurangan, berada di tengah-tengah. Seseorang yang jika di dalam hidupnya mengusahakan selalu berada di jalur lurus berarti akan bertindak jujur dan luhur budinya.
Dalam berdoa kita selalu memohon untuk diberikan “Jalan yang Lurus” (sirotol mustaqin) kepada Tuhan. Lurus berarti tidak menyimpang dari jalur yang ditetapkan. Lurus juga berarti tidak berlebihan juga tidak kekurangan, berada di tengah-tengah. Seseorang yang jika di dalam hidupnya mengusahakan selalu berada di jalur lurus berarti akan bertindak jujur dan luhur budinya.
Berlaku jujur, bener lan pener akan menuju batin manusia yang selaras dengan realitas yang sebenarnya, dan oleh karena itu dengan sendirinya (Otomatis-konsekuen) memenuhi kewajiban, tugas dan peranan dan jabatan yang dituntut dari padanya. Mengembangkan diri pribadi, pengetahuan sesuai dengan bakat dan kemampuan (empan papan) dan tidak memaksakan kehendak / mengendalikan hawa nafsu. Selain itu, pengembangan pribadi dengan pengekangan hawa nafsu adalah salah satu cara. Karena nafsu akan memperlemah manusia. Mengendalikan hawa nafsu berarti mengembangkan budi pekerti. Untuk pencapaian budi pekerti (etika) yang baik umumnya dihalangi dua hal yaitu hawa nafsu dan pamrih.
Nafsu yang terkait dengan pamrih (egoisme) antara lain :
- Nafsu selalu ingin menonjol (nepsu menange dhewe)- Menganggap diri selalu betul (nepsu benere dhewe)- Memperhatikan diri sendiri (nepsu butuhe dhewe)
Sikap dasar yang luhur adalah kebebasan tanpa pamrih. Ujar-ujar jawa mengajarkan “sepi ing pamrih, rame ing gawe”. Sepi
ing pamrih berarti melepaskan diri diri dari kepentingan pribadi dan
mengutamakan kepentingan masyarakat demi keselarasan kehidupan. Manusia
mencapai “sepi ing pamrih” apabila ia semakin
tidak lagi perlu gelisah dan prihatin terhadap diri sendiri, semakin
bebas dari nafsu ingin memiliki serta mempunyai hati yang tenang.
Rame ing gawe berarti melakukan apa yang dituntut oleh jabatandan
kedudukan kita dalam masyarakat atau pun pekerjaan. Masing-masing
menjalankan sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diemban. Setiap orang
harus menyadari keterbatasannya, sehingga tumbuh kerelaan untuk
membatasi diri pada peran yang telah ditentukan di dunia.
Dalam hidup ini hendaknya dipahami benar ajaran Catur Merti – bersatunya pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan :
- Pikiran yang benar
- Perasaan yang benar
- Perkataan yang benar
- Perbuatan yang benar
Dalam hidup ini hendaknya dipahami benar ajaran Catur Merti – bersatunya pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan :
- Pikiran yang benar
- Perasaan yang benar
- Perkataan yang benar
- Perbuatan yang benar
Harapan yang Menjadi Kenyataan – Sumpena yang Daradasih – Sumpena Bener – Sempaner
Mimpi yang benar adalah hanya mimpi yang menjadi
kenyataan (puspatajem daradasih). Harapan dan cita-cita yang baik yaitu
harapan yang dapat diwujudkan sebagai kenyataan. Hal tersebut tentunya
suatu harapan yang luhur (bener). Sempana Bener (sempaner) memaparkan
ajaran bagaimana seseorang dapat menggapai harapannya secara benar.
Dalam menggapai harapan hendaknya dilandasi dengan laku yang lurus dan
benar, khususnya dalam hal etika sehingga akan tumbuh budi luhurnya.
Budi luhur dicapai dengan sikap sederhana (prasaja), bersedia untuk
menganggap dirinya lebih rendah dibanding orang lain (andhap asor),
selalu sadar akan batas-batas dalam situasi dan lingkungan (tepa
selira). Sebaliknya menghindarkan diri dari sikap yang jauh dari sifat
budi luhur, yaitu : mencampuri urusan orang lain (dahwen/open),
iri-dengki (srei), suka main intrik (jail), dan bersikap kasar
(methakil).
Dari kedalaman rasa, pengetahuan, kemampuan seperti diuraikan di atas
semua tercakup, maka tergantung apakah manusia sanggup untuk menempatkan
diri dalam kosmosnya, serta dapat menemukan tempatnya yang cocok dan
selaras. Menurut Aristoteles, manusia hanya dapat menemukan kebahagiaan
apabila ia dapat mengaktualkan bakat-bakatnya. Untuk mewujudkan suatu
harapan harus disertai dengan usaha dan kemampuan yang sesuai. Harapan
tidak akan menjadi kenyataan jika tanpa disertai dengan usaha dan
memampuan yang menyertainya. Keinginan harus disesuaikan dengan
kapasitas pribadi, bakat, pengetahuan, menepati janji, jujur dan
melakukan sesuai kewajiban. Sepi ing pamrih rame ing gawe.
(Disadur dari Artikel Majalah Pamor Edisi 07 – Tulisan Wawan Wilwatikta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERI MASUKAN UNTUK MENUNJANG KARYA