Karakteristik Khusus Keris Jawa,
Prakata,
Keris sengaja dibuat oleh empunya dengan kegaiban di dalamnya, dibuat khusus sesuai keinginan si pemesan, seperti untuk perlindungan / keselamatan, kesaktian, kekuasaan, kepangkatan dan wibawa, atau rejeki (dagang / tani). Dengan demikian kegaiban itu merupakan ciri / karakteristik khusus dari sebuah keris. Kegaiban inilah yang membedakan keris dengan benda-benda dan senjata jenis lain.
Cara ini didasari pada pendapat bahwa pada umumnya keris dibuat dengan mengikuti pakem / aturan dasar yang berlaku, walaupun pada saat keris itu dibuat, ada saja keris yang tidak sesuai dengan pakem pembuatan keris pada jamannya. Itu terjadi pada beberapa keris yang mempunyai bentuk dapur atau pamor yang berbeda dan dianggap baru pada jamannya. Namun pada masa sekarang, para pemerhati keris sudah mengerti variasinya dan bisa mempelajari polanya. Pengetahuan tentang dapur dan pamor keris bisa dipelajari dari membaca buku-buku tentang keris yang banyak dijual di toko-toko buku atau membaca tulisannya di internet.
Pada saat pembuatannya, tuah keris dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersifat pribadi, sehingga tuah keris yang dipesan oleh seorang raja, bupati dan adipati, atau keluarga raja, dan penguasa dan pejabat pemerintahan selalu mengenai kesaktian, wibawa kekuasaan dan kepemimpinan. Tuah keris untuk para pedagang selalu berkisar pada kejayaan berdagang. Tuah keris untuk rakyat biasa kebanyakan berkisar pada kerejekian, keselamatan, ketentraman keluarga, keberkahan hidup, dsb.
Tuah keris yang paling dasar adalah untuk kesaktian. Semua keris, apapun jenis tuahnya, mengandung unsur kesaktian dan kekuatan gaib di dalamnya. Walaupun tuah utamanya adalah untuk kerejekian, ketika sedang digunakan untuk berkelahi, keris itu akan berfungsi sebagai keris kesaktian, dan dapat juga dimintai bantuannya untuk memberikan pagaran gaib atau perlindungan gaib untuk si pemilik keris dan keluarganya. Walaupun tuahnya untuk kerejekian, tetapi biasanya kekuatan gaib kerisnya jauh di atas jimat-jimat kebal yang biasa dipakai orang, seperti mustika wesi kuning, rante babi, merah delima, ataupun jimat-jimat kebal isian.
Tuah dasar lainnya adalah untuk perlindungan gaib bagi si pemilik keris dari serangan gaib atau kejahatan. Jadi, selain tuah utamanya yang untuk kesaktian, kekuasaan atau rejeki, keris juga memberikan tuah perlindungan gaib bagi si pemilik. Dengan demikian, bila dikatakan bahwa sebuah keris memiliki tuah untuk kesaktian, atau kewibawaan, atau rejeki, sebenarnya terkandung juga di dalamnya tuah untuk perlindungan gaib, walaupun tuah itu mungkin tidak terasa dominan.
Seorang empu keris yang mendarma-baktikan hidupnya dalam jalur perkerisan, bukan hanya melayani kalangan atas, tetapi juga mengayomi masyarakat bawah. Sebagai seorang spiritualis dan pemuka agama kadangkala seorang empu keris diminta untuk memimpin suatu ritual keagamaan dan kerohanian, bukan hanya yang bersifat kenegaraan, tetapi juga untuk masyarakat umum, seperti acara ruwatan, sedekah desa, ritual bersih desa, syukuran sesudah panen, dsb. Keris-keris yang dibuatnya juga bukan hanya yang bersifat pesanan khusus, tetapi juga keris-keris yang dibuat masal untuk rakyat kebanyakan.
Untuk keperluan ritual-ritual keagamaan / kerohanian ada jenis keris khusus yang disebut keris sajen. Biasanya bentuk garapannya sederhana tidak seperti keris-keris pada umumnya. Ukurannya kecil dan panjangnya hanya sejengkal tangan atau lebih sedikit. Ganja-nya menyatu dengan badan kerisnya (ganja iras). Gagangnya juga dari besi, bukan kayu, biasanya berbentuk kepala dan wajah manusia atau kepala dan wajah mahluk halus yang menyeramkan.
