Ada seorang pembaca yang mengirimkan pertanyaan sebagai berikut :Sharing keris
Salam, semoga
panjenengan selalu dalam lindungan Tuhan. Oya pak, ada sedikit unek2 dari hasil
ngobrol dg teman dan membaca beberapa buku tentang isoteri atau isi keris juga
beberapa pendapat abdi dalem keraton yang berkecimpung mengurus pusaka2,
disebutkan bahwa sering keris yang tampilan-nya sederhana, tapi malah mempunyai
daya yang hebat atau luar biasa.
Ini membuat saya bertanya2 karena
sering bertabrakan dengan konsep bahwa keris dengan bahan dan tampilan bagus
yang notabene buatan empu ternama tidak selalu mengutamakan daya ghaibnya?
(padahal secara logika jika empu ternama yang membuat pasti tidak akan
sembarangan baik itu bahan, tirakat dan hasil akhirnya setelah jadi).
Ada seorang teman yang memberi
sedikit masukan kenapa hal itu terjadi, karena pada saat pembuatan keris yang
baik dalam hal isoteri maka akan dibuat dengan sikap pasrah total empu kepada
Tuhan apapun jadinya keris itu nanti. Jadi jika ada keris yang bagus secara
tampilan apalagi sudah dikinatah emas dll maka kemungkinan besar (dalam artian
tidak selalu) nafsu si empu sudah bermain sehingga mengurangi sikap kepasrahan
total dalam tirakatnya dan otomatis juga akan mengurangi nilai isoterisnya.
Bagaimana menurut pendapat dan pengalaman bapak? Karena saya beranggapan bahwa
konsep dan pemikiran bapak bisa mengurai dengan jelas masalah2 gaib
tanpa berusaha berlindung dengan nama agama atau aliran2 tertentu, namun lebih
mengutamakan kejujuran apa adanya. Terima kasih banyak atas tanggapannya.
Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas Penulis juga akan sharing pengetahuan
tentang empu
keris dan kehidupannya pada jaman dahulu yang mungkin tidak disadari
sepenuhnya oleh orang-orang pada jaman sekarang sebagai berikut :
1. Tidak seperti yang dipikirkan oleh manusia jaman
sekarang bahwa seorang empu perkerisan adalah sama dengan seorang pandai besi atau
pengrajin keris.
Seorang empu keris jaman dulu sama sekali tidak dapat
disamakan dengan itu. Apalagi disamakan dengan seorang pandai besi atau pengrajin yang membuat
alat-alat pertanian dan perlengkapan memasak. Keris-keris hasil karya
mereka pun tidak dapat disamakan dengan golok, pisau, kapak, arit, atau jenis senjata lain. Seorang empu keris juga tidak dapat disamakan dengan pedagang dan pengrajin keris jaman sekarang, atau disamakan dengan praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib jaman sekarang.
Dalam pembuatan jeris-kerisnya empu keris
jaman dulu mendatangkan gaib keris jenis wahyu, karena selain
bisa
dipastikan bahwa gaib kerisnya itu adalah dari golongan yang baik, juga
supaya perpaduan
antara wahyu dewa yang sudah ada pada diri si pemilik keris dengan gaib wahyu dari
kerisnya bisa
menghasilkan suatu sinergi kegaiban yang selaras dan berlipat-lipat
ganda
kekuatan pengaruhnya. Dengan keris buatannya itu si empu keris memadukan
kinerja wahyu dewa yang ada pada diri seseorang dengan wahyu gaib
kerisnya, suatu tindakan spiritual yang sangat tinggi, yang tidak dapat
dicapai kebanyakan manusia
jaman sekarang yang hanya sampai pada tahapan kebatinan saja, yang
mampu membuat jimat beserta kegaibannya, tetapi tidak memperhatikan ada /
tidaknya suatu wahyu pada diri seseorang.
Itulah
sebabnya dalam membuat keris para empu melakukan berbagai proses ritual
gaib, yang menurut pandangan awam jaman sekarang dianggap tidak perlu
dan para empu keris jaman sekarang pun sudah tidak lagi melakukan yang
sedemikian itu. Berbagai proses ritual itu memang suatu keharusan supaya
keris yang dihasilkan oleh si empu benar-benar sempurna sebagai pendamping
manusia pemiliknya. Berbagai proses ritual
tersebut justru dilakukan oleh para empu karena mereka benar-benar
menguasai bidangnya dan tercapainya tujuan seperti tertulis di atas,
hanya mereka yang menguasai spiritual tingkat tinggi saja yang mampu
melakukannya. Jelas sekali bahwa
seorang empu keris lebih daripada sekedar seorang pengrajin keris atau
seorang pandai besi atau seorang dukun / paranormal jaman sekarang.
