Ricikan Keris,
RICIKAN adalah bagian-bagian atau komponen bilah keris, tombak, atau pedang, yang masing-masing mempunyai nama. Ricikan sebilah keris atau tombak dapat dibandingkan dengan suku cadang atau komponen mobil. Di antara komponen mobil ada yang namanya piston, gardan, bumper, pelek, dashboard, altenator, dlsb. Demikian pula, tiap bagian keris berlainan bentuknya dan berlainan pula namanya. Lengkap atau tidaknya ricikan ini, ikut menentukan nama dapur sebilah keris atau tombak.
Secara garis besar, sebilah keris dapat dibagi atas tiga bagian, yakni bagian atau bilah atau wilahan, bagian ganja, dan bagian pesi. Bagian wilahan juga dapat dibagi tiga, yakni bagian pucukan yang paling atas, awak-awak atau tengah, dan sor-soran atau pangkal. Pada bagian sor-soran inilah ricikan keris paling banyak ditempatkan.
Nama-nama ricikan keris adalah:
1. Pesi
2. Ganja
3. Bungkul atau bonggol atau genukan
4. Blumbangan atau pejetan
5. Sraweyan atau srewehan
6. Gandik
7. Jalu memet
8. Lambe gajah atau lambe liman
9. Kembang kacang atau tlale gajah
10. Jenggot atau janggut
11. Tikel alis atau wideng
12. Jalen
13. Sogokan Depan
14. Lis-lisan atau elis
15. Gusen
16. Dada
17. Ucu-ucu ngandap
18. Gandu
19. Tengel
20. Kruwingan atau plunturan
21. Ada-ada atau sada
22. Tampingan
23. Janur
24. Puyuhan
25. Bebel
26. Sogokan belakang
27. Tumperan
28. Palemahan atau lemahan
29. Ucu-ucu nginggil
30. Penatas atau penitis
31. Wadidang atau wedidang
32. Ron da nunut
33. Tungkakan
34. Greneng
35. Ri pandan atau eri pandan
36. Kanyut
37. Tingil
38. Pudak sategal
Nama-nama ricikan keris ini belum dibakukan secara nasional. Itulah sebabnya sampai pertengahan tahun 2001, hampir semuanya masih merupakan nama-nama dan istilah yang berasal dari daerah Jawa. Meskipun demikian sebagian istilah ricikan ini juga sudah difahami oleh para pecinta keris dari daerah lain di luar Pulau Jawa, juga di manca negara, terutama di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Khusus dalam Ensiklopedi Keris ini, nama padanan dari ricikan di atas, dari daerah lain di luar Pulau Jawa, tetapi dipakai sebagai sinonimnya. Misalnya sebutan pesi, kalau ada daerah lain yang menyebut peksi atau paksi, tidak dianggap salah, melainkan dianggap sebagai salah satu padanan dari kata pesi. Padanan lain misalnya, punting, putiang, unting, atau oting.
Tentang ricikan keris ini, hampir di setiap daerah mempunyai nama dan istilahnya sendiri. Walaupun pada umumnya nama-nama daerah itu tetap mengacu pada nama-nama dan istilah ricikan yang berasal dari Pulau Jawa. Misalnya, sirah cecak di daerah lain disebut kepala cicak.
Berikut ini adalah nama-nama bahagian-bahagian keris yang umumnya berlaku di daerah Palembang, Sumatra Timur, Riau Kepulauan, Kalimantan Barat, Singapura, Brunei, dan Malaysia.
1. Bilah atau awak atau mata keris
2. Aring atau ganja
3. Punting atau unting, atau oting
4. Pucuk atau ujung mata
5. Tuntong
6. Belalai gajah
7. Lambai gajah
8. Bunga kacang
9. Gandik
10. Dagu keris
11. Kepala cicak
12. Leher cicak
13. Gading gajah
14. Ekor cicak
15. Kepit
16. Lurah atau kambing kacang
17. Tulang atau tulangan
Catatan nama bahagian-bahagian (ricikan) keris ini masih banyak digunakan sampai dengan tahun 1980-an, tetapi setelah masa itu, nama ricikan yang berasal dari Indonesia mulai banyak digunakan. Pada awal tahun 2001, sebutan ganja lebih banyak digunakan daripada aring, terutama di Singapura, Johor, Serawak, Sabah, dan Negeri Sembilan. Demikian pula lambe gajah, bukan lagi lambai gajah; dan sogokan bukan lagi lurah atau kambing kacang.