Keris-keris jenis ini biasanya dipergunakan di dalam acara ruwatan, sedekah desa, bersih desa, atau acara pembersihan / pemberkatan pembukaan lahan baru untuk bertani atau untuk tempat tinggal, sebagai sarana memindahkan mahluk-mahluk halus yang berwatak jelek dan mengganggu manusia. Setelah pembacaan doa dan sesaji, mahluk-mahluk halus itu dipindahkan ke dalam keris-keris sajen tersebut dan kemudian dilarung di sungai yang airnya mengalir. Pada ritual-ritual yang dilakukan secara pribadi, biasanya keris sajen dilarung dengan cara dikubur di dalam tanah dan di atasnya ditanam sebuah pohon sebagai tanda lokasi menguburnya.
Bertahun-tahun kemudian, atau pada masa sekarang, kadangkala ada orang menemukan keris sajen di sungai atau di bawah pohon atau terselip di antara batang pohon. Tetapi, janganlah anda memiliki dan memelihara jenis keris sajen ini, walaupun jenis keris ini sekarang banyak juga diperjual-belikan, karena mungkin berisi mahluk-mahluk gaib yang dulunya menjadi pengganggu manusia.
Agar tuah pusaka yang kita miliki dapat mengantarkan kita pada kebaikan yang kita inginkan, maka hal yang paling penting untuk kita lakukan adalah :
1. Mencocokkan kepribadian pusaka kita dengan kepribadian kita.
2. Mencocokkan tuah pusaka kita dengan jalan kehidupan / penghidupan kita.
3. Mencocokkan tuntutan pemeliharaan keris dengan kedekatan hati dan ketelatenan kita.
Keris-keris yang tidak sejalan dengan kita sebaiknya jangan kita paksakan untuk tetap bersama kita, karena sudah pasti tuahnya tidak akan kita dapatkan dan nantinya kita dan keluarga malah akan menjadi terbebani dengan keberadaannya. Dengan upaya demikian diharapkan keris-keris yang kita miliki hanyalah keris-keris pembawa kebaikan dan keberuntungan saja, bukan sebaliknya, pembawa kesialan.
Prakata,
Keris sengaja dibuat oleh empunya dengan kegaiban di dalamnya, dibuat khusus sesuai keinginan si pemesan, seperti untuk perlindungan / keselamatan, kesaktian, kekuasaan, kepangkatan dan wibawa, atau rejeki (dagang / tani). Dengan demikian kegaiban itu merupakan ciri / karakteristik khusus dari sebuah keris. Kegaiban inilah yang membedakan keris dengan benda-benda dan senjata jenis lain.
Kegaiban atau Tuah Keris, diakui atau tidak, selain
karena bentuk kerisnya yang unik, adalah sesuatu yang diharapkan
oleh si pemilik keris dan menjadi pendorong mereka untuk memiliki /
menyimpan keris. Kekuatan gaib dan tuah
masing-masing keris bervariasi
tergantung pada kekuatan gaib keris di dalamnya, ada tidaknya kegaiban /
wahyu pada diri pemiliknya dan kesempurnaan penyatuan kebatinan antara
kerisnya dengan si pemilik.
Secara
teknis kasat mata, pemerhati keris biasanya menilai jenis tuah sebuah keris dengan memperhatikan bentuk keris (dapur keris)
dan gambar pamor keris (corak / motif berwarna abu
keputihan atau gambar lain pada badan keris). Itu adalah cara yang umum
dilakukan orang pada jaman sekarang.
Cara ini didasari pada pendapat bahwa pada umumnya keris dibuat dengan mengikuti pakem / aturan dasar yang berlaku, walaupun pada saat keris itu dibuat, ada saja keris yang tidak sesuai dengan pakem pembuatan keris pada jamannya. Itu terjadi pada beberapa keris yang mempunyai bentuk dapur atau pamor yang berbeda dan dianggap baru pada jamannya. Namun pada masa sekarang, para pemerhati keris sudah mengerti variasinya dan bisa mempelajari polanya. Pengetahuan tentang dapur dan pamor keris bisa dipelajari dari membaca buku-buku tentang keris yang banyak dijual di toko-toko buku atau membaca tulisannya di internet.
Walaupun
cara yang
umum untuk menilai / mengetahui tuah keris dilakukan dengan teknik
seperti tersebut di atas, namun hasil penilaian mereka tentang tuah
dari suatu keris
seringkali tidak sejalan antara pendapat seseorang dengan seorang yang
lain dan tidak selalu sejalan dengan kegaiban tuah keris itu sendiri.