2. Seorang empu keris adalah seorang yang secara spiritual keagamaan mendarma-baktikan
hidupnya kepada “Tuhan” – nya melalui jalur perkerisan. Jalur perkerisan itu
adalah jalan yang ditempuhnya, sama dengan jalan agama, sebagai darma-bakti-nya
kepada Tuhan. Dalam perjalanan menjadi seorang empu keris, seseorang harus menguasai
pengetahuan agama (agama pada waktu itu) dan ritual keagamaan, kebatinan dan spiritual, yang
kemudian dituangkan dalam bentuk keris.
Derajat
seorang empu keris dalam dunia
keagamaan sangat dihormati setingkat dengan seorang pemuka agama,
seorang brahmana atau seorang
panembahan. Seorang empu keris juga kerap diminta untuk memimpin ritual
yang mirip dengan ritual keagamaan, misalnya ritual bersih desa,
selametan, syukuran, ruwatan sengkolo, pembersihan dan pemberkatan
pembukaan lahan baru, pengangkatan pejabat / pembesar kerajaan /
kadipaten / kabupaten, dsb. Seringkali seorang empu keris menjadi
tempat bertanya bagi
rakyat bahkan raja mengenai permasalahan kehidupan, kearifan keagamaan,
bahkan mengenai aspek kenegaraan dan suksesi pemerintahan.
Sesuai
kepercayaan keagamaan pada masa itu sebuah keris yang diterima langsung
dari seorang empu keris juga dianggap sebagai 'berkah' dan perkenan
dewa bagi si penerima keris. Itulah sebabnya keris-keris yang diterima
langsung dari seorang empu keris akan menjadi pusaka bagi si penerima
keris dan akan sangat dipelihara dan dijaga olehnya, bahkan akan 'dikeramatkan',
lebih daripada sekedar jimat dan senjata, karena sebuah keris berisi
doa-doa keselamatan dan kesejahteran dari seorang spiritualis dan pemuka
agama
untuk si pemilik keris, selain juga karena keris itu melambangkan kehormatannya.
3.
Seorang empu keris adalah seorang yang sudah mandito,
sama dengan seorang brahmana atau panembahan (walaupun mungkin umurnya masih muda). Dia tetap membutuhkan materi
duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak
memiliki pamrih atas kekayaan. Justru pamrih atas kekayaan itu akan menjadi
penghambat pekerjaannya, karena dia harus selalu menekuni berbagai laku
prihatin dan tirakat untuk dapat terus berkarya. Bahkan mungkin seumur hidupnya
sebagai seorang empu keris, dia sama sekali tidak pernah menikmati kekayaannya,
karena harus selalu menjalani laku prihatin dan tirakat untuk menjaga spiritualitasnya.
Mungkin satu-satunya yang dia nikmati adalah rasa bangga, bahagia, rasa terima
kasih, penghormatan dan penghargaan dari seseorang yang keris pesanannya telah selesai
dibuat dan telah diserahkan kepadanya.
Seorang empu keris tetap
membutuhkan materi
duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi
tidak
memiliki pamrih atas kekayaan. Empu-empu keris ternama, yang pesanan
kerisnya
banyak berasal dari seorang raja, pembesar kerajaan dan para bangsawan,
dan orang-orang kaya, mereka
tidak memasang tarif atau harga, tetapi setelah keris pesanannya selesai
dibuat dan diserahkan kepada pemesannya, biasanya sang empu mendapatkan
penghargaan berupa
materi yang banyak, bahkan juga dianugerahi gelar kebangsawanan dan
jabatan kepala daerah atas tanah dan wilayah yang luas yang diberikan
kepadanya. Walaupun mendapatkan imbalan berlimpah, sang empu keris dan
keluarganya juga tidak
hidup bermewah-mewah. Biasanya anak-anaknya pun akan meneladani
kehidupan ayahnya,
bersama cantrik-cantrik yang lain membantu dan mendampingi sang empu
dalam
pembuatan keris berikut laku prihatin dan tirakatnya. Biasanya mereka
menjadi keluarga
yang sangat religius dan menjadi panutan banyak orang.
4.