Perubahan ini terjadi berkat beredarnya buku-buku perkerisan Indonesia yang beredar di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, serta banyaknya keris-keris buatan Madura yang dipasarkan di ketiga negara itu.
Bagi peminat yang ingin terjun dalam dunia perkerisan, baik sebagai pengagum, pemerhati, apalagi kalau hendak menjadi kolektor, mengetahui secara luas dan mendalam masalah ricikan keris ini sangat penting.
Seseorang tidak akan mungkin mengetahui nama dapur dan dan mampu menangguh keris, bilamana ia tidak memahami soal ricikan keris ini.
MAKNA,PADA RICIKAN PUSAKA
Istilah makna berarti makna, arti dan maksud.
Murad menurut kamus berarti keterangan arti.
Sedang rahsa berarti rahasia.
Dalam pengartian umum rahsa sering diartiknn sebagai air Mani.
Berikut ini Ki Nom memberi urutan sbb :
(1) Ganja,hanya Allah Subkhana Tangala paling luhur, njeng Rasul tutupnya Allah ( nabi penutup ), nabi pemimpin dunia serta kekasih Hyang Agung. Keduanya merupakan tanda ( keberadaan ) Gusti dan Kawulanya. Keduanya satu wujud. Disebut satu tapi sebenarnya dua. Disebut dua nyatanya satu.
(2) Sirah cecak : adalah Betal Makmur atau kepala manusia.Artinya, situlah asal mula segala kesenangan dan ingatan manusia.
(3) Tikel Alis : mengiaskan tiga nafsu hati agar suci dan selamat ( rahayu ), yakni sabar,rela dan maklum.
(4) Sekar Kacang : artinya Gunung Tursina yang mengetahui keluar masuknya nafas melalui hidung, merupakan tanda adanya Kawula dan Gusti.
(5) Lambe gajah : sebenarnya mulut kita, merupakan tempatnya 1nsan Kamil, tempat pengucapan Hyang Agung menjadi kenyataan, yaitu sabda Kun Fayakun.
(6) Greneng : berupa huruf (Jawa) DHA ,
(7) Greneng : berupa huruf MA, artinya di-DHADHA-lah tempatnya MA-ti (kematisn), mustahil jika mati mengeluarkan hidup.
(8) Gandik : artinya titian jantung yang mampu menimbulkan lahirnya napsu birahi manusis
(9) Sogokan : artinya di dalam purus ( sumbu tiang )manusia mampu membuka tabir 9 lubang hawa nafsu, yaitu : mata(2), telinga (2),hidung (2), mulut(l), zakar (l) dan rakhim (kmmaluan wanita).
(lO) Bawang sebungkul mengiaskan kemaluan wanita ( rakhim ), yakni tempatnya Betal Mukadas atau tempat pesucian manusia.
(11) Sraweyan : artinya musibah atau murka Tuhan.
(12) Kruwingan : maksudnya sosok tubuh kita agar selalu ditata dan dipatut yang baik supaya pantas(serasi).
(13) Pasikutan : artinya keluwesan manusia, artinya tingkah laku kita hendaknya jangan kaku dan tanggap atas kias ( pasemon ) yang diberikan oleh orang lain.
(14) Pejetan : artinya ibu jari kita yang mampu menyangga dengan kuat pekerjaan dalam penghidupan.
(15) Wadidang : maksudnya kaki kita yang menguasai tubuh kita.
(16) Tungkakan : maksudnya kemauan manusia itu tidak boleh kalah dengan kemauan yang mau menang sendiri.
(17) Kepet : artinya telapakan kita sebagai tali cambuk manusia.
(18) Jalen : artinya hidup kita jangan sampai terpukau, kita pasti kemhali ke asalnya Tuhan.
(19) Waja ( baja ) : adalah tulang yang memperkuat tubuh kita.
(20) Wesi ( besi ) : artinya daging kita selama kita hidup di dunia.
(21) Seratnya besi : artinya kulit kita.