Apalagi, menurut penilaian Penulis, seringkali gambar pamor keris yang
muncul tidak direncanakan terlebih dahulu oleh sang empu, sehingga tidak
dapat dijadikan patokan dalam menilai tuah sebuah keris, kecuali gambar
pamor susulan, yang disisipkan atau ditatah pada badan atau ganja
keris, yang sengaja dibuat oleh sang empu setelah logam kerisnya selesai
ditempa.
Pembuatan
keris bervariasi dari satu empu ke empu lainnya, tetapi
terdapat proses yang mirip, yaitu bilah besi sebagai bahan dasar keris
dipanaskan hingga berpijar, lalu ditempa berulang-ulang untuk membuang
kotoran logam. Setelah bersih dan matang, bilah besi dilipat seperti
huruf U
untuk disisipkan bahan pamor di dalamnya. Selanjutnya lipatan itu
kembali dipanaskan dan ditempa berulang-ulang.
Demikianlah logam itu dipanaskan, dilipat dan ditempa kembali
berulang-ulang, sehingga gambar pamor yang muncul dari proses penempaan
logam keris seringkali terjadi dengan sendirinya diluar rencana sang
empu.
Kami tidak banyak memiliki pengetahuan teknis mengenai masing-masing nama dapur dan
pamor keris, sehingga tulisan ini tidak ditujukan untuk membahas itu.Pada
jaman sekarang pun banyak dibuat keris-keris baru yang bentuk dapur dan
pamornya seringkali tidak sesuai dengan pakem keris yang berlaku.
Keris-keris itu adalah hasil kreasi seni perkerisan pada
jaman sekarang yang sering disebut sebagai keris kamardikan, keris jaman kemerdekaan. Tulisan ini juga tidak membahas tentang keris-keris
baru tersebut.
Mengenai bentuk-bentuk
fisik keris, bentuk dapur dan pamor keris, dsb,
sebenarnya Penulis tidak banyak mendalaminya, karena seringkali bentuk fisik
keris itu bukanlah asli kreasi sang empu keris, kebanyakan adalah bentuk pesanan
dari si calon pemilik
keris, sehingga seringkali bentuk fisik kerisnya tidak sejalan dengan
perwatakan asli gaib kerisnya, walaupun tidak banyak manusia yang menyadarinya (baca juga tulisan berjudul Keris Lurus dan Keris Luk).
Karena itu seringkali Penulis terpaksa harus melihat dulu satu per satu
keris-keris tersebut untuk lebih dapat mengetahui sisi kegaiban dan
perwatakan kerisnya. Lagipula kondisi kegaiban dan tuah sebuah keris
pada masa sekarang mungkin tidak lagi sama persis seperti ketika pertama
keris itu dibuat.
Secara
umum, keris-keris dengan dapur dan pamor yang sama memang sifat
tuahnya sejenis, karena para empu pembuatnya juga mengikuti norma pakem /
keseragaman kebatinan perkerisan. Tetapi selain tuahnya, ada sisi lain
yang juga harus diperhatikan, yaitu karakter
gaib keris. Walaupun keris-keris yang bentuk dapur dan pamornya
sejenis
biasanya bentuk tuahnya juga sejenis, tetapi karakter gaibnya tidak
persis sama, misalnya pada keris-keris yang bentuk dapur dan pamornya
sama, ada yang karakter energinya halus, ada juga yang tajam, ada yang
hawa auranya halus dan teduh, ada juga yang keras dan panas, sehingga
keris-keris yang sejenis dapur dan pamornya itu pengaruhnya pada
setiap orang tidak selalu sama (baca juga tulisan berjudul Karakter-Karakter Keris Jawa).
Contohnya
adalah keris-keris yang karakternya keras dan sifat
energinya tajam, biasanya sangat baik untuk kesaktian dan penjagaan gaib, tetapi sifat
energi tajamnya itu berlawanan dengan urusan kerejekian. Begitu juga
dengan yang karakternya keras dan panas, biasanya cukup baik untuk fungsi
kewibawaan dan kekuasaan. Kalau
pemilik keris-keris itu seorang bos besar / pemilik usaha / kepala
kantor, mungkin tidak
masalah. Tapi kalau pemiliknya seorang pedagang, petani atau karyawan biasa,
bisa jadi
masalah.