Tidak seperti
orang jaman sekarang dalam membuat
sebuah jimat, yang seringkali hanya dibutuhkan bacaan amalan kebatinan
dan sesaji kembang
atau minyak, pembuatan keris lebih daripada itu. Dan walaupun ada juga
keris-keris yang dibuat secara masal, terutama pesanan dari kerajaan,
kadipaten dan kabupaten untuk keseragaman senjata tingkatan
prajurit (biasanya jenis tombak) dan yang untuk rakyat kebanyakan, tetap
saja laku ritualnya dilakukan secara
khusus, apalagi untuk membuat keris yang bersifat pesanan individu. Itu
adalah bentuk tanggung jawab moral sang empu supaya keris-keris
buatannya memiliki tuah yang baik bagi pemiliknya.
Tidak ada kata pasrah kepada Tuhan dalam proses pembuatan keris dan dalam mendatangkan gaib keris, karena harus sesuai dengan
karakter
orang yang akan menjadi pemiliknya. Semua persyaratan dan daya upaya
dilakukan supaya hasilnya sesuai dengan tujuannya. Itulah yang disebut laku.
Itu adalah wujud tanggung jawab moral dari sang empu. Karena itu dalam
satu pesanan keris yang bersifat khusus, biasanya oleh sang empu tidak
hanya dibuat satu keris, minimal dibuat dua. Dari kedua keris itu akan
dipilih salah satu yang paling cocok dengan karakter si pemesan.
Sedangkan yang satunya lagi akan diberikannya kepada orang lain yang
dianggapnya sesuai dengan karakter keris tersebut, setelah dilakukan
sedikit pembedaan pada kerisnya, tentunya.
5. Bentuk keris, karakter gaib keris dan tingkat kesaktiannya selalu disesuaikan dengan status, karakter dan kehidupan pemiliknya. Mengenai kelengkapan dan kemewahan keris adalah tergantung akan diberikan kepada siapa keris itu nantinya.
Selain
kesanggupan untuk membayar biaya pembuatan keris, status pribadi si pemilik keris di masyarakat itulah yang
menentukan kepantasan keris yang akan dia kenakan. Semakin tinggi status
duniawi sang pemilik keris, maka akan semakin lengkap dan mewah hiasan
kerisnya.
Contoh :
-
Sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten
memiliki hiasan dan kelengkapan aksesoris emas dan intan yang
mahal dan mewah, memiliki tingkat kesaktian yang tinggi, dan tuahnya melingkupi area kekuasaan kerajaan, karena sejak awal
pembuatannya keris-keris tersebut memang ditujukan bukan hanya akan menjadi sebuah pusaka andalan
sebuah kerajaan, tetapi
juga akan menjadi lambang kebesaran sebuah kerajaan, sehingga bukan hanya harus
sakti, tetapi juga harus mewah dan berwibawa dan berkuasa di wilayahnya.
Penggunaan
bahan meteorit dalam bahan keris biasanya akan menimbulkan gambar /
motif pada badan keris yang disebut pamor keris. Tetapi penggunaan bahan
meteorit dalam pembuatan keris Nagasasra sama sekali tidak menimbulkan
motif pamor. Satu-satunya gambar yang ada pada badan kerisnya adalah
gambar naga yang terbuat dari emas. Begitu juga penggunaan bahan
meteorit dalam pembuatan keris Sengkelat yang sama sekali tidak
menimbulkan motif pamor, karena keris tersebut keleng, hitam gelap tidak
berpamor.
Sepasang keris Nagasasra - Sabuk Inten dan keris Sengkelat adalah hasil karya yang luar biasa, sebuah maha karya
dalam dunia perkerisan. Keris-keris tersebut mendapatkan banyak pujian
dan pengakuan dari dunia perkerisan dan banyak orang yang ingin
memilikinya, sehingga banyak dibuat tiruannya.
-
Keris Sengkelat,
sebuah keris yang sangat indah bentuknya dan sangat tinggi kualitas
tempaan logamnya, tetapi
sangat sederhana dan sama sekali tidak memiliki aksesoris mewah dan
hitam gelap tidak
berpamor (keleng), tetapi lebih sakti daripada sepasang keris Nagasasra
dan
Sabuk Inten. Sesuai karakter kerisnya, keris ini ditujukan untuk
seseorang yang
berwatak ksatria, aktif membela kebenaran dan menolong orang-orang yang
tertindas. Bahkan bila keris-keris lain sudah tidak mampu lagi
bertindak, maka keris ini selalu siap sedia kapan saja diperlukan oleh
sang ksatria untuk bertindak.