(22) Pamor : artinya di dalam otot bayu kita memancar cahaya Nur Buwat, menandakan bahwa hidup kita bener-benar suci.
(23) Pesi : artinya pusar, merupakan keadaan dalam hati kita yang sebenarnya.
(24) Kodhokan : artinya pendengaran kita tentang 4 hal.
( Sumber Paheman Memetri Wesi Aji " PAMETRI WIJI " Jogjakarta " )
RICIKAN adalah bagian-bagian atau komponen bilah keris, tombak, atau pedang, yang masing-masing mempunyai nama. Ricikan sebilah keris atau tombak dapat dibandingkan dengan suku cadang atau komponen mobil. Di antara komponen mobil ada yang namanya piston, gardan, bumper, pelek, dashboard, altenator, dlsb. Demikian pula, tiap bagian keris berlainan bentuknya dan berlainan pula namanya. Lengkap atau tidaknya ricikan ini, ikut menentukan nama dapur sebilah keris atau tombak.
Secara garis besar, sebilah keris dapat dibagi atas tiga bagian, yakni bagian atau bilah atau wilahan, bagian ganja, dan bagian pesi. Bagian wilahan juga dapat dibagi tiga, yakni bagian pucukan yang paling atas, awak-awak atau tengah, dan sor-soran atau pangkal. Pada bagian sor-soran inilah ricikan keris paling banyak ditempatkan.
Nama-nama ricikan keris adalah:
1. Pesi
2. Ganja
3. Bungkul atau bonggol atau genukan
4. Blumbangan atau pejetan
5. Sraweyan atau srewehan
6. Gandik
7. Jalu memet
8. Lambe gajah atau lambe liman
9. Kembang kacang atau tlale gajah
10. Jenggot atau janggut
11. Tikel alis atau wideng
12. Jalen
13. Sogokan Depan
14. Lis-lisan atau elis
15. Gusen
16. Dada
17. Ucu-ucu ngandap
18. Gandu
19. Tengel
20. Kruwingan atau plunturan
21. Ada-ada atau sada
22. Tampingan
23. Janur
24. Puyuhan
25. Bebel
26. Sogokan belakang
27. Tumperan
28. Palemahan atau lemahan
29. Ucu-ucu nginggil
30. Penatas atau penitis
31. Wadidang atau wedidang
32. Ron da nunut
33. Tungkakan
34. Greneng
35. Ri pandan atau eri pandan
36. Kanyut
37. Tingil
38. Pudak sategal
Nama-nama ricikan keris ini belum dibakukan secara nasional. Itulah sebabnya sampai pertengahan tahun 2001, hampir semuanya masih merupakan nama-nama dan istilah yang berasal dari daerah Jawa. Meskipun demikian sebagian istilah ricikan ini juga sudah difahami oleh para pecinta keris dari daerah lain di luar Pulau Jawa, juga di manca negara, terutama di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Khusus dalam Ensiklopedi Keris ini, nama padanan dari ricikan di atas, dari daerah lain di luar Pulau Jawa, tetapi dipakai sebagai sinonimnya. Misalnya sebutan pesi, kalau ada daerah lain yang menyebut peksi atau paksi, tidak dianggap salah, melainkan dianggap sebagai salah satu padanan dari kata pesi. Padanan lain misalnya, punting, putiang, unting, atau oting.
Tentang ricikan keris ini, hampir di setiap daerah mempunyai nama dan istilahnya sendiri. Walaupun pada umumnya nama-nama daerah itu tetap mengacu pada nama-nama dan istilah ricikan yang berasal dari Pulau Jawa. Misalnya, sirah cecak di daerah lain disebut kepala cicak.
Berikut ini adalah nama-nama bahagian-bahagian keris yang umumnya berlaku di daerah Palembang, Sumatra Timur, Riau Kepulauan, Kalimantan Barat, Singapura, Brunei, dan Malaysia.