Keris-keris yang berkarakter keras dan panas juga dapat
menjadi masalah lain bagi pemiliknya. Ketika masih berusia muda, penyatuan
karakter keris yang keras dan panas akan menambah semangat dan kekerasan
watak, tetapi ketika sudah berusia tua, seseorang akan mudah
sakit-sakitan karena kondisi fisiknya tidak dapat mengimbangi energi
panas kerisnya, kecuali ia memiliki kekuatan kebatinan yang tinggi yang bisa mengimbangi panas aura energi kerisnya. Aura
panas keris juga dapat berpengaruh pada anggota keluarga yang tubuhnya
atau psikologisnya sensitif, dan dapat juga membuat suasana rumah
menjadi tidak nyaman, memudahkan terjadinya pertengkaran.
Tuah
dari masing-masing keris mungkin bisa diketahui dari bentuk dapur dan
pamor keris, karena masing-masing empu keris juga mengikuti pakem
kebatinan perkerisan yang seragam, tetapi tentang karakter gaib keris
lebih banyak diketahui dengan rasa, secara kebatinan, tidak ditentukan
oleh fisik
keris. Menayuh dengan model ayunan / pendulum cukup baik untuk
menanyakan tentang sifat karakter gaib keris dan pengaruhnya pada
pemiliknya (baca : Ilmu Tayuh / Menayuh Keris).Pada saat pembuatannya, tuah keris dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersifat pribadi, sehingga tuah keris yang dipesan oleh seorang raja, bupati dan adipati, atau keluarga raja, dan penguasa dan pejabat pemerintahan selalu mengenai kesaktian, wibawa kekuasaan dan kepemimpinan. Tuah keris untuk para pedagang selalu berkisar pada kejayaan berdagang. Tuah keris untuk rakyat biasa kebanyakan berkisar pada kerejekian, keselamatan, ketentraman keluarga, keberkahan hidup, dsb.
Sebagai benda pribadi, keris dibuat secara khusus agar
memiliki tuah yang sesuai dengan kepribadian dan kehidupan pemiliknya, sehingga
kekuatan tuah keris dapat secara maksimal mendukung aktivitas keseharian dan upaya pemiliknya
dalam mencapai keinginan atau cita-citanya.
Tuah keris yang paling dasar adalah untuk kesaktian. Semua keris, apapun jenis tuahnya, mengandung unsur kesaktian dan kekuatan gaib di dalamnya. Walaupun tuah utamanya adalah untuk kerejekian, ketika sedang digunakan untuk berkelahi, keris itu akan berfungsi sebagai keris kesaktian, dan dapat juga dimintai bantuannya untuk memberikan pagaran gaib atau perlindungan gaib untuk si pemilik keris dan keluarganya. Walaupun tuahnya untuk kerejekian, tetapi biasanya kekuatan gaib kerisnya jauh di atas jimat-jimat kebal yang biasa dipakai orang, seperti mustika wesi kuning, rante babi, merah delima, ataupun jimat-jimat kebal isian.
Tuah dasar lainnya adalah untuk perlindungan gaib bagi si pemilik keris dari serangan gaib atau kejahatan. Jadi, selain tuah utamanya yang untuk kesaktian, kekuasaan atau rejeki, keris juga memberikan tuah perlindungan gaib bagi si pemilik. Dengan demikian, bila dikatakan bahwa sebuah keris memiliki tuah untuk kesaktian, atau kewibawaan, atau rejeki, sebenarnya terkandung juga di dalamnya tuah untuk perlindungan gaib, walaupun tuah itu mungkin tidak terasa dominan.
Pada
jaman sekarang kehidupan sudah diwarnai dengan peralatan listrik dan
elektronik. Lampu-lampu listrik, jalanan lebar dan sarana transportasi
bermesin dapat ditemukan dimana-mana. Penegakan hukum sudah dilakukan
oleh aparat-aparat negara. Orang berkelahi pun urusannya akan sampai
kepada kepolisian, apalagi mengancam atau berkelahi menggunakan senjata
tajam. Kehidupan manusia juga sudah agamis, menjauhkan kehidupan manusia
dari hal-hal gaib dan yang berbau
klenik. Keris juga tergolong sebagai senjata tajam yang tidak boleh dikenakan atau dibawa-bawa ke tempat umum. Karena itu pada jaman sekarang keris tidak lagi menjadi senjata dan pusaka yang diinginkan orang.