Keris-keris
yang ditujukan untuk digunakan oleh seorang ksatria pilihan, biasanya
dibuat khusus dari bahan-bahan pilihan dan bentuknya indah sesuai
penghormatan sang empu pada watak ksatrianya, tetapi tidak mempunyai
hiasan-hiasan mewah pada badan kerisnya maupun sarungnya. Biasanya
kesaktian keris tersebut lebih tinggi daripada kesaktian rata-rata
keris, berguna untuk mengalahkan kesaktian lawan-lawannya dan menandingi
kesaktian pusaka yang disalahgunakan untuk kejahatan dan kezaliman.
Biasanya,
seorang empu keris, ketika sedang tidak sibuk mengerjakan pesanan
keris, mereka membuat sebuah keris, yang kemudian setelah selesai
pembuatannya akan disimpannya sendiri. Ke dalam keris itu dituangkannya
isi hatinya, doa-doa keselamatan, kesejahteraan dan perlindungan untuk
orang-orang yang lemah dan tertindas. Walaupun sederhana tanpa hiasan
mewah, tetapi bentuk kerisnya akan dibuat indah dan berisi kesaktian
gaib yang tinggi. Suatu hari ketika telah bertemu dengan seorang ksatria
yang dia merasa cocok dan berkenan, maka akan diberikannya keris itu
kepadanya. Keris-keris jenis ini biasanya akan aktif berinteraksi dengan
kebatinan pemiliknya, walaupun kerisnya sedang tidak dikeluarkan dari
sarungnya, karena berisi harapan dan doa sang empu keris, supaya keris
itu selalu bermanfaat untuk keselamatan dan kesejahteraan banyak orang.
-
Karena keris Sengkelat terkenal keindahan dan kesaktiannya,
mungkin ada seorang bupati / adipati yang juga memesan sebuah keris berdapur
sengkelat kepada seorang empu keris. Jika si pemesan itu dalam kesehariannya
tidak aktif membela kebenaran, menolong yang tertindas, maka sifat orang itu
tidak sesuai dengan watak keris sengkelat. Sang empu yang mengetahui karakter
si pemesan tersebut, tidak akan mendatangkan gaib keris yang berkarakter sama
dengan gaib keris sengkelat.
Supaya sesuai dengan karakter pemiliknya, maka mungkin yang kemudian didatangkannya adalah gaib
keris yang berkarakter sama dengan keris pulanggeni atau singa barong, untuk
kebangsawanan. Dengan demikian walaupun kerisnya sakti dan berdapur sengkelat,
tetapi watak kerisnya tidak sesuai dengan watak keris sengkelat. Lagipula,
mungkin kemudian keris berdapur sengkelat tersebut akan diberi banyak hiasan mewah sesuai
status si pemesan, yang jelas akan tidak sesuai dengan kesederhanaan watak
keris sengkelat.
-
Keris-keris yang khusus dibuat untuk seorang raja, adipati atau bupati,
pasti mewah dan sakti dan tuahnya selalu terkait dengan kekuasaan dan
kewibawaan, karena seorang kepala pemerintahan harus senantiasa
mengayomi dan melindungi orang-orang di wilayahnya dan harus bisa
menjaga wibawanya.
-
Seorang senopati
atau panglima perang, walaupun
memiliki banyak kekayaan sesuai status dan jabatannya, tetapi tidak
selalu
hidup mewah. Hidup mereka keras dan disiplin, penuh tanggung jawab.
Mungkin hidup mereka penuh dengan peperangan dan pertarungan. Sesuai
karakter dan kehidupan mereka, maka
keris-keris yang diperuntukkan bagi mereka biasanya adalah keris-keris
sakti, berbiaya tinggi karena dibuat dari bahan-bahan yang baik untuk
keris tarung, dan memiliki simbol-simbol sebagai tanda status mereka di
kerajaan, tetapi
bentuknya lebih sederhana, dan sekalipun juga memiliki kelengkapan mewah
pada kerisnya, tetapi tidak semewah keris-keris untuk pembesar lain.