1. Bilah atau awak atau mata keris
2. Aring atau ganja
3. Punting atau unting, atau oting
4. Pucuk atau ujung mata
5. Tuntong
6. Belalai gajah
7. Lambai gajah
8. Bunga kacang
9. Gandik
10. Dagu keris
11. Kepala cicak
12. Leher cicak
13. Gading gajah
14. Ekor cicak
15. Kepit
16. Lurah atau kambing kacang
17. Tulang atau tulangan
Catatan nama bahagian-bahagian (ricikan) keris ini masih banyak digunakan sampai dengan tahun 1980-an, tetapi setelah masa itu, nama ricikan yang berasal dari Indonesia mulai banyak digunakan. Pada awal tahun 2001, sebutan ganja lebih banyak digunakan daripada aring, terutama di Singapura, Johor, Serawak, Sabah, dan Negeri Sembilan. Demikian pula lambe gajah, bukan lagi lambai gajah; dan sogokan bukan lagi lurah atau kambing kacang.
Perubahan ini terjadi berkat beredarnya buku-buku perkerisan Indonesia yang beredar di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, serta banyaknya keris-keris buatan Madura yang dipasarkan di ketiga negara itu.
Bagi peminat yang ingin terjun dalam dunia perkerisan, baik sebagai pengagum, pemerhati, apalagi kalau hendak menjadi kolektor, mengetahui secara luas dan mendalam masalah ricikan keris ini sangat penting.
Seseorang tidak akan mungkin mengetahui nama dapur dan dan mampu menangguh keris, bilamana ia tidak memahami soal ricikan keris ini.
Keris terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni bilah (wilahan), ganja, dan pesi. Sebagian buku kuno menyebutkan, bilah keris adalah lambang dari bentuk lingga (phallus) atau alat kelamin pria, ganja keris adalah lambang dari yoni,
yakni alat kelamin perempuan. Sedangkan pesi adalah pemersatu antara
lingga dan yoni. Menurut filsafat kuno, persatuan antara lingga dan
yoni melambangkan kesuburan, kesinambungan, dan kekuatan.BILAH keris atau wilah, atau wilahan, juga terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian pucuk, tengah atau awak-awak, dan bagian sor-soran atau bongkot. Ricikan atau komponen keris hampir seluruhnya menempai bagian sor-soran keris ini.Di Palembang, Riau, Malaysia, dan Brunei wilahan disebut awak keris.Panjang bilah keris yang normal, maksudnya keris Jawa, berkisar antara
33 sampai 37 cm, dan lebar ganjanya antara 8,5 cm bagian paling bawah
dan sekitar 4 cm di bagian tengahnya.Di tengah bilah, membujur dari atas ke bawah, kadang kadang memakai ada-ada semacam tulangan penguatBentuk permukaan wilahan keris ada lima macam. Yang memakai ada-ada ada tiga macam, yaitu yang nggigir sapi atau nggigir lembu; yang ngadal meteng, dan yang ngeruwing. Sedangkan yang tidak memakai ada-ada, ada dua macam. Pertama adalah yang nglimpa, dan kedua yang rata.Dilihat dari konturnya atau bentuk keseluruhannya, wilahan terbagi
atas tiga macam, yakni yang mbambang atau nilam upih atau anggodong
pohung, yang mucuk bung, dan yang nyujen.
Sedangkan di tinjau dari kemiringan posisi bilahnya terhadap garis ganja, dibagi tiga macam, yaitu yang condong, yang leleh, dan yang mayat. Yang leleh lebih miring ketimbang yang condong. Sedangkan bilah keris yang mayat, adalah yang miring sekali.
GANJA adalah bagian bawah dari sebilah keris, seolah-olah merupakan alas atau dasar dari bilah keris itu. Pada tengah ganja, ada lubang untuk memasukkan bagian pesi. Bagian bilah dan bagian ganja dari sebilah keris, merupakan kesatuan yang tak boleh dipisahkan. Beberapa pengamat budaya keris mengatakan bahwa bagian-bagian itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni. Bagian ganja mewakili lambang yoni, sedangkan bagian bilah keris melambangkan lingganya. Dalam budaya lama, persatuan antara lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan, kesinambungan, dan keabadian.
Bentuknya ganja sepintas lalu mirip dengan bentuk tubuh cecak atau tokek tanpa kaki. Bagian depannya mirip kepala cecak dan disebut sirah (kepala) cecak. Ujung sirah cecak, pada bagian yang agak meruncing, disebut cocor. Di belakang Sirah cecak ada bagian ganja yang menyempit seperti leher, lazim disebut gulu meled.