Tetapi
kehidupan jaman dulu tidak sama dengan kehidupan jaman sekarang. Jaman
dulu belum ada lampu- lampu listrik dan alat-alat elektronik. Ketika
malam datang, penerangan hanya berupa obor dan lampu-lampu api kecil.
Kegelapan terasa dominan. Apalagi di lingkungan tempat tinggal manusia
masih banyak pohon-pohon besar dan lebat, gunung, bukit, hutan dan
tanaman-tanaman liar yang lebat, tempat-tempat yang
nyaman untuk tempat tinggal mahluk halus dan juga nyaman
untuk dijadikan sarang penyamun. Tempat-tempat angker dan wingit ada
dimana-mana. Interaksi mahluk halus dengan manusia sudah biasa terjadi.
Ilmu-ilmu kesaktian dan perdukunan adalah sesuatu yang umum.
Itulah sebabnya keris-keris buatan para empu memberikan tuah dasar berupa kesaktian dan perlindungan dari serangan mahluk gaib dan akan memberikan peringatan agar waspada bila akan ada kejadian musibah atau kejahatan. Keris menjadi alat pelindung yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Pada jaman itu seorang empu keris adalah juga seorang spiritualis dan pemuka agama yang seringkali juga diminta untuk memimpin suatu ritual keagamaan dan kerohanian (baca: Keris dan Empu Keris). Karena itu sebuah keris yang diterima dari seorang empu keris akan sangat dihargai dan juga 'dikeramatkan', lebih daripada sekedar jimat dan senjata, karena berisi doa-doa keselamatan dan kesejahteran dari seorang spiritualis dan pemuka agama untuk si pemilik keris.
Itulah sebabnya keris-keris buatan para empu memberikan tuah dasar berupa kesaktian dan perlindungan dari serangan mahluk gaib dan akan memberikan peringatan agar waspada bila akan ada kejadian musibah atau kejahatan. Keris menjadi alat pelindung yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Pada jaman itu seorang empu keris adalah juga seorang spiritualis dan pemuka agama yang seringkali juga diminta untuk memimpin suatu ritual keagamaan dan kerohanian (baca: Keris dan Empu Keris). Karena itu sebuah keris yang diterima dari seorang empu keris akan sangat dihargai dan juga 'dikeramatkan', lebih daripada sekedar jimat dan senjata, karena berisi doa-doa keselamatan dan kesejahteran dari seorang spiritualis dan pemuka agama untuk si pemilik keris.
Dengan demikian, lebih daripada sekedar sebuah senjata, keris juga secara psikologis menjadi
lambang kerohanian dan kedekatan hati dengan Tuhan. Karena itulah
sang pemilik keris akan benar-benar menjaga dan memelihara kerisnya, bahkan
akan 'mengeramatkan'-nya, lebih daripada sekedar senjata atau pun jimat.
Sesuai agama manusia pada masa itu, keris menjadi sarana kedekatan hati dengan Tuhan dan juga menjadi
sarana pemujaan kepada Tuhan. Karena itu seorang pemilik keris akan selalu
menjaga kelurusan hati, tekun beribadah, menjaga moral dan budi pekerti
dan sikap ksatria. Orang jawa yang mengerti kawruh kejawen memahami bahwa keris adalah bersifat sakral, bukan klenik. Itu juga sebabnya orang-orang yang bergerak dalam dunia kejahatan, yang menjadi penyamun,
perampok, dsb, orang-orang golongan hitam, biasanya akan menggunakan senjata jenis lain, bukan keris.
Pada
jaman dulu aparat keamanan pun jauh dari jangkauan masyarakat, karena
hanya ada di pusat-pusat kerajaan, kadipaten atau kabupaten. Biasanya
masyarakat melakukan upaya swadaya, hukum ditegakkan sesuai aturan umum
yang berlaku di masyarakat setempat, hukum adat. Tetapi upaya masyarakat
itu menjadi tidak berarti ketika ada pihak-pihak tertentu yang memiliki
kekuatan yang besar, kesaktian yang tinggi, memiliki anggota yang banyak, yang melakukan kejahatan atau penindasan.
Juga
sudah umum bila terjadi suatu pertengkaran akan selalu berujung pada
perkelahian dan pertarungan yang seringkali berujung pada tewasnya
seseorang. Karena itu pada jaman dulu ajaran budi pekerti dan wejangan
leluhur selalu ditekankan dalam kehidupan sehari-hari
untuk membentuk akhlak manusia yang baik dan menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahat.