- Berbeda
dengan
keris-keris untuk para saudagar / orang-orang kaya dan pejabat /
pembesar yang sering menjadi “tikus kantor” dan
menggerogoti wibawa dan harta kerajaan. Sesuai pesanan mereka,
keris-keris untuk mereka biasanya penuh dengan hiasan mewah, karena
disesuaikan dengan pemakainya yang biasanya mengagungkan statusnya di
masyarakat
dan menonjolkan kekayaan dan kemewahan. Keris-keris untuk mereka
biasanya dibuat dari bahan yang bagus dan dibuat mewah, meliputi badan
keris yang berkinatah emas, sarung keris dari jenis kayu yang mahal dan
diselimuti pendok emas, gagang keris dengan mendak dan salut berbalut emas dan intan dan ganja keris berkinatah emas, sehingga walaupun tidak dikeluarkan dari sarungnya, kemewahan kerisnya tampak jelas terlihat dari luar.
Keris-keris
untuk mereka tingkat kesaktiannya relatif lebih rendah daripada keris
yang diperuntukkan untuk seorang ksatria atau senopati / panglima
perang, tetapi cukup sakti karena disesuaikan juga dengan tingkat
kesaktian yang diperlukan untuk melindungi mereka dari serangan gaib
yang mungkin ada yang ditujukan kepada mereka dan kesaktian yang cukup
untuk melindungi kewibawaan mereka, dan tetap lebih sakti daripada
keris-keris yang diperuntukkan untuk prajurit dan rakyat kebanyakan.
-
Keris untuk
rakyat biasa. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak
memiliki hiasan-hiasan yang mewah, sesuai budaya dan kebiasaan mereka
untuk
merendahkan hati. Biasanya keris-keris untuk mereka dibuat masal,
sehingga biaya pembuatannya menjadi rendah dan harganya terjangkau oleh
rakyat umum. Sesuai pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut
bukan
untuk kesaktian, tetapi untuk kerejekian, kesuburan dan ketentraman
keluarga.
-
Keris-keris pribadi sang empu keris, keris untuk
seorang panembahan dan keris untuk raja atau keluarga raja yang sudah
mandito. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak
memiliki hiasan-hiasan yang mewah, tetapi sakti. Sesuai kondisi
kebatinan pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan
untuk kesaktian, tetapi untuk kharisma pengayoman dan kesepuhan, auranya
teduh dan tidak angker, tetapi pasti sakti karena berguna untuk
melindungi rakyat dan orang-orang yang berlindung kepadanya (juga supaya
sebanding dengan panembahan itu sendiri yang biasanya juga sakti).
- Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem.
Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem adalah
jenis-jenis pusaka yang sangat sederhana bentuk dan modelnya dan sejak
dulu sampai sekarang tidak banyak mendapatkan sentuhan variasi di dalam
pembuatannya. Karena kesederhanaannya itu tidak banyak orang yang
memberikan perhatian atau keinginan untuk memilikinya.
Tetapi satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa keris-keris tua berdapur banyak angrem ternyata memiliki keistimewaan dan kekuatan kegaiban yang jauh lebih baik daripada keris-keris atau pun pusaka-pusaka jenis lain.
Pada awal pembuatannya, keris-keris banyak angrem biasanya menjadi pusaka pribadi seorang empu keris / panembahan / pemuka kerohanian, tetapi banyak juga yang kemudian diberikan kepada raja-raja dan orang-orang yang sedang berkuasa untuk keteduhan dan pengayoman moral. Tetapi karena bentuknya yang sederhana dan ketidaktahuan manusia akan manfaatnya, banyak jenis keris ini yang diterlantarkan, tidak diinginkan dan / atau diberikan kepada orang lain, sehingga hilang dari daftar perbendaharaan pusaka.
Tetapi satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa keris-keris tua berdapur banyak angrem ternyata memiliki keistimewaan dan kekuatan kegaiban yang jauh lebih baik daripada keris-keris atau pun pusaka-pusaka jenis lain.
Pada awal pembuatannya, keris-keris banyak angrem biasanya menjadi pusaka pribadi seorang empu keris / panembahan / pemuka kerohanian, tetapi banyak juga yang kemudian diberikan kepada raja-raja dan orang-orang yang sedang berkuasa untuk keteduhan dan pengayoman moral. Tetapi karena bentuknya yang sederhana dan ketidaktahuan manusia akan manfaatnya, banyak jenis keris ini yang diterlantarkan, tidak diinginkan dan / atau diberikan kepada orang lain, sehingga hilang dari daftar perbendaharaan pusaka.