Begitu pula bagian perut dan ekor ganja, sebutannya selalu dikaitkan dengan bagian tubuh cecak. Bagian 'perut' ganja disebut wetengan, waduk, atau gendok, sedang bagian 'ekor' disebut buntut cecak.
Tepat di tengah waduk, ada lobang bergaris tengah kira-kira 0,8 cm untuk jalan masuknya pesi keris. Pada keris buatan Palembang, lubang pesi ini lebih lebar, yakni sekitar 1 cm. Lubang ini, di arah endas cecak dan arah kepet, terdapat alur kecil, sebesar jarum, untuk tempat lalunya ****** atau sindik, yang membuat ganja itu rapat dengan pesinya.
Pada keris-keris jenis nom-noman pada bagian belakang ganjanya, persis di bawah wadidang, kadang-kadang dibuat tungkakan.
Ragam bentuk ganja ada beberapa macam, yakni ganja Sebit Rontal, Mbatok Mengkurep, Wuwung, Wilut (Welut), Dungkul, Sepang, dan Kelap Lintah. Ganja wuwung adalah bentuk ganja yang paling tua. Keris-keris tangguh Segaluh, Pajajaran, dan Tuban kebanyakan memakai ganja wuwung.
Di Bali orang membagi ganja menurut ragam bentuknya, ganja leser, ganja celeg, ganja dungkul, dan ganja ombak-ombakan.
Ragam bentuk ganja itu tidak menentukan nama dapur sesuatu keris, tetapi menjadi pertimbangan untuk menentukan tangguh-nya. Jadi, sebuah keris berdapur Pasopati, misalnya, bisa memakai ganja wuwung, bisa ganja yang mbatok mengkureb, atau wilut. Tetapi sebuah keris berdapur Tilam Upih, misalnya, kalau memakai ganja wuwung, bisa diperkirakan keris itu tergolong tangguh tua. Mungkin tangguh Pajajaran, mungkin Tuban. Dan, kalau ganjanya kelap lintah, itu tidak mungkin keris tangguh Pajajaran, atau Tuban.
Di Semenanjung Melayu, Brunei, Serawak, dan Sabah Serta Riau, sebagian pecinta keris menyebut ganja dengan istilah aring. Sedangkan bentuk ganja yang berombak disana disebut atikasana. Sedangkan ganja yang meruncing cocornya disebut aring sikunyir. Namun mereka yang sering membaca buku-buku keris terbitan Indonesia, pada akhirnya tetap menyebutnya dengan istilah ganja.
Pada keris-keris yang mewah, keris yang diberi hiasan kinatah emas, misalnya, bagian ganjanya pun juga diberi hiasan kinatah emas, biasanya dengan pola hias lung-lungan. Ada yang di-kinatah kaligrafi. Bahkan ada ganja yang dihias dengan intan atau berlian yang ditanam di ganja itu.
Selanjutnya mengenai ricikan keris yang disebut Kembang Kacang.
KEMBANG KACANG, atau telale gajah, atau Sekar Kacang adalah nama bagian yang bentuknya. Di Semenanjung Malaya, Brunei, Serawak, Sabah, dan Palembang, Pontianak, serta Riau, bagian ini disebut belalai gajah.
Kembang kacang, yang termasuk salah satu ricikan keris, ini selalu menempel pada bagian atas dan bagian atas dari bagian gandik, pada bagian depan sor-soran. Di bawah ketiak kembang kacang biasanya terdapat jalen. Di bawahnya sering kali terdapat lambe gajah dan jalu memet. Tidak semua keris mempunyai kembang kacang. Banyak juga yang tidak. Keris yang tidak memakai kembang kacang disebut keris ber-gandik polos, atau ber-gandik lugas.
Walaupun secara umum bentuknya sama, tetapi kembang kacang mempunyai cukup banyak variasi bentuk, yaitu Nguku Bima,Pogok, Gula Milir, Malik atau Kuwalik, Bungkem, Nyunti atau Nggelung Wayang, dan Gatra. Kembang kacang yang patah atau putus, biasanya disebut pugut. Dalam sejarah perkerisan, ricikan kembang kacang baru ada setelah zaman Segaluh, dan baru sempurna bentuknya pada keris-keris tangguh Jenggala. Keris tangguh Buda tidak ada yang memakai kembang kacang. Keris-keris buatan Riau Kepulauan dan Semenanjung Malaya pun mempunyai beberapa ragam bentuk kembang kacang. Di sana, ragam bentuk kembang kacang yang disebut belalai gajah, ragam bentuknya terbagi atas: Saing, Kuku Ala, dan Lidah Tiang.