Kontras sekali dengan jaman sekarang yang kehidupan manusianya sudah
sangat agamis, tetapi ajaran agamis itu juga yang seringkali dijadikan
alat pembenaran untuk menindas, menganiaya dan membunuh manusia lain.
Karena keberadaan aparat keamanan jauh dari jangkauan masyarakat, maka
pada
jaman dulu ajaran budi pekerti dan wejangan leluhur selalu ditekankan
dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran-ajaran budi luhur itu pula yang
membentuk manusia menjadi berwatak ksatria, maka bila seseorang memiliki
kemampuan ilmu bela diri atau kesaktian kanuragan, diharapkan kesaktian
itu tidak disalahgunakan untuk kesombongan dan kejahatan, tetapi akan
memunculkan ksatria-ksatria yang menggunakan kesaktiannya untuk membela
kebenaran dan menolong orang-orang yang tertindas. Dengan demikian keksatriaan dan kesaktian kanuragan adalah sesuatu hal yang penting untuk membela diri dan untuk menolong orang lain dan keris-keris buatan para empu keris itu juga selalu mengandung tuah gaib untuk menunjang keksatriaan dan kesaktian, untuk disatukan dengan kebatinan pemakainya, walaupun tuah itu juga tidak selalu dominan.Secara umum keris-keris dibuat dengan tujuan mendampingi manusia
pemiliknya, tuahnya dan kekuatan gaibnya disesuaikan dengan si manusia calon pemiliknya. Keris-keris dengan tuah kesaktian
awalnya dibuat untuk tujuan mendampingi pemiliknya yang berilmu
kesaktian kanuragan dan kebatinan. Sosok gaibnya akan menyatu dengan kebatinan orang
tersebut. Keris-keris jenis ini ada yang berkekuatan tinggi, ada juga
yang biasa saja. Tetapi sekalipun kekuatan / kesaktian gaibnya rendah,
setelah sosok gaibnya menyatu dengan manusia pemiliknya, akan menjadikan
kesaktian kebatinan manusia itu menjadi meningkat berlipat-lipat dan
sosok gaib keris itu akan mengikuti sugesti kebatinan pemiliknya. Tetapi
jika keris ini dimiliki oleh orang-orang yang tidak menekuni kesaktian
kebatinan, biasanya sosok gaib kerisnya akan pasif, hanya menunggu untuk diperintah secara khusus.
Dalam penyatuannya (pendampingan) kepada si manusia pemiliknya ada sosok gaib keris yang tampak berdiri mendampingi tuannya, tetapi ada juga yang tetap berdiam di dalam kerisnya. Masing-masing mempunyai cara pendampingan sendiri-sendiri.
Keris-keris dibuat tidak ditujukan untuk adu kekuatan gaib, walaupun kekuatan gaibnya bisa juga untuk adu kekuatan gaib (misalnya untuk pembersihan gaib). Secara umum tujuan keris-keris dibuat dimaksudkan dengan cara pendampingannya masing-masing keris-keris itu akan memberikan tuahnya kepada si manusia, dan untuk hasil kerja yang maksimal dalam pendampingan itu dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan si manusia dengan kerisnya (ada interaksi batin).
Sifat kejiwaan keris sama seperti manusia yang memomong dan menjaga anaknya. Bila si manusia peka rasa, bisa mendengarkan bisikan kerisnya yang berupa ide dan ilham dan firasat (dan mimpi), maka orang itu akan dituntun kepada jalan yang mengantarkannya sukses sesuai jenis tuah kerisnya dan menjauhkannya dari kesulitan dan bahaya. Sifat kejiwaan yang seperti itu tidak kita dapatkan dari benda-benda gaib lain. Umumnya orang-orang jawa jaman dulu peka rasa dan batin, sehingga akan mudah penyatuan kebatinannya dengan keris-kerisnya. Itulah juga sebabnya orang-orang jawa jaman dulu, yang peka rasa, lebih memilih keris daripada benda-benda gaib lain.
Dalam penyatuannya (pendampingan) kepada si manusia pemiliknya ada sosok gaib keris yang tampak berdiri mendampingi tuannya, tetapi ada juga yang tetap berdiam di dalam kerisnya. Masing-masing mempunyai cara pendampingan sendiri-sendiri.
Keris-keris dibuat tidak ditujukan untuk adu kekuatan gaib, walaupun kekuatan gaibnya bisa juga untuk adu kekuatan gaib (misalnya untuk pembersihan gaib). Secara umum tujuan keris-keris dibuat dimaksudkan dengan cara pendampingannya masing-masing keris-keris itu akan memberikan tuahnya kepada si manusia, dan untuk hasil kerja yang maksimal dalam pendampingan itu dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan si manusia dengan kerisnya (ada interaksi batin).
Sifat kejiwaan keris sama seperti manusia yang memomong dan menjaga anaknya. Bila si manusia peka rasa, bisa mendengarkan bisikan kerisnya yang berupa ide dan ilham dan firasat (dan mimpi), maka orang itu akan dituntun kepada jalan yang mengantarkannya sukses sesuai jenis tuah kerisnya dan menjauhkannya dari kesulitan dan bahaya. Sifat kejiwaan yang seperti itu tidak kita dapatkan dari benda-benda gaib lain. Umumnya orang-orang jawa jaman dulu peka rasa dan batin, sehingga akan mudah penyatuan kebatinannya dengan keris-kerisnya. Itulah juga sebabnya orang-orang jawa jaman dulu, yang peka rasa, lebih memilih keris daripada benda-benda gaib lain.
Seorang empu keris yang mendarma-baktikan hidupnya dalam jalur perkerisan, bukan hanya melayani kalangan atas, tetapi juga mengayomi masyarakat bawah. Sebagai seorang spiritualis dan pemuka agama kadangkala seorang empu keris diminta untuk memimpin suatu ritual keagamaan dan kerohanian, bukan hanya yang bersifat kenegaraan, tetapi juga untuk masyarakat umum, seperti acara ruwatan, sedekah desa, ritual bersih desa, syukuran sesudah panen, dsb. Keris-keris yang dibuatnya juga bukan hanya yang bersifat pesanan khusus, tetapi juga keris-keris yang dibuat masal untuk rakyat kebanyakan.
Untuk keperluan ritual-ritual keagamaan / kerohanian ada jenis keris khusus yang disebut keris sajen. Biasanya bentuk garapannya sederhana tidak seperti keris-keris pada umumnya. Ukurannya kecil dan panjangnya hanya sejengkal tangan atau lebih sedikit. Ganja-nya menyatu dengan badan kerisnya (ganja iras). Gagangnya juga dari besi, bukan kayu, biasanya berbentuk kepala dan wajah manusia atau kepala dan wajah mahluk halus yang menyeramkan.
Keris-keris jenis ini biasanya dipergunakan di dalam acara ruwatan, sedekah desa, bersih desa, atau acara pembersihan / pemberkatan pembukaan lahan baru untuk bertani atau untuk tempat tinggal, sebagai sarana memindahkan mahluk-mahluk halus yang berwatak jelek dan mengganggu manusia. Setelah pembacaan doa dan sesaji, mahluk-mahluk halus itu dipindahkan ke dalam keris-keris sajen tersebut dan kemudian dilarung di sungai yang airnya mengalir. Pada ritual-ritual yang dilakukan secara pribadi, biasanya keris sajen dilarung dengan cara dikubur di dalam tanah dan di atasnya ditanam sebuah pohon sebagai tanda lokasi menguburnya.
Bertahun-tahun kemudian, atau pada masa sekarang, kadangkala ada orang menemukan keris sajen di sungai atau di bawah pohon atau terselip di antara batang pohon. Tetapi, janganlah anda memiliki dan memelihara jenis keris sajen ini, walaupun jenis keris ini sekarang banyak juga diperjual-belikan, karena mungkin berisi mahluk-mahluk gaib yang dulunya menjadi pengganggu manusia.
Dalam sejarah keris, memang tidak semua keris membawa pengaruh positif bagi
pemiliknya, bahkan ada di antaranya yang justru membawa petaka
bagi pemiliknya. Efek buruk dari sebuah keris baru
muncul ketika keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya atau ada perbuatan si pemilik keris yang
si keris
tidak berkenan. Namun sejarah juga menunjukkan bahwa para pemimpin, pejuang, dan orang-orang sukses
terdahulu yang dalam kehidupannya dekat dengan pusaka, kesuksesan-kesuksesan yang
diraihnya selalu diiringi oleh pusaka-pusaka yang tepat.
Kecocokkan
sebuah keris dengan pemiliknya antara lain juga tergantung pada
kecocokkan tuah keris dengan status / pekerjaan si pemilik (aktivitasnya
sehari-hari).
Misalnya, keris bertuah kesaktian, kekuasaan dan wibawa lebih cocok
dimiliki oleh pejabat di pemerintahan atau swasta, perwira polisi
atau tentara. Jenis ini kurang
cocok untuk yang pekerjaannya petani atau pedagang. Keris bertuah untuk
rejeki lebih cocok dimiliki oleh seorang petani atau pedagang
(yang memiliki sumber pendapatan sendiri, bukan dari gaji /
upah). Jenis ini kurang cocok untuk yang pekerjaannya polisi
atau tentara. Dengan kata lain, kecocokkan
sebuah keris dengan pemiliknya selain tergantung pada kecocokkannya dengan karakter kepribadian orangnya, juga kecocokkannya dengan aktivitas keseharian si pemilik.
Keris
yang cocok dengan pemiliknya akan memberikan pengaruh yang positif.
Ketika dipakai bersosialisasi akan mendekatkan banyak orang kepadanya
dan meneduhkan hati orang-orang yang memusuhinya. Keris juga akan
membantu dalam kegiatan usaha / ekonomi, membantu kesehatan dan
ketentraman keluarga. Pada jaman sekarang banyak keris yang hawa aura mistisnya sudah redup,
sudah dingin / adem / anyeb, seperti keris kosong tak berpenghuni gaib.
Hawa auranya sudah menurun karena
terpengaruh perkembangan jaman dimana pengaruh keberadaan keris sudah mulai
diabaikan, tetapi kekuatan aura keris-keris tersebut akan terasa kembali ketika
sudah menyatu dengan seorang pemilik yang sesuai.
Pada jaman dulu banyak keris yang dibuat berhawa aura panas dan angker untuk menaikkan wibawa keris dan pemakainya. Tetapi pada jaman sekarang sebaiknya dihindari memelihara keris yang berhawa aura panas. Ketika kita sedang sehat atau masih berusia muda, aura panasnya akan menambah wibawa dan semangat psikologis kita, tetapi juga mempengaruhi temperamen, menyebabkan mudah emosi. Namun ketika kondisi tubuh kita sedang lemah, atau karena kondisi usia yang sudah tua, kita akan menjadi mudah sakit-sakitan karena tubuh kita tidak dapat mengimbangi aura panasnya. Aura panas keris juga dapat berpengaruh pada anggota keluarga yang tubuhnya atau psikologisnya sensitif, dan dapat juga membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman, memudahkan terjadinya pertengkaran.
Pada jaman dulu banyak keris yang dibuat berhawa aura panas dan angker untuk menaikkan wibawa keris dan pemakainya. Tetapi pada jaman sekarang sebaiknya dihindari memelihara keris yang berhawa aura panas. Ketika kita sedang sehat atau masih berusia muda, aura panasnya akan menambah wibawa dan semangat psikologis kita, tetapi juga mempengaruhi temperamen, menyebabkan mudah emosi. Namun ketika kondisi tubuh kita sedang lemah, atau karena kondisi usia yang sudah tua, kita akan menjadi mudah sakit-sakitan karena tubuh kita tidak dapat mengimbangi aura panasnya. Aura panas keris juga dapat berpengaruh pada anggota keluarga yang tubuhnya atau psikologisnya sensitif, dan dapat juga membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman, memudahkan terjadinya pertengkaran.
Agar tuah pusaka yang kita miliki dapat mengantarkan kita pada kebaikan yang kita inginkan, maka hal yang paling penting untuk kita lakukan adalah :
1. Mencocokkan kepribadian pusaka kita dengan kepribadian kita.
2. Mencocokkan tuah pusaka kita dengan jalan kehidupan / penghidupan kita.
3. Mencocokkan tuntutan pemeliharaan keris dengan kedekatan hati dan ketelatenan kita.
Keris-keris yang tidak sejalan dengan kita sebaiknya jangan kita paksakan untuk tetap bersama kita, karena sudah pasti tuahnya tidak akan kita dapatkan dan nantinya kita dan keluarga malah akan menjadi terbebani dengan keberadaannya. Dengan upaya demikian diharapkan keris-keris yang kita miliki hanyalah keris-keris pembawa kebaikan dan keberuntungan saja, bukan sebaliknya, pembawa kesialan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERI MASUKAN UNTUK MENUNJANG KARYA