Gaib dari keris-keris banyak angrem
memiliki sifat karakter yang mirip dengan sifat karakter gaib mustika
keong buntet dan kegaiban di dalam perkutut majapahit. Keris-keris banyak angrem bisa memberikan tuah apa saja yang bisa diberikan oleh keris-keris dan pusaka lain, tuah-tuah
untuk kesaktian, wibawa, kekuasaan, keselamatan, kerejekian,
pengasihan, pengobatan gaib, keilmuan, kesepuhan, pengayoman dan banyak
macam kegaiban lain
sesuai yang diinginkan oleh pemiliknya (banyak fungsinya).
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem bila sudah cocok dengan manusia pemiliknya atau pembawanya, akan menyelaraskan dirinya dan membantu setiap usaha / aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut, apalagi bila orang tersebut menunjukkan rasa sayang dan merawatnya dan dapat mengsugesti sang gaib keris untuk membantunya.
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem berkarakter seperti Dewa Semar, yaitu berwatak keras dan berwibawa, tetapi bersifat mengayomi seperti orang tua, sehingga sifat wataknya serupa dengan keris tindih, dan mampu meredam gangguan / keanehan gaib dari jimat, pusaka atau gaib-gaib lain di sekitarnya. Tuah dari keris-keris ini juga melunturkan (meredam) ilmu kesaktian dan jimat / pusaka yang bersifat agresif dan menonjolkan kesaktian.
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem bila sudah cocok dengan manusia pemiliknya atau pembawanya, akan menyelaraskan dirinya dan membantu setiap usaha / aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut, apalagi bila orang tersebut menunjukkan rasa sayang dan merawatnya dan dapat mengsugesti sang gaib keris untuk membantunya.
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem berkarakter seperti Dewa Semar, yaitu berwatak keras dan berwibawa, tetapi bersifat mengayomi seperti orang tua, sehingga sifat wataknya serupa dengan keris tindih, dan mampu meredam gangguan / keanehan gaib dari jimat, pusaka atau gaib-gaib lain di sekitarnya. Tuah dari keris-keris ini juga melunturkan (meredam) ilmu kesaktian dan jimat / pusaka yang bersifat agresif dan menonjolkan kesaktian.
--------------------
Demikianlah kira-kira kesimpulannya :
- Seorang empu keris tidak sama dengan pandai besi atau pengrajin keris pada jaman sekarang dan
keris-keris hasil karyanya juga tidak dapat disamakan dengan jenis-jenis senjata lain.
- Seorang empu keris adalah seorang spiritualis sekaligus seorang yang berderajat tinggi di dalam
dunia keagamaan, setingkat dengan pemuka agama, brahmana atau panembahan.
- Seorang empu keris adalah seorang yang sudah mandito, tidak mengejar harta duniawi.
- Sekalipun seorang empu keris sudah menjadi sangat kaya karena besarnya imbalan yang diterimanya,
tetap saja akan mengedepankan kesederhanaan hidup. Keris-keris yang mereka buat untuk diri mereka
sendiri pun biasanya sederhana, tidak menggunakan simbol-simbol dan aksesoris kemewahan.
- Keris-keris yang dibuat oleh seorang empu keris, bentuk fisiknya, watak dan kesaktian gaibnya, selalu
disesuaikan dengan kepribadian calon pemiliknya.
- Kesaktian dan kegaiban dari sebuah keris tidak ditentukan oleh mewah atau tidaknya sebuah keris,
tetapi lebih ditentukan oleh pribadi manusia untuk siapa keris itu dibuat.
- Keris-keris mewah dan mahal dan terbuat dari bahan yang baik tidak selalu berkesaktian tinggi.
- Keris-keris yang bentuknya sederhana tidak selalu berkesaktian rendah.
- Keris-keris yang dalam pembuatannya ditujukan sebagai lambang kebesaran sebuah kerajaan, kadipaten atau kabupaten, pasti mewah, berwibawa dan sakti.
- Keris-keris untuk orang-orang yang tidak sering terlibat peperangan / pertarungan pasti kurang sakti,
dibanding keris-keris untuk ksatria dan orang-orang yang sering terlibat peperangan / pertarungan.
- Keris-keris untuk seorang panembahan, walaupun tuah utamanya untuk kharisma dan pengayoman,
teduh dan tidak angker, pasti sakti karena berguna untuk melindungi orang-orang yang berlindung
kepadanya (juga supaya sebanding dengan panembahan itu sendiri yang biasanya juga sakti).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERI MASUKAN UNTUK MENUNJANG KARYA