Selain itu, walau pun bentuk dasarnya sama, kembang kacang daerah satu tidak sama bentuknya dengan daerah satu dengan lainya.
Istilah makna berarti makna, arti dan maksud.
Murad menurut kamus berarti keterangan arti.
Sedang rahsa berarti rahasia.
Dalam pengartian umum rahsa sering diartiknn sebagai air Mani.
Berikut ini Ki Nom memberi urutan sbb :
(1) Ganja,hanya Allah Subkhana Tangala paling luhur, njeng Rasul tutupnya Allah ( nabi penutup ), nabi pemimpin dunia serta kekasih Hyang Agung. Keduanya merupakan tanda ( keberadaan ) Gusti dan Kawulanya. Keduanya satu wujud. Disebut satu tapi sebenarnya dua. Disebut dua nyatanya satu.
(2) Sirah cecak : adalah Betal Makmur atau kepala manusia.Artinya, situlah asal mula segala kesenangan dan ingatan manusia.
(3) Tikel Alis : mengiaskan tiga nafsu hati agar suci dan selamat ( rahayu ), yakni sabar,rela dan maklum.
(4) Sekar Kacang : artinya Gunung Tursina yang mengetahui keluar masuknya nafas melalui hidung, merupakan tanda adanya Kawula dan Gusti.
(5) Lambe gajah : sebenarnya mulut kita, merupakan tempatnya 1nsan Kamil, tempat pengucapan Hyang Agung menjadi kenyataan, yaitu sabda Kun Fayakun.
(6) Greneng : berupa huruf (Jawa) DHA ,
(7) Greneng : berupa huruf MA, artinya di-DHADHA-lah tempatnya MA-ti (kematisn), mustahil jika mati mengeluarkan hidup.
(8) Gandik : artinya titian jantung yang mampu menimbulkan lahirnya napsu birahi manusis
(9) Sogokan : artinya di dalam purus ( sumbu tiang )manusia mampu membuka tabir 9 lubang hawa nafsu, yaitu : mata(2), telinga (2),hidung (2), mulut(l), zakar (l) dan rakhim (kmmaluan wanita).
(lO) Bawang sebungkul mengiaskan kemaluan wanita ( rakhim ), yakni tempatnya Betal Mukadas atau tempat pesucian manusia.
(11) Sraweyan : artinya musibah atau murka Tuhan.
(12) Kruwingan : maksudnya sosok tubuh kita agar selalu ditata dan dipatut yang baik supaya pantas(serasi).
(13) Pasikutan : artinya keluwesan manusia, artinya tingkah laku kita hendaknya jangan kaku dan tanggap atas kias ( pasemon ) yang diberikan oleh orang lain.
(14) Pejetan : artinya ibu jari kita yang mampu menyangga dengan kuat pekerjaan dalam penghidupan.
(15) Wadidang : maksudnya kaki kita yang menguasai tubuh kita.
(16) Tungkakan : maksudnya kemauan manusia itu tidak boleh kalah dengan kemauan yang mau menang sendiri.
(17) Kepet : artinya telapakan kita sebagai tali cambuk manusia.
(18) Jalen : artinya hidup kita jangan sampai terpukau, kita pasti kemhali ke asalnya Tuhan.
(19) Waja ( baja ) : adalah tulang yang memperkuat tubuh kita.
(20) Wesi ( besi ) : artinya daging kita selama kita hidup di dunia.
(21) Seratnya besi : artinya kulit kita.
(22) Pamor : artinya di dalam otot bayu kita memancar cahaya Nur Buwat, menandakan bahwa hidup kita bener-benar suci.
(23) Pesi : artinya pusar, merupakan keadaan dalam hati kita yang sebenarnya.
(24) Kodhokan : artinya pendengaran kita tentang 4 hal.
( Sumber Paheman Memetri Wesi Aji " PAMETRI WIJI " Jogjakarta